Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP TES KREATIFITAS DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun oleh :
Kelompok 4

Nama : Ahmad virdaus (1911080250)


M. Bintang Ayubi (1911080123)
Fitri Amalia Alkatiri ( 1911080315 )
Risma Noviandini ( 1911080180 )
Kelas : B / Semester 4
Prodi : Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Indah Fajriani, M.Psi.Pesikologi
Mata Kuliah : Asesmen psikologi

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TA 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya berupa kenikmatan, kesehatan, keselamatan kepada penulis
dalam menyusun makalah ini dengan judul “konsep tes kreativitas dalam
bimbingan dan konseling”. Dalam menyusun makalah ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada ibu Indah Fajriani, M.Psi.Pesikologi selaku dosen mata kuliah
Asesmen psikologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Apabila makalah ini belum lengkap dan belum sempurna baik isi maupun
sistematika penyajian, kami mohon maaf dan kepada Allah SWT kami mohon
ampun. Kami sangat menghargai kritik dan saran yang bersifat membangun dan
kami sangat menghargai masukan yang diharapkan untuk kesempurnaan gagasan
yang telah dibuat.

Bandar Lampung, 23 Maret 2021

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 4

A. Latar Belakang............................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah.......................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 5

A. Tes kreatifitas.............................................................................................. 5
B. Tujuan kreativitas dalam bimbingan dan konseling................................... 11
C. Manfaat kreativitas .................................................................................... 11

BAB III KESIMPULAN..................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kreativitas merupakan proses yang dinamis dalam diri seseorang yang dapat
menghasilkan beberapa pilihan atau alternatif atas suatu masalah, dan pertanyaan yang
sedang dihadapi seseorang. Menurut (Suyono, 2001:21), kreativitas akan terlahir karya
kreatif dan inovatif yang berguna dalam kehidupan manusia. Kreativitas sesungguhnya
merupakan fenomena yang inherent dalam kehidupan manusia yang sudah ada sepanjang
sejarah manusia. Konstruksi tes kreativitas verbal berdasarkan model struktur intelek dari
Guilford sebagai kerangka teoritis.

Tes ini terdiri dari enam sub tes yang semuanya mengukur dimensi operasi berpikir
divergen, dengan dimensi konten verbal, tetapi masing-masing berbeda dalam dimensi
produk. Setiap subtes mengukur aspek yang berbeda dari berpikir kreatif. Kreativitas atau
berpikir kreatif secara operasional dirumuskan sebagai suatu proses yang tercermin dari
kelancaran, kelenturan, orisinalitas dalam berpikir.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dari tes kreatifitas?
2. Tujuan tes kreativitas dalam bimbingan dan konseling?
3. Apa manfaat tes kreatifitas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang konsep kreativitas dalam BK
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang manfaat tes kreativitas

4
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP TES KREATIVITAS DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

1. Tes Kreativitas

Tes kreativitas adalah suatu tes yang digunakan untuk mengukur  kemampuan
berpikir divergen, dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisionalitas dan
kerincian dalam berpikir serta untuk merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat
dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis,
kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.
Kreativitas merupakan proses yang dinamis dalam diri seseorang yang dapat menghasilkan
beberapa pilihan atau alternatif atas suatu masalah, dan pertanyaan yang sedang dihadapi
seseorang.

Menurut (Suyono, 2001:21), kreativitas akan terlahir karya kreatif dan inovatif yang
berguna dalam kehidupan manusia. Kreativitas sesungguhnya merupakan fenomena yang
inherent dalam kehidupan manusia yang sudah ada sepanjang sejarah manusia. Kreativitas
manusia mampu mengubah dan memperkaya dunianya dengan penemuanpenemuan di
berbagai bidang. Kreativitas memungkinkan manusia untuk membuat dan memodifikasi
sesuatu. Kemampuan ini menimbulkan kepuasan dalam diri manusia yang tidak ada
pembandingnya.

 5 Alasan Penting untuk Menemukenali Bakat Kreatif:


1) Pengayaan
Tujuan utama tes kreatif adalah untuk mengidentifikasi bakat kreatif anak.
2) Remediasi
Alasan lain untuk melakukan pengukuran adalah untuk menemukenali mereka yang
kemampuan kreatifnya sangat rendah. Meskipun demikian, program remedial dalam
kreativitas masih sangat langka.
3) Bimbingan Kejuruan
Penggunaan tes kreativitas untuk membantu siswa memilih jurusan pendidikan dan
karier pada tahap awal. Selain itu, informasi mengenai kemampuan ini berguna dalam

5
menyarankan siswa mengikuti pendidikan dan kejuruan yang menuntut kemampuan
kreatif .

