Case Report GNAPS - Tubagus Firman H
Case Report GNAPS - Tubagus Firman H
Disusun oleh:
Tubagus Firman Hidayat (01073220171)
Dibimbing Oleh:
dr. Andry Juliansen, Sp. A
i
DAFTAR ISI
BAB II .................................................................................................................................................. 18
ANALISA KASUS ................................................................................................................................ 18
2.1 Analisa Kasus GNAPS.........................................................................................................................18
2.2 Analisa Kasus Hipertensi Krisis ....................................................................................................20
2.3 Hubungan Antara Hipertensi dan GNAPS..................................................................................21
2.4 Tatalaksana pada Pasien .................................................................................................................21
BAB III ................................................................................................................................................. 23
KESIMPULAN .................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 24
i
BAB I
ILUSTRASI KASUS
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dari ibu dan ayah pasien
pada tanggal 14 November 2023 di Rumah Sakit Umum Daerah Balaraja.
Keluhan Utama
Pasien datang ke RS dengan keluhan bengkak pada daerah wajah sejak 5 hari SMRS.
1
disangkal. Pasien juga merasa lebih jarang BAK dan volume urin berkurang dan berwarna
kecoklatan seperti (Cola), pasien menyangkal adanya buih pada urin atau rasa nyeri saat pasien
BAK.
Ibu pasien juga menceritakan bahwa pasien sering mengeluhkan nyeri kepala sejak 3
hari SMRS. Nyeri dirasakan seperti nyut-nyutan, dan dikeluhkan hilang timbul yang biasanya
muncul pada saat subuh sehingga pasien terbangun kemudian membaik pada pagi hari.
Keluhan lain berupa demam (-), mual (-), muntah (-), alergi (-), ruam (-), kejang (-), sesak (-)
disangkal.
Menurut keterangan ibu pasien, 1 minggu yang lalu terdapat lesi yang berisi cairan
berupa nanah pada kulit pasien terutama di bagian tangan dan kaki. Keluhan tersebut sempat
diobati dengan salep yang dibeli ibu di apotek, kemudian membaik +/- 5 hari setelah awal
muncul.
Kemudian pasien dirujuk ke RSUD Balaraja untuk berkonsultasi dengan dokter
spesialis anak. Saat di poliklinik RSUDB dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan
ditemukan adanya peningkatan tekanan darah hingga 159/109 mmHg pada lengan kanan dan
157/115 mmHg pada lengan kiri. Ketika dilakukan pemeriksaan fisik tampak adanya edema
pada wajah terutama di sekitar palpebra, terjadi pembesaran KGB submandibula sinistra
dengan diameter 1 cm berbatas tegas, terlihat juga adanya pembesaran pada perut (distensi)
dengan fluid wave +, serta pembengkakan pada ekstremitas atas dan bawah (pitting edema +).
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut pasien didiagnosis dengan hipertensi emergensi karena
tekanan darah yang meningkat dan dicurigai adanya Glomerulonefritis Akut Pasca
Streptokokus (GNAPS). Dengan temuan tersebut pasien sempat diberi obat berupa nifedipin
1.25mg secara sublingual, disertai evaluasi tekanan darah setiap 10 menit yang jika tekanan
darah belum normal, dapat kembali diberikan obat yang sama. Kemudian pasien direncanakan
untuk melakukan pemeriksaan laboratorium (DPL, Ur, Cr, Albumin, elektrolit, Asto, GDS),
Analisa Urin, dan Rontgen Thorax. Lalu pasien diharuskan untuk rawat inap di RSUD Balaraja.
2
Kakek pasien memiliki riwayat asma, hipertensi, dan diabetes. Belum ada yang
mengalami hal serupa sebelumnya pada keluarga pasien.
Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, konsumsi alkohol maupun konsumsi obat
obatan terlarang disangkal pasien. Pasien merupakan siswa SD yang terkenal ceria.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan, cuaca, maupun obat-obatan.
