“PROFESIONALISME”
Mata Kuliah Etika Profesi
Oleh Kelompok 3 :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan Rahmat serta Karunia-Nya,
sehingga Kelompok 3 bisa menyelesaikan Makalah Kelompok dalam Mata Kuliah Etika Profesi pada
semester genap Januari-Juli tahun 2024 dengan pembahasan materi mengenai “Profesionalisme” ini
dengan baik dan tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Etika Profesi yaitu Bapak
Jusmardi, S.Kom,.M.Pd.T. yang telah memberikan arahan maupun saran kepada kami, dan kepada
semua pihak yang sudah mendorong dan membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna serta banyak kesalahan.
Oleh karena itu, kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik ataupun saran yang
membangun untuk dapat menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan banyak orang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
iv
II. Rumusan Masalah
III. Tujuan
v
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Profesionalisme
merupakan fenomena yang amat penting, yang dulunya tidakpernah dibahas, baik oleh
bahwa profesionalisasi merupakan suatu proses yang tidak dapat ditahan-tahan dalam
profesi dan profesional dalam Anoraga (2009), profesi tidak hanya pengetahuan dan
keahlian khusus melalui persiapan dan latihan, tetapi dalam arti “profession” terpaku juga
suatu “panggilan”, suatu roeping, suatu calling, suatu strong inner impulse. Dengan
begitu, maka arti “profession” mengandung dua unsur. Pertama unsur keahlian dan kedua
pribadinya kecakapan teknik yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya, dan juga
6
tingkat tertentu pada ketiga bidang tersebut (Bernardi, 1994). Perilaku profesional
diperlukan bagi semua profesi, agar profesi yang telah menjadi pilihannya mendapat
Menurut Kurniawan (2005), istilah profesional itu berlaku untuk semua aparat
pegawai mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah. Professionalisme dapat diartikan
antar kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi dengan kebutuhan tugas. Terpenuhinya
kecocokan antara kemampuan dengan kebutuhan tugas merupakan salah satu syarat
aparat merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi.
Orang yang profesional adalah orang yang mempunyai komitmem pribadi yang
mendalam atas pekerjaan, melibatkan seluruh dirinya dengan giat, tekun dan serius
pekerjaannya (Keraf,1998).
7
juga pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau sumber penghidupan.
Kamus Webster Amerika menegaskan bahwa profesionalisme adalah suatu tingkah laku,
suatu tujuan atau rangkaian kualitas yang menandai atau melukiskan coraknya suatu
Profesionalisme adalah cara kerja yang lebih didominasi oleh sikap, bukan hanya
satu set daftar dari skill dan kompetensi yang dimilki. Dapat dicermati bahwa atttitude
adalah sikap yang mendasar, sementara skill adalah suatu yang dapat dipelajari dan
diajarkan. Profesionalisme saat ini menjadi bentuk yang harus melekat pada setiap entitas,
setiap karyawan yang berinteraksi dalam pasar global. Jika tidak, maka dihadapkan
dengan satu pilihan termaginalkan dan collaps. Jadi seluruh pelaku pasar dunia yang
memasuki pasar global terus melakukan penyesuaian dari segi skill untuk dapat
Menurut Arens & Loobecke (2009) profesionalisme adalah suatu tanggung jawab
yang dibebankan lebih dari sekedar dari memenuhi tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya dan lebih dari sekedar dari memenuhi Undang-undang dan peraturan
masyarakat.
8
Profesionalisme sebagai sikap dan perilaku seseorang dalam melakukan profesi
keahlian dan kecakapan teknis, harus mempunyai kesungguhan dan ketelitian bekerja,
mengejar kepuasan orang lain, keberanian menanggung risiko, ketekunan dan ketabahan
hati, integritas tinggi, konsistensi dan kesatuan pikiran, kata dan perbuatan (Christian,
1994).
secara efisien, inovatif, lentur dan mempunyai etos kerja tinggi. Siagian (dalam
pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat, dan
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme adalah adanya sikap
dan perilaku seseorang dalam melakukan suatu profesi yang mana untuk dapat dikatakan
keahlian, memiliki pengetahuan yang memadai dan mematuhi kode etik dalam
9
2. Aspek-aspek Profesionalime
1. Aspek Struktural
2. Aspek Sikap
Aspel sikap sendiri berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme. Aspek sikap
menitikberatkan pada pembentukan jiwa profesionalisme, yang mencakup pengabdian
pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan
hubungan dengan sesama profesi.
3. Ciri Profesionalisme
10
4. Dimensi Profesionalisme
dimiliki. Sikap ini berkaitan dengan keteguhan tekad individu untuk tetap
7. Kewajiban sosial. Dimensi ini menjelaskan manfaat yang diperoleh, baik oleh
keputusan sendiri tanpa tekanan pihak lain. Rasa kemandirian berasal dari kebebasan
melakukan apa yang terbaik menurut pekerja yang bersangkutan dalam situasi khusus.
9. Keyakinan terhadap profesi. Keyakinan bahwa yang paling berhak dalam menilai
kinerja profesional adalah bukan pihak yang tidak mempunyai kompetensi dalam
baik dalam organisasi formal maupun kelompok kolega informal sebagai sumber utama
ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para professional membangun kesadarn
11
Selain itu, menurut Jatman (dalam Rahman 2013) bahwa dimensi
1. Altruisme yaitu berani berkorban, mementingkan orang lain bukan diri sendiri, hal ini
ditunjukan melalui sikap suka membantu, problem solver, membuat keputusan secara
4. Integritas dan karakter, sikap profesionalnya ditunjukan melalui sikap jujur, teguh,
5. Respek kepada semua orang, profesional dalam menerima kritik, menepati janji,
12
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme adalah lebih dari sekadar
keterampilan teknis. Ini mencakup komitmen moral, dedikasi, independensi, keyakinan, dan
kolaborasi dengan sesama profesional. Untuk memperkuat profesionalisme, perlu adanya upaya
bersama antara individu, institusi pendidikan, organisasi profesional, dan pemerintah dalam
membangun kesadaran akan pentingnya sikap dan perilaku profesional dalam menjalankan tugas.
II. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah meningkatkan pendidikan dan pelatihan yang
berorientasi pada pembentukan sikap profesionalisme, menggalakkan partisipasi dalam asosiasi
profesional, memperkuat penegakan kode etik profesi, serta memfasilitasi kolaborasi
antarprofesional dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan kepercayaan masyarakat.
13
DAFTAR PUSTAKA
14