4) Evaluasi Pendidikan
Pendidik sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah sekolah akan
menggunakan program pengembangan kreativitas. Sayangnya kurangnya evaluasi
hasil pendidikan menyulitkan untuk menentukan efektivitas programnya .
5) Pola Perkembangan Kreatif
Pakar psikologi tertarik untuk mengetahui pola perkembangan kreativitas karena 2
alasan, pertama mereka ingin mengetahui perkembangan atau penurunan kreativitas
pada berbagai tipe orang, dan kedua, mereka ingin mengetahui apakah ada masa
puncak dimana kreativitas sebaiknya dilatih.

 Tes yang Mengukur Ciri Kepribadian Kreatif


a. Tes mengajukan pertanyaan
b. Tes risk taking, digunakan untuk menunjukkan dampak pengambilan resiko terhadap
kreativitas
c. Tes kreativitas verbal, merupakan tes yang pertama dikonstruksikan di Indonesia
untuk mengukur kelancaran, kelenturan, originalitas dan elaborasi dalam berpikir
d. Tes kreatif figural, diadaptasi dari Torrance test, distandarisasi untuk anak usia 10-18
tahun oleh Fakultas Psikologi UI

A. Tes Kreativitas Verbal

Tes Kreativitas pertama yang dikonstruksi di Indonesia pada tahun 1977 adalah tes
kreativitas verbal (mengukur keampuan berpikir divergen) dan skala sikap kreatif (Munandar,
1977). Konstruksi tes kreativitas verbal berdasarkan model struktur intelek dari Guilford
sebagai kerangka teoritis. Tes ini terdiri dari enam sub tes yang semuanya mengukur dimensi
operasi berpikir divergen, dengan dimensi konten verbal, tetapi masing-masing berbeda
dalam dimensi produk. Setiap subtes mengukur aspek yang berbeda dari berpikir kreatif.
Kreativitas atau berpikir kreatif secara operasional dirumuskan sebagai suatu proses yang
tercermin dari kelancaran, kelenturan, orisinalitas dalam berpikir.

Sub tes kreativitas verbal terdiri dari enam sub tes, yaitu:

6
1. Permulaan kata
Pada subtes ini testee harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang mulai dengan
susunan huruf tertentu sebagai stimulus. Tes ini mengukur kelancaran dengan kata,
yaitu kemampuan untuk menemukan kata yang memenuhi persyaratan structural
tertentu.
Skoring: Setiap kata mendapat skor 1 (satu) jika memenuhi persyaratan, yaitu kata
tersebut mulai dengan susunan huruf yang ditentukan. Kata tersebut harus betul
ejaannya sejauh menyangkut susunan huruf yang diberikan, tetapi tidak perlu
sempurna jika tidak menyangkut susunan huruf yang merupakan persyaratan.

2. Menyusun kata
Pada subtes ini, testee harus menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan
huruf-huruf dari satu kata yang diberikan sebagai stimulus. Tes ini mengukur
kelancaran kata, dan menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi.
Skoring: Keseluruhan kata yang dibentuk harus betul ejaannya, karena kata tersebut
haruslah dibentuk dari huruf-huruf kata yang telah ditentukan. Jadi ini merupakan
suatu persyaratan yang terkandung dalam stimulus tes. Perlu pula diperhatikan bahwa
tidak dibenarkan untuk menggunakan huruf-huruf lain yang tidak terkandung dalam
kata dari item tes dan tidak dibenarkan pula untuk menggunakan suatu huruf dalam
kata item tes sampai dua kali, kecuali bila dalam kata item tes huruf tersebut memang
muncul dua kali.

3. Membentuk kalimat tiga kata


Pada subtes ini testee harus menyusun kalimat yang terdiri dari tiga kata, huruf
pertama untuk setiap kata diberikan sebagai rangsangan. Akan tetapi urutan dalam
penggunaan ketiga huruf tersebut boleh berbeda-beda sesuai keinginan testee.
Skoring: Urutan huruf yang diberikan dalam pembuatan kalimat boleh diubah. Jadi
tidak perlu selalu dalam urutan yang diberikan. Tiap kalimat boleh memakai satu kata
yang telah dipakai pada kalimat-kalimat sebelumnya. Kalimat yang memakai dua kata
dari kalimat-kalimat sebelumnya, tidak diskor. Jawaban boleh menggunakan nama
orang. Susunan kata dalam kalimat harus betul dan logis. Kesalahan dalam ejaan kata
tidak mempengaruhi skor, kecuali jika menyangkut huruf pertama dari kata.