Riwayat Nutrisi
Pasien menerima ASI eksklusif hingga +/- 1,5 tahun, kemudian mulai mengonsumsi
makanan pendamping ASI sejak berusia 1 tahun berupa pisang, bubur bayi saset ataupun
olahan rumahan. Saat ini pasien mengkonsumsi makanan keluarga 3 kali sehari, namun pasien
kurang suka olahan sayur.
Riwayat Imunisasi
3
Ibu pasien mengatakan bahwa imunisasi pasien lengkap dan pasien rutin dibawa ke
posyandu hingga pasien berusia 5 tahun.
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 128/87 mmHg (Kanan), 131/85 mmHg (Kiri)
Nadi : 100x/menit
Laju pernafasan : 22x/menit
Suhu : 36.8°C
Saturasi O2 : 99% on room air
Kesan:
Pasien laki-laki usia 7 tahun, perawakan pendek dengan status gizi baik.
4
5
Status Generalis
Pemeriksaan tanggal 14 November 2023
Kepala Normosefali
Tenggorok T1/T1, massa (-), uvula di tengah intak, arkus faring simetris
6
Genitalia Edema (-), sekret (-)
Resume
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun 7 bulan datang ke RSUDB dengan keluhan
bengkak sejak 5 hari SMRS. Bengkak tidak nyeri dan kemerahan, kemunculan awal pada
daerah wajah yang kemudian meluas ke tangan, perut hingga kaki, terlihat lebih parah saat pagi
hari, sehari-hari terlihat lemas. Pasien sempat dibawa ke bidan, keluhan tidak membaik. Nyeri
perut (+) sejak 4 hari SMRS, pada seluruh bagian perut dan semakin terasa ketika ditekan.
Gangguan BAB (+), frekuensi BAB menurun, tinja sulit keluar dan terasa keras, volume urin
7
saat BAK berkurang, berwarna kecoklatan seperti (Cola), buih (-), nyeri (-) saat pasien BAK.
Nyeri kepala (+) sejak 3 hari SMRS. Karakteristik nyut-nyutan, hilang timbul, sering muncul
saat subuh. Muncul lesi pada kulit bagian tangan dan kaki berisi nanah 1 minggu yang lalu.
Sempat diobati dengan salep dari apotek, kemudian membaik +/- 5 hari setelah awal muncul.
Keluhan lain berupa demam (-), mual (-), muntah (-), alergi (-), ruam (-), kejang (-), sesak (-)
disangkal.
Pasien dirujuk ke poliklinik RSUDB, hipertensi (+) TD 159/109 mmHg pada lengan
kanan dan 157/115 mmHg pada lengan kiri. Pada pemeriksaan fisik tampak adanya edema
pada wajah, pembesaran KGB submandibula sinistra dengan diameter 1 cm berbatas tegas,
pembesaran pada perut (distensi) dengan fluid wave (+), pembengkakan ekstremitas atas dan
bawah (pitting edema +). Kemudian didiagnosis dengan hipertensi emergensi dan suspek
Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus (GNAPS). Lalu diberi obat nifedipin 1.25mg
secara sublingual. Pasien direncanakan untuk rawat inap serta melakukan pemeriksaan
laboratorium (DPL, Ur, Cr, Albumin, elektrolit, Asto, GDS), Analisa Urin, dan Rontgen
Thorax.
Pada pemeriksaan fisik di bangsal (malam harinya), ditemukan adanya edema pada
wajah, perut, dan ekstremitas atas non pitting, nyeri tekan abdomen (anasarka), terdapat lesi
makula hipopigmentasi dengan skuama halus ukuran lentikuler multipel dengan skuama dan
krusta pada regio palmar, crusis, dan dorsalis pedis bilateral.
