Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Teori konsep diri dan riset menunjukkan bahwa sikap – sikap terhadap diri

memengaruhi tingkah laku dan memberikan wawasan ke dalam persepsi individu,

kebutuhan – kebutuhan individu, dan tujuan – tujuan individu. Konsep diri

merupakan salah satu aspek yang cukup penting bagi individu dalam berperilaku.

Merefleksikan diri merupakan hal yang penting dalam pembentukan sebuah

konsep diri pada individu. Apa yang kurang pada konsep diri adalah suatu

penjelasan mengenai bagaimana perubahan yang dapat terjadi didalam konsep

diri, persepsi dan tingkah laku ( Burns, 1993 : h.14 ).

Usaha individu untuk memahami diri sendiri kemudian menghasilkan

konsep individu tersebut mengenai diri sendiri, yang biasa disebut dengan konsep

diri. Setiap orang mempunyai pengetahuan dan keyakinan unik mengenai diri

sendiri. Konsep diri ini menjadi identitas yang membedakan antara satu orang

dengan yang lain. Konsep diri individu, di satu sisi, memang tidaklah kaku.

Interaksi dengan orang – orang melalui komparasi sosial, ataupun feedback dari

orang lain berdampak pada perkembangan konsep diri. Apa yang dialami, apa

yang didengar, apa yang dilihat, apa yang dirasakan, dan apa yang dilakukan

adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perubahan konsep

diri individu ( Rahman, 2013: h.62 ).

Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spritual. Termasuk dalam hal ini

12
13

adalah persepsi individu tentang sifat dan potensi yang dimiliki, interaksi individu

dengan orang lain maupun lingkungan, nilai – nilai yang berkaitan dengan

pengalaman dan objek, serta tujuan, harapan, dan keinginan individu tersebut (

Sunaryo, 2004 : h.32 ). Konsep diri ( self – concept ) mengacu pada domain

spesifik dari evaluasi diri. Individu dapat membuat evaluasi diri terhadap berbagai

domain dalam hidupnya - akademik, atletik, penampilan fisik, dan sebagainya (

Santrock, 2011: h.245).

Konsep diri adalah gambaran keseluruhan dari kemampuan dan karakter

khusus individu. Ini merupakan “konstruk kognitif...sebuah sistem deskriptif dan

evaluatif yang merepresentasikan diri” yang menentukan bagaimana individu

merasakan diri dan menuntun perilaku individu tersebut ( Papalia & Feldman,

2014: h. 272). Konsep diri adalah organisasi dari persepsi – persepsi diri.

Organisasi dari bagaimana individu mengenal, menerima, dan menilai diri sendiri.

Suatu deskripsi mengenai siapa individu tersebut, mulai dari identitas fisik, sifat,

hingga prinsip (Dayakisni & Yuniardi, 2004: h.117). Branden ( dalam Rahman,

2013: h.62) mendefinisikan konsep diri sebagai pikiran, keyakinan, dan kesan

seseorang tentang sifat dan karakteristik diri, keterbatasan dan kapabilitas diri,

serta kewajiban dan aset – aset yang dimiliki.

Senada dengan Branden, Dariyo (2007: h.202) mendefinisikan konsep diri

sebagai gambaran diri yang bersifat menyeluruh terhadap keberadaan diri

seseorang. “Self” dan “ self – concept” digunakan secara bergantian untuk

menunjuk kesadaran-diri seseorang secara keseluruhan ( Gross, 2013: h.228).

Konsep diri adalah identitas diri seseorang sebagai sebuah skema dasar yang
14

terdiri dari kumpulan keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisir (

Baron & Byrne, 2004: h.165).

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri

adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan

penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri merupakan pandangan

individu terhadap seluruh keadaan diri. Konsep diri terbagi atas bagaimana cara

individu melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana setiap individu

menginginkan diri sendiri menjadi manusia yang individu tersebut harapkan.

2. Komponen – komponen Konsep diri

Menurut Gross, (2013: h.229), konsep diri adalah sebuah istilah umum

yang biasa mengacu pada tiga komponen utama, yaitu:

a. Self – image (citra diri)

Mengacu pada cara kita mendeskripsikan diri kita. Salah satu cara

untuk menginvestigasi self image adalah menanyakan pertanyaan

“siapa aku?” yang biasanya menghasilkan dua aktegori utama yaitu

peran sosial dan ciri kepribadian.

b. Self – esteem (harga diri)

Mengacu pada seberapa jauh individu menyukai dan menyetujui

diri sendiri, self-esteem dapat dapat dianggap sebagai bagaimana

individu mengevaluasi self-image itu sendiri.

c. Ideal Self

Jika self-image adalah orang dengan jenis apakah kita, maka ideal

self (ego-ideal atau idealized self-image) adalah jenis orang seperti


15

apakah yang diinginkan dari diri sendiri, hal ini dapat bervariasi secara

extent dan degree.

