Anda di halaman 1dari 3

BAB 3

Diri Sosial (Social self)

A. Konsep diri (self-concept)


Konsep diri (self-concept) merupakan komponen kognitif mengenai diri (self) seseorang,
yaitu merujuk pada keseluruhan keyakinan individu tentang dirinya (Kassin, et. al.,
2008). Menurut Hazel Markus (1977), konsep diri terdiri dari komponen kognitif (self-
schemas), yaitu keyakinan individu tentang dirinya sendiri yang memandu pemrosesan
informasi yang relevan dengan dirinya (Kassin, et. al., 2008). Konsep diri merupakan
keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut yang dimilikinya (Brehm & Kassin,
1996).
Kenrick et al. (2002) menyatakan bahwa konsep diri merupakan sebuah representasi
mental yang menggambarkan pandangan dan keyakinan individu tentang dirinya
sendiri. Konsep diri merupakan keyakinan (belief) individu tentang atribut yang melekat
dalam diri sendiri, dimana keyakinan tersebut muncul setelah individu menyadari
tentang dirinya dengan sifat-sifat yang melekat, baik melalui pengalaman pribadi,
interaksi sosial, maupun dari proses perenungan (Suryanto, et. al., 2012).

Sumber-sumber yang membentuk konsep diri atau pengetahuan tentang diri (self)
menurut Kenrick, et. al. (2002) sebagai berikut :

1. Proses persepsi diri (self perception process)


Individu mempersepsi dirinya dengan mengamatiperilakunya sendiri dalam keseharian.

2. Penaksiran yang direfleksikan (reflected appraisals process)


Individu melakukan penaksiran tentang dirinya sendiri dengan merefleksikan atau
bercermin dari apa yang dikatakan orang lain tentang tentang dirinya. Evaluasi tentang
diri individu dipengaruhi oleh apa yang diucapkan orang lain tentang individu.

3. Perbandingan sosial (social comparison)


Menurut Festinger (1954), individu memperoleh pengetahuan tentang dirinya dengan
cara membandingkan dirinya (kemampuan, sikap, keyakinan, tingkah laku) dengan
orang lain.

4. Memori autobiografi (autobiographical memories)


Filosof James Mill berpendapat bahwa fenomena self dan memori bagaikan dua sisi
mata uang. Tanpa memori autobiografi (ingatan tentang urutan kejadian yang telah kita
alami), kita tidak akan memiliki konsep diri yang koheren (Kassin, Fein, & Markus, 2008).
5. Pengaruh budaya
Konsep diri juga dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya individualisme dan
kolektivisme mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap konsep diri dan identitas
diri. Menurut Hazel Markus dan Shinobu Kitayama (1991), sebagian besar bangsa
Amerika Utara dan Eropa memiliki independent view tentang self, yang beranggapan
bahwa self merupakan sebuah entitas yang berbeda, otonom (mandiri), dan unik.
Keberhasilan seseorang dipandang karena usaha sendiri.

Anda mungkin juga menyukai