Diagnosis
Diagnosis Kerja
● Hipertensi Emergensi
● Suspek GNAPS
Diagnosis Banding
● Sindrom Nefrotik
● Infeksi Saluran Kemih
Tata Laksana
Non-farmakologis:
● Rawat inap
● Monitoring ketat TD/2 jam
● IVFD stopper
8
● Pasang kateter (monitor urin BC/8 jam)
● Cek lab (dpl, led, ur cr, albumin, elektrolit, asto, gds, elek), UL, rontgen thorax
Farmakologis:
● Bila TD > 170/110 mmhg --> Nifedipin SL 1,5 mg SL
● Furosemid 3x15 mg IV
● Ampisulbak 4x600 mg IV
Hematologi
Darah Lengkap
Hematocrit 32 % 40 - 52
LED 92
MCV 79 fL 80 - 100
MCH 27 pg 26 - 34
MCHC 34 g/dL 32 - 36
9
Renal Profile
Elektrolit
Makroskopik
Kekeruhan Keruh
PH 6.0
Protein +3
Glucosa -
Bilirubin -
Urobilinogen -
Keton -
Blood +3
10
Nitrit -
Leukosit esterase -
Bakteri +1
Epitel +1
Kristal -
Silinder 3-4
ASTO 400-800
1.8 TATALAKSANA
Non Medikamentosa:
● Rawat bangsal
11
● Monitor ini TTV per 2 jam
● IVFD stopper
● Konsul Sp.A
Medikamentosa:
● Lisinopril 1x2 mg
● Ampicillin Sulbactam 4x600mg (H1)
1.9 PROGNOSIS
● Ad vitam : dubia ad bonam
● Ad functionam : dubia ad bonam
● Ad sanationam : dubia ad bonam
1.10 FOLLOW UP
S Pasien saat ini bengkak pada wajah pasien perbaikan. Keluhan bengkak
terlihat pada area palpebra superior dan inferior tidak disertai nyeri maupun
sensasi panas. Selain bengkak pada wajah, keluhan bengkak pada tangan,
perut hingga kaki perbaikan. Keluhan nyeri perut perbaikan. Pasien juga
sudah BAB sekali konsistensi padat, warna coklat, darah (-), serta sudah
kentut. Pasien juga mengeluh nyeri kepala muncul sekitar pukul 04.00
subuh. Nyeri kepala dirasakan seperti nyut-nyutan pada seluruh daerah
kepala, VAS 4/10. Keluhan nyeri kepala disertai dengan pusing berputar.
Keluhan pusing dipengaruhi posisi dari tidur ke duduk, membaik setelah
duduk +/- 1 menit, dan tidak disertai rasa mual dan muntah. Keluhan ruam
dan vesikel yang muncul pada tangan dan kaki pasien perbaikan, tidak
disertai rasa gatal dan sensasi panas. Keluhan lain seperti batuk, pilek, dan
demam disangkal.
12
O KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
GCS : E4M6V5
TD : 120/60 mmHg
Nadi : 68 x/min
RR : 18x/min
Suhu : 36,5ºC
SpO2 : 98% on RA
BB 18.2 kg
TB 112 cm
Status lokasi :
Terpasan IV stopper metacarpal dextra.
Terpasang kateter urin no.10 dengan UO 400 ml pkl 9.40AM.
Pemeriksaan Fisik
Kepala : normosefali, deformitas (-)
Wajah : tampak edema et regio palpebra superior et inferior.