4. Sifat-sifat yang sama

7
Pada subtes ini testee harus menemukan sebanyak mungkin objek yang semuanya
memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam
memberikan gagasan, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang memenuhi
persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas.
Skoring: Di bawah ini dirumuskan apa yang diartikan dengan sifat-sifat yang disebut
pada masing-masing item:
 Bulat dan keras
Bulat disini adalah bulat gepeng (bundar), misalnya seperti uang logam, maupun bulat
sepenuhnya, misal bola. Yang dapat diambil sebagai patokan ialah bahwa kesan
keseluruhan dari benda tersebut adalah kebulatannya. Yang dimaksudkan dengan
keras di sini adalah tahan terhadap tekanan atau tidak mudah ditekan, tidak mudah
berubah bentuk.
 Putih dan dapat dimakan
Dapat dimakan maksudnya ialah; meliputi makanan maupun minuman (misal susu).
Merupakan bahan yang telah matang, telah dimasak maupun yang masih perlu
dimasak, misal beras dan tepung
 Panjang dan tajam
Panjang maksudnya adalah diartikan secara relative bentuknya memanjang dan tidak
melebar, misalnya jarum. Tajam adalah semua benda yang ujung/tepinya tajam,
misalnya lembing, pisau, pensil yang diraut, dsb.
 Panas dan berguna
Panas dan berguna adalah semua benda yang kegunaannya adalah akibat dari
kepanasannya dan kehangatannya. Benda yang mempunyai efek panas walaupun suhu
benda tersebut tidak tinggi, dibenarkan (misal minyak serai, obat gosok, param)

5. Macam-macam penggunaan
Pada subtes ini testee harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak
lazim dari benda sehari-hari. Tes ini merupakan ukuran kelenturan dalam berpikir,
karena dalam tes ini testee harus melepaskan diri dari kebiasaan melihat benda
sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja. Selain itu, tes ini juga mengukur
originalitas berpikir, yang ditentukan secara statistic, dengan melihat kelangkaan
jawaban yang diberikan.

8
Skoring: Semua penggunaan yang menunjukkan penggunaan yang lazim atau biasa
tidak mendapatkan skor. Penggunaan benda tersebut tidak harus dalam keadaan utuh
(misal surat kabar dirobek-robek untuk dijadikan bahan prakarya) dan tidak perlu
digunakan keseluruhannya.
6. Apa akibatnya
Pada subtes ini testee harus memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dari
suatu kejadian hipotetis yang telah ditentukan sebagai stimulus. Kejadian atau
peristiwa itu sebenarnya tidak mungkin terjadi di Indonesia, tetapi testee harus
mengumpamakan seandainya kejadian tersebut terjadi di Indonesia, apa akibatnya?
Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam member gagasan digabung dengan
elaborasi, diartikan sebagai kemampuan mengembangkan gagasan, merincinya
dengan mempertimbangkan berbagai implikasi.
Skoring: Tes ini menghasilkan suatu skor yang merupakan gabungan dari kelancaran
memberikan gagasan dan elaborasi. Setiap jawaban yang menjunjuk pada akibat yang
masuk akal dari kejadian hipotetis mendapat skor 1 (satu). Selain itu, setiap elaborasi
yang ditambahkan dan memperkaya jawaban atau merupakan akibat tambahan juga
mendapat skor.

B. TTCT (Torrance Test of Creative Thinking)

E. Paul Torrance adalah seorang pemimpin intelektual dalam riset kreativitas dan
terkenal akan pengembangan Torrance Test of Creative Thinking (TTCT), yang banyak
digunakan di dunia pendidikan dan bisnis untuk menilai kapasitas kreatif individu. Torrance
mendefinisikan kreativitas sebagai:

‘‘Sebuah proses menjadi peka terhadap masalah, kekurangan, kesenjangan dalam


pengetahuan, elemen yang hilang, ketidakharmonisan, dan lain-lain; mengidentifikasikan
kesulitan; mencari solusi, membuat perkiraan atau memformulasikan hipotesis mengenai
defisiensi: menguji dan melakukan pengujian ulang, dan akhirnya mengkomunikasikan
hasil.’’

Menurut Torrance, motivasi kreatif dan keterampilan serta kemampuan kreatif


penting untuk terjadinya pencapaian kreatif orang dewasa.

