Oleh:
Muhzin Nawawi, M.Pd.I
MAN 1 Lampung Timur, Lampung
smartquantumelfatru@gmail.com
Menjadi guru dan gemar mengajar telah tertanam kuat dalam diri muhzin
Nawawi. Maka dari itu, sejak sekolah dasar hingga di bangku kuliah selalu terpikat
memperhatikan guru maupun dosen ketika menyampaikan materi pelajaran.
Baginya mengajar itu adalah sebuah seni, tricky dan membuat happy. Kemudian
dia membandingkan guru yang satu dengan yang lainnya dari segi teknik
mengajarnya. Kadang menirunya dan bertindak sebagai tutor di hadapan teman-
teman sebaya pada kala itu.
Muhzin Nawawi, yang akrab dipanggil dengan Nawawi, lahir 43 tahun
silam dan menghabiskan masa kecil di desa yang mayoritas penduduknya adalah
petani, dengan segala keterbatasan membuat Nawawi melihat sosok guru sebagai
profesi yang mulia. Di matanya, guru adalah sosok mencerdaskan yang
kehadirannya memberikan cahaya bagi anak didiknya. Apalagi ayahnya juga
menyempatkan waktu sebagai guru mengaji, dengan menyediakan rumahnya untuk
digunakan, di luar kesibukan bertani. Karena itulah dia menjadikan guru sebagai
cita-cita yang hendak dikejarnya.
“Guru zaman saya dulu berbeda dengan guru sekarang. Saat itu
masyarakat di daerah saya melihat guru sebagai pekerjaan mulia. Banyak yang
menyegani dan menghormati guru, walaupun saat itu kendaraannya hanya sepeda
ontel,” kenang Nawawi.
Orang tua Nawawi sangat memberi perhatian istimewa terhadap
pendidikan anak-anaknya. Walaupun hanya seorang petani, namun memiliki asa
dan cita-cita agar putra-putrinya mampu berkarya dan berguna bagi banyak orang.
Sembari berucap “Bapakku selalu berkata dan menasehati pada anak-anaknya,
belajaro seng temen, mugi dadiyo mulyo, susahe urip ben diendit karo wong tuomu
iki, anak-anakku dadiyo seng manfa’ati (belajarlah yang serius semoga hidup
mulia, susahnya hidup biar ditanggung orang tuamu saja, anak-anakku dadilah
orang yang bermanfaat).”
Harapan dan cita-cita menjadi guru terwujud ketika Nawawi mengambil
jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di UNILA. Kecintaannya terhadap Bahasa
Inggris diawali ketika orang tuanya menyuruh untuk sekolah di MTs Kelas Khusus
(MTs N 1 Bandar Lampung Sekarang), selepas lulus dari SD pada tahun 1993,
ketika itu. Kehidupan asrama yang mewajibkan berbahasa tidak hanya Bahasa
Inggris, namun juga Bahasa Arab menjadikannya mengenal Bahasa Inggris walau
dari desa. Kemampuan dalam dua Bahasa tersebut juga dalam keagamaan diasah
kembali ketika melanjutkan studi di MAKN (Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri)
Yogyakarta hingga lulus tahun 1999.
Sebelum diwisuda, Nawawi sudah mulai mengajar sebagai guru di
Madrasah Aliyah dan SMA Negeri yang baru buka di daerahnya, sekitar tahun
2004. Sebagai sosok muda yang energik, tak kenal lelah, untuk membuat anak-anak
di daerahnya mampu berbahasa Inggris, Nawawi meluangkan waktu di luar jam
sekolah, berbagi dan mengajari agar lebih bisa. ‘Totalitas dalam bekerja, dengan
memberi manfaat bagi yang lainnya, maka Allah lah yang akan memberi
balasannya” itulah kata-kata yang senantiasa diucapkan, karenanya berbekal itulah,
pada tahun 2005, Nawawi diterima sebagai CPNS.
Pada tahun 2007, Nawawi melanjutkan studi S2 dan lulus pada tahun
2010. Dia senantiasa teringat pesan yang diberikan gurunya untuk senantiasa
semangat dalam menuntut ilmu “yarfaillahulladzina Amanu Minkum Walladzina
Utul Ilma Darojat” yang tertulis di Al-qur’an Surat Al Mujadalah ayat 11. Pada
tahun tersebut, Nawawi beralih tugas di MAN 1 Metro (sekarang MAN 1 Lampung
Timur). Pada waktu itu dia diamanahi untuk menjadi pembina asrama dan
bermukim di sana, karena masih bujang. Di sanalah Nawawi mulai banyak
berekspresi dalam mengembangkan kemampuannya terutama dalam kebahasaan
Inggris dan Bahasa Arab.
Untuk mewujudkan siswa-siswi asrama MAN 1 yang berkualitas,
Nawawi Bersama tim membuat terobosan-terobasan dengan kewajiban berbahasa
Arab dan Inggris selama di asrama. Nawawi dan salah satu ustadz alumni al-
gontori, yang sekarang menjadi dosen di Perguruan Tinggi Negeri di Bengkulu
Menyusun sebuah buku pocket “English and Arabic Dayly Vocabularies” yang
dijadikan acuan dalam berbahasa di asrama. Nawawi juga Menyusun buku yang
digunakan sebagai refensi bacaan dan pembelajaran di asrama yang diberi judul
“Reading for Islamic Studies”. Selain itu, Ketika mengajar, Nawawi membuat
bahan ajar yang dikreasi sendiri, karena yang memahami kemampuan siswa yang
diajar Nawawi yang dialah sebagai gurunya. Hal ini dilakukan karena kecintaan dan
totalitas dalam memberi warna pada siswa-siswanya.
Gambar : Kamus Bahasa dan Bahan Ajar untuk Siswa MAN 1 Lampung Timur
Nawawi juga mengadakan beberapa kali penelitian Tindakan kelas (PTK)
sebagai refleksi terhadap ketercapaian pembelajaran yang dijalaninya. Hal ini guna
semakin memberi penguatan dan pendekatan dalam pendekatan pembelajaran
Bahasa Inggris agar mencapai hasil yang sesui harapan.
Karena keaktifan dan kreasi-kreasi yang dibuat Nawawi, pada tahun 2008,
STAIN Jurai Siwo (sekarang IAIN) Metro memiliki program pengembangan
kampus Bilingual Campus, sejak saat itu nawawi diminta untuk ikut bergabung di
kampus untuk memberi warna dalam penguatan Bahasa Inggris. Berbagai karya
untuk pembelajaran dan pengembangan kemampuan berbahasa Inggris dikreasi,
terutama terkait mata kuliah yang diampu Nawawi. Beberapa Mata Kuliah yang
pernah diampu olehnya yakni, listening 1, listening 2, English Phonology dan
writing 2.