Telinga : normotia, sekret (-)
Hidung : sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : faring hiperemis (-), tonsil T1 T1 tenang
Tenggorokan : pembesaran KGB (-), nyeri (-)
Toraks :
Paru : NT (-), retraksi (-), VBS (+/+), wh (-/-), rh (-/-)
Jantung : pectus carinatum, pectus excavatum (-), S1 S2 reguler, gallop (-),
murmur (-)
Abdomen :
I : tampak datar, luka (-), ascites (+) perbaikan
A : BU(+) 10x/menit, metallic sound (-), bruit (-)
P : nyeri di seluruh regio abdomen, hepatomegali (-), splenomegali (-),
13
balotemen (-/-), CVA (-/-)
P : timpani di seluruh regio abdomen, fluid wave (-), shifting dullness (-)
A Hipertensi Emergensi
GNAPS
P IVFD Stopper
Inj Ampicillin Sulbactam 4 x 600 mg (H1)
Inj Furosemid 3 x 15 mg
Bila TD > 170/100 mmHg → Nifedipin SL 1.5 mg, observasi 10 menit
pasca nifedipin, bila masih >170/110 berikan nifedipin dengan dosis 3 mg
Lisinopril 1 x 1.5 mg
Periksa UL per 3 hari (17-11-2023)
Timbang BB/Hari
TTV/4 jam, BC/4 jam
14
BB 17.5 kg
TB 112 cm
Status lokalis :
Terpasan IV stopper metacarpal dextra.
Terpasang kateter urin no.10
Pemeriksaan Fisik
Kepala : normosefali, deformitas (-)
Wajah : tampak edema ringan ad regio palpebra superior et inferior.
Telinga : normotia, sekret (-)
Hidung : sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1 tenang
Tenggorokan : pembesaran KGB (-), nyeri (-)
Toraks :
Paru : NT (-), retraksi (-), VBS (+/+), wh (-/-), rh (-/-)
Jantung : pectus carinatum, pectus excavatum (-), S1 S2 reguler, gallop (-),
murmur (-)
Abdomen :
I : tampak datar, luka (-), ascites (-)
A : BU(+) 8x/menit, metallic sound (-), bruit (-)
P : nyeri di seluruh regio abdomen, hepatomegali (-), splenomegali (-),
balotemen (-/-), CVA (-/-)
P : timpani di seluruh regio abdomen, fluid wave (-), shifting dullness (-)
A Hipertensi Emergensi
GNAPS
15
P IVFD Stopper
Inj Ampicillin Sulbactam 4 x 600 mg (H1)
Inj Furosemid 3 x 15 mg
Lisinopril 1 x 2 mg
Bila TD > 170/100 mmHg --> Nifedipin SL 1,5 mg
Periksa ulang UL (3 hari → tanggal 17 nov 2023)
Timbang ulang BB/3 hari
TTV/4 jam, BC/4 jam
Bladder training → R/ Aff Kateter
S Pasien saat ini bengkak pada palpebra superior dan inferior perbaikan.
KEluhan bengkak pada tangan, perut hingga kaki perbaikan. Nyeri perut
perbaikan. Pasien sudah BAB dengan frekuensi 3 kali, konsistensi pada,
volume sedikit, warna coklat dan tidak ada darah, dan sudah kentut dari
kamis malam (16/11). Ruam dan vesikel pada kedua tangan dan kaki
perbaikan. Keluhan nyeri kepala disertai pusing perbaikan. Pasien sudah
mulai BAB di pagi hari pkl 8.00 dengan frekuensi 3 kali volume sedikit,
warna putih, dan tidak darah maupun gangguan miksi.