9
 Bentuk Tes TTCT (Torrance Test of Creative Thinking)

Dua versi TTCT adalah TTCT verbal dan TTCT figural. TTCT verbal memiliki 2 form
parallel; A dan B, terdiri dari lima aktivitas;

 Bertanya dan menebak


 Peningkatan produk
 Penggunaan yang tidak biasa
 Pertanyaan yang tidak biasa
 Menebak

Stimulus untuk masing-masing tugas mencakup gambar dimana testee memberikan respon
dalam bentuk jawaban tertulis. Sedangkan TTCT figural memiliki dua form parallel: A dan
B, dan terdiri dari tiga aktivitias:

 Konstruksi gambar
 Melengkapi gambar
 Bentuk berulang dari garis atau lingkaran

Pada pembahasan ini difokuskan pada TTCT figural. Untuk melakukan aktivitas secara
lengkap dibutuhkan waktu 10 menit pada setiap aktivitas. TTCT dapat diadministrasikan
sebagai tes individu maupun tes klasikal. Dibutuhkan 30 menit, sehingga kecepatan sangat
penting, dan kualitas artistic tidak diperlukan untuk penilaian.

 Tujuan TTCT (Torrance Test of Creative Thinking)

TTCT merupakan bagian dari program penelitian panjang yang menekankan


pengalaman kelas yang menstimulasi kreativitas. Focus utama Torrance adalah untuk
memahami dan menumbuhkan kualitas yang membantu individu untuk mengekspresikan
kreativitas mereka. Tes ini tidak dibuat semata-mata untuk mengukur kreativitas, tetapi
menjadi alat untuk meningkatkan kreativitas itu sendiri. Torrance mengusulkan beberapa
penggunaan tes ini:

 Memahami pikiran manusia dan fungsinya serta perkembangannya


 Mencari dasar efektif bagi instruksi individual
 Menyediakan petunjuk untuk program remedial dan psikoterapeutik
 Mengevaluasi efek program pendidikan, material, kurikulum dan prosedur pengajaran
 Menyadari potensi laten.

10
Dengan kata lain, meskipun tes telah digunakan secara umum untuk asesmen identifikasi
anak berbakat, Torrance berencana untuk menggunakannya sebagai dasar untuk pemberian
instruksi individu berdasarkan skor tes murid. Dengan demikian, tujuan TTCT adalah untuk
penelitian dan eksperimen, sedangkan untuk penggunaan umum adalah untuk perencanaan
instruksional dan penentuan kekuatan murid.

2. Tujuan Tes Kreativitas dalam Bimbingan dan Konseling

Tujuan Bimbingan dan Konseling dalam Tes kreativitas dapat juga digunakan untuk
bimbingan dan konseling siswa. Konselor atau psikolog sekolah di SD atau sekolah
menengah memerlukan informasi mengenai seorang siswa yang dikirim karena problem
sikap atau masalah lain.

Tujuan tes kreativitas adalah untuk penelitian misalnya untuk mengukur  kemampuan


berpikir divergen, dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisionalitas dan
kerincian dalam berpikir.

3. Manfaat Tes Kreativitas

Manfaatnya adalah karena tes ini dapat mengukur tingkat kemampuan berpikir


divergen dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisionalitas dan kerincian
dalam berpikir setiap orang. Hubungan dengan Pembelajaran dikelas yaitu apabila didalam
proses pembelajaran tidak menggunakan tes kreativitas maka setiap guru BK / konselor tidak
akan mengetahui tingkat kemampuan berpikir divergen yang dimiliki oleh setiap murid-
muridnya.

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tes kreativitas adalah suatu tes yang digunakan untuk mengukur  kemampuan berpikir
divergen, dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisionalitas dan kerincian
dalam berpikir serta untuk merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan
tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian
mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya Tujuan
Bimbingan dan Konseling dalam Tes kreativitas dapat juga digunakan untuk bimbingan dan
konseling siswa. Manfaatnya adalah karena tes ini dapat mengukur tingkat kemampuan
berpikir divergen dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisionalitas dan
kerincian dalam berpikir setiap orang

12
DAFTAR PUSTAKA

Suyono. 2001. Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial. Surakarta: UNS
Press

Kim, K. H. 2006. Can We Trust Creativity Test? A Review of Torrance Test of Creative
Thinking (TTCT). Lawrence Erlbaum Associates, Inc: Creativity Research Journal
Vol. 18 No. 1, 3-14

Nur’aeni. 2012. Tes Psikologi: Tes Inteligensi dan Tes Bakat. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Purwokerto Press

13

Anda mungkin juga menyukai