Senada dengan Gross, Sunaryo (2004: h.33) terdapat lima komponen

konsep diri, yaitu :

a. Gambaran diri

Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik

secara sadar maupun tidak sadar, meliputi: performance, potensi tubuh,

fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk

tubuh.

b. Ideal diri

Persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan dengan standar

pribadi yang terkait dengan cita – cita, harapan, dan keinginan.

c. Harga diri

Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai,

dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut

sesuai dengan ideal diri.

d. Peran diri

Peran diri adalah pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang

diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat.

e. Identitas diri

Kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan

penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu

kesatuan yang utuh.

Pudjijogyanti, (1985, h.2) konsep diri terbentuk atas dua komponen, yaitu :
16

a. Komponen kognitif

Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu tentang keadaan

dirinya. Gambaran diri tentang keadaan individu yang akan

membentuk citra diri. Gambaran diri ini dapat lebih diperpanjang lagi

dengan menguraikan tujuan hidup, kesenangan, peranan sosial, status

sosial, kedudukan sosial, dan sebagainya.

b. Komponen Afektif

Komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap diri.

Penilaian tersebut akan membentuk penerimaan diri (self –

acceptance), serta harga diri (self – esteem) individu.

3. Dimensi – dimensi Konsep diri

Menurut Desmita, (2014: h.166) tiga dimensi utama dalam konsep diri

yaitu :

a. Pengetahuan

Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui

tentang diri sendiri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan

memberi gambaran tentang diri individu. Gambaran diri tersebut pada

gilirannya akan membentuk citra diri.

b. Harapan

Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan atau diri

yang dicita – citakan dimasa depan. Ketika individu mempunyai

sejumlah pandangan tentang siapa individu itu sebenarnya, pada saat


17

yang sama individu tersebut juga mempunyai sejumlah pandangan lain

tentang kemungkinan menjadi apa individu tersebut dimasa datang.

c. Penilaian

Dimensi ketiga dari konsep diri adalah penilaian individu terhadap

dirinya sendiri. Penilaian diri sendiri merupakan pandangan individu

tentang harga atau kewajaran individu tersebut sebagai pribadi.

Fitts ( 1971 ) dalam Agustiani (2006 : h.139 ) membagi konsep diri dalam

beberapa dimensi, sebagai berikut :

1. Dimensi Internal

Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal ( internal

frame or reference ) adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap diri

sendiri berdasarkan dunia didalam diri. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk :

a) Diri identitas ( identity self ) bagian dari ini merupakan aspek yang

paling mendasar pada konsep diri yang diberikan terhadap diri

sendiri atau individu yang bersangkutan untuk menggambarkan

diri dan membangun identitasnya.

b) Diri perilaku ( behavioral self ) merupakan persepsi individu

tentang tingkah laku, yang berisikan segala kesadaran mengenai

apa yang dilakukan oleh diri individu tersebut.

c) Diri penerimaan / Penilai ( judging self ) berfungsi sebagai

pengamat, penentu standar evaluator. Kedudukannya adalah

sebagai perantara ( mediator ) antara diri identitas dan diri pelaku.


18

2. Dimensi Eksternal

Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan

aktivitas sosialnya, nilai – nilai yang dianut, serta hal lain diluar dirinya. Dimensi

yang dikemukakan oleh Fitts adalah dimensi eksternal yang bersifat umum bagi

semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu :

a) Diri fisik ( physical self ) menyangkut persepsi seseorang terhadap

keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang

mengenai kesehatan diri, penampilan diri, dan keadaan tubuh.

b) Diri etil – moral ( moral – ethical self ) merupakan persepsi seseorang

terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika.

c) Diri pribadi ( personal sel ) merupakan perasaan atau persepsi seseorang

tentang keadaan pribadinya.

d) Diri keluarga ( family self ) menunjukkan perasaan dan harga diri

seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga

e) Diri sosial ( sosial self ) bagian ini merupakan penilaian individu terhadap

interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan disekitarnya.

Megaton & Widajati ( 2010 : h.2) ada tiga dimensi utama konsep diri, yaitu :

a) Pengetahuan tentang siapa dirinya, sejauh mana seseorang tahu tentang ciri

– ciri dan karakteristik seperti apa yang dimiliki oleh dirinya sendiri, baik

secara badan dan psikologis

b) Ekspektasi diri, sejumlah harapan dan hal yang diinginkan terhadap diri

sendiri

c) Penilaian terhadap diri sendiri, bagaimana seseorang memandang, menilai,

mengukur, dan menempatkan dirinya.


19

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dimensi -

dimensi konsep diri yaitu pengetahuan tentang keadaan diri yang akan memberi

gambaran tentang diri individu, harapan individu tentang pandangan lain tentang

kemungkinan apa yang tejadi dimasa datang, serta penilaian terhadap diri sendiri

yang akan membentuk diri individu tersebut.