O GCS: E4M6V5
TD: 140/80 mmHg
Nadi: 68 x/min
RR: 18 x/min
Suhu: 37,1ºC
SpO2: 98%
BB 18.8 kg
TB 112 cm
Pemeriksaan Fisik
Kepala : normosefali, deformitas (-)
Wajah : Facial swelling perbaikan
16
Telinga : normotia, sekret (-)
Hidung : sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : faring hiperemis (-), tonsil T1 T1 tenang
Tenggorokan : pembesaran KGB (-), nyeri (-)
Toraks :
Paru : NT (-), retraksi (-), VBS (+/+), wh (-/-), rh (-/-)
Jantung : pectus carinatum, pectus excavatum (-), S1 S2 reguler, gallop (-),
murmur (-)
Abdomen :
I : tampak datar, luka (-), ascites (-)
A : BU(+) 10x/menit, metallic sound (-), bruit (-)
P : nyeri di seluruh regio abdomen, hepatomegali (-), splenomegali (-),
balotemen (-/-), CVA (-/-)
P : timpani di seluruh regio abdomen, fluid wave (-), shifting dullness (-)
A GNAPS
17
BAB II
ANALISA KASUS
18
sindrom nefrotik hingga sindrom nefritik dimana terdapat bukti hematuria, hipertensi dan
proteinuria. (3)
Pada pemeriksaan fisik ditemukan peningkatan tekanan darah 159/109 mmHg. Pada
pemeriksaan wajah terdapat edema periorbital. Pemeriksaan abdomen ditemukan perut tampak
cembung, adanya distensi dan fluid wave (+). Serta pada pemeriksaan ekstremitas atas dan
bawah ditemukan adanya pitting edema perifer (+). Berdasarkan data yang didapat tersebut
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik didukung dengan pemeriksaan penunjang adanya
hipoalbumin 3.2, warna urin merah (+), protein (+3), blood (+), bakteri (+), dan adanya
peningkatan ASTO 400-800. Pemeriksaan kadar ASTO untuk melihat kadar anti-streptolisin
titer O untuk mengetahui keberadaan infeksi bakteri jenis streptokokus. Biasanya kenaikan titer
dimulai pada hari ke 10-14 sesudah infeksi streptokokus dan mencapai puncaknya pada minggu
ke 3-5 dan akan menurun pada bulan ke 2-6. Perlu diperhatikan bahwa titer ASTO dapat
menggambarkan false ngative akibat pengaruh pemberian antibiotik, kortikosteroid, atau
pemeriksaan pada waktu yang kurang tepat. Pada infeksi GNAPS yang disebabkan oleh
pioderma hanya 50% kasus yang menunjukkan titer ASTO yang meningkat karena adanya
jaringan lemak subkutan yang menghalangi pembentukan antibodi terhadap streptokokus,
sehingga biasanya titer ADnase juga diperiksa. Pada pasien ditemukan kadar ASTO 400-800,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita GNAPS.(5)
19
antibodi secara "in situ" di dalam glomerulus ginjal yang disebabkan oleh reaksi imun yang
ada di membran dasar glomerulus. Adapula teori yang mengatakan terjadi cross reactivity
antara antibodi dengan komponen glomerulus karena molecular mimickry.(8)
20
berhubungan dengan membaiknya akumulasi cairan yang menyebabkan volume darah yang
sebelumnya meningkat di dalam tubuh pasien menjadi berkurang seiring membaiknya edema
pada beberapa bagian tubuh pasien.
21
22
BAB III
KESIMPULAN
Hipertensi pada anak harus mendapat perhatian yang serius, karena bila tidak ditangani
dengan baik, penyakit ini dapat menetap hingga dewasa dan mengakibatkan kerusakan
organ target. Agar hipertensi dapat dideteksi sedini mungkin sehingga dapat ditangani secara
tepat, maka pemeriksaan tekanan darah yang cermat harus dilakukan secara berkala setiap
tahun setelah anak berusia tiga tahun. Penting mengetahui cara mengukur tekanan darah
dengan benar untuk menghindari kesalahan dalam menegakkan diagnosis hipertensi. Mencari
penyebab terjadinya hipertensi mutlak harus dilakukan agar dapat mengatasi hipertensi secara
tuntas.
Hipertensi juga merupakan salah satu manifestasi klinis dari GNAPS, terjadi pada 60-
70% kasus. GNAPS merupakan penyakit bersifat imunologis biasanya didahului oleh infeksi
kulit atau tenggorokan sebelumnya oleh streptokokus grup A (streptokokus pyogenes), ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal secara cepat akibat respon inflamasi (reaksi hipersensitivitas
tipe III) setelah infeksi streptokokus, yang merupakan penyakit yang menyerang glomeruli
dan pembuluh darah ginjal. Gejala GNAPS sangat bervariasi dari bentuk asimtomatik sampai
gejala yang khas. Trias klasik glomerulonefritis meliputi hematuria, edema dan hipertensi, serta
dikonfirmasi melalui beberapa tes laboratorium sebagai penunjang yaitu peningkatan titer anti
streptolisin O (ASTO).
Aktivasi renin-angiotensin aldosterone mempunyai peran penting pada hipertensi renal.
Dimana terjadi inflamasi, sekresi renin akan meningkat sehingga mengakibatkan penurunan
perfusi ginjal, penurunan load sodium maupun rangsangan saraf simpatis. Sehingga terjadi
overload cairan disebabkan akibat peningkatan retensi sodium akibat rangsangan angiotensin-
II. Sehingga mengakibatkan terjadi retensi cairan dan larutan yang berlebihan, oleh kerusakan
pembuluh ginjal, sekresi renin, maupun kondisi hipovolemi yang menyebabkan terjadinya
kelainan pada ginjal. Pada anak dengan hipertensi sering akibat dari overload cairan
ketidakpatuhan pasien karena banyak mengkonsumsi garam dan minum berlebihan. Akumulasi
cairan berlebihan secara kronis dapat menyebabkan hipertensi krisis.
23
DAFTAR PUSTAKA
1) Soemyarso NA, Prasetyo RV. Patofisiologi dan Diagnosis Hipertensi pada Anak. In:
Suryawan A, Puspitasari D, Prasetyo RV, Kusumastuti NP, editors. The 2nd Pediatric
Emergencies: Quick Responses and Prompt Management. Surabaya: Lentera Optima
Pustaka; 2019. p. 63–142.
2) Mumtaza, A.A., Valentine, U. and Andrian, U. (2023) (PDF) Gambaran Klinik Dan
Laboratorium glomerulonefritis Akut Pasca ... Available at:
https://www.researchgate.net/publication/375019978_Gambaran_Klinik_dan_Laborat
orium_Glomerulonefritis_Akut_Pasca_Streptokokus_pada_Anak (Accessed: 08
December 2023).
3) Bernardo, R.-I., MD and Mark, H., MD, PhD. (2016) National Center for
Biotechnology Information, Post-Streptococcal Glomerulonephritis. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK333429/#_glomer_Etiology_and_pathogen
esis_ (Accessed: 08 December 2023).
4) Carolina , T. and Khalid , B. (2023) Nephrotic syndrome - statpearls - NCBI bookshelf,
Nephrotic Syndrome. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470444/
(Accessed: 08 December 2023).
5) Rauf S, Husein A, Aras J. Konsensus Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus. Unit Kerja
Koord Nefrol IDAI. 2012;1–18.
6) V anDeV oorde RG. Acute poststreptococcal glomerulonephritis: the most common acute
glomerulonephritis. Pediatr Rev. 2015 Jan;36(1):3-12; quiz 13.
7) Rodriguez-Iturbe B, Haas M. Post-Streptococcal Glomerulonephritis. In: Ferretti JJ, Stevens
DL, Fischetti VA, editors. Streptococcus pyogenes: Basic Biology to Clinical Manifestations
[Internet]. University of Oklahoma Health Sciences Center; Oklahoma City (OK): Feb 10,
2016.
8) Rawla P, Padala SA, Ludhwani D. Poststreptococcal Glomerulonephritis. [Updated 2022 Oct
9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
9) Prabu, Oryza G., and Hamzah Shatri. "Penggunaan ACE-Inhibitor untuk Mengurangi
Proteinuria pada Sindrom Nefrotik." eJournal Kedokteran Indonesia, vol. 3, no. 2, 28
Aug. 2015, doi:10.23886/ejki.3.5047
10) Valentini, MD RP. Pathophysiology and Etiology of Edema in Children [Internet].
www.uptodate.com. 2023. Available from:
24
https://www.uptodate.com/contents/pathophysiology-and-etiology-of-edema-in-
children
25