4. Faktor – faktor yang memengaruhi Konsep Diri

Rakhmat, (2005: h.100-110) menyatakan bahwa faktor – faktor yang

memengaruhi konsep diri yaitu :

a. Orang lain

Individu mengenal dirinya sendiri dengan mengenal orang lain terlebih

dahulu. Bagaimana individu menilai dirinya, akan membentuk konsep

dirinya sendiri. Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama

terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh yaitu orang – orang yang

terdekat dengan kita, seperti orang tua, saudara, atau orang yang tinggal

satu rumah dengan kita.

b. Kelompok Rujukan (Reference Group)

Dalam pergaulan bermasyarakat, kita pasti menjadi anggota berbagai

kelompok. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan

berpengaruh terhadap konsep diri kita. Dengan melihat kelompok ini,

orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri –

ciri kelompoknya.

c. Nubuat yang Dipenuhi Sendiri


20

Setiap orang bertingkah laku sedapat mengkin sesuai dengan konsep

dirinya. Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep

dirinya disebut nubuat yang dipenuhi sendiri.

d. Membuka Diri

Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada

kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih

terbuka untuk menerima pengalaman – pengalaman dan gagasan –

gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih

cermat memandang diri kita dengan orang lain.

e. Percaya Diri (Self Confidence)

Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif

timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang

yang tidak menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak akan mampu

mengatasi persoalan.

f. Selektivitas

Konsep diri memengaruhi perilaku individu karena pesan apa individu

bersedia membuka diri, bagaimana mempersepsi pesan itu, dan apa yang

diingat. Konsep diri menyebabkan terpaan selektif (selective exposure),

persepsi selektif (selective perseption), dan ingatan selektif (selective

attention).

Sobur (2013, h.518), menyatakan bahwa ada empat faktor yang

memengaruhi perkembangan konsep diri seseorang, yaitu :

a. Self Appraisal – Viewing Self as an Object


21

Istilah ini menunjukkan suatu pandangan, yang menjadikan diri

sendiri sebagai objek dalam komunikasi, atau dengan kata lain, adalah

kesan kita terhadap diri kita sendiri. Penilaian – penilaian terhadap diri

sendiri sangat berpengaruh terhadap cara kita memberi kesan terhadap

diri sendiri.

b. Reaction and Response of Others

Konsep diri tidak saja berkembang melalui pandangan kita

terhadap diri sendiri, namun juga berkembang dalam rangka interaksi

kita dengan masyarakat. Oleh sebab itu, konsep diri dipengaruhi oleh

reaksi serta respons orang lain terhadap diri kita.

c. Roles You Play – Role Taking

Dalam hubungan pengaruh peran terhadap konsep diri, aspek peran

yang kita mainkan sedikit banyak akan memengaruhi konsep diri kita.

Ada beberapa peran yang harus dimainkan dalam masyarakat tempat

kita berada. Dengan demikian peran yang kita mainkan itu adalah hasil

dari sistem nilai kita.

d. Reference Group

Kelompok rujukan adalah kelompok yang kita menjadi anggota

didalamnya. Jika kelompok ini kita anggap penting, dalam arti mereka

dapat menilai dan bereaksi pada kita, hal ini akan menjadi kekuatan

untuk menentukan konsep diri kita.


22

Menurut Burns, (dalam Widodo, 2006: h.4) konsep diri dipengaruhi oleh

faktor – faktor sebagai berikut :

a. Citra diri

Yang berisi tentang kesadaran dan citra tubuh, yang pada mulanya

dilengkapi melalui persepsi inderawi. Hal ini merupakan inti dan dasar

dari acuan dan identitas diri yang terbentuk.

b. Kemampuan bahasa

Bahasa timbul untuk membantu proses diferensiasi terhadap orang

lain yang ada disekitar individu, dan juga untuk memudahkan atas

umpan balik yang dilakukan oleh orang – orang terdekat (significant

others).

c. Umpan balik dari lingkungan

Individu yang citra tubuhnya mendekati ideal masyarakat atau

sesuai dengan yang diinginkan oleh orang lain yang dihormatinya,

akan mempunyai rasa harga diri yang akan tampak melalui penilaian –

penilaian yang terefleksikan.

d. Peran

Identifikasi dengan peran jenis yang sesuai dengan stereotip

masyarakat. Identifikasi berdasarkan penggolongan seks dan peranan

seks yang sesuai dengan pengalaman masing – masing individu akan

berpengaruh terhadap sejauh mana individu memberi label maskulin

atau feminin kepada dirinya sendiri.


23

e. Pola asuh

Pola asuh, perlakuan, dan komunikasi orang tua. Hal ini akan

berpengaruh terhadap harga diri individu karena ada ketergantungan

secara fisik, emosional, dan sosial kepada orang tua individu(terutama

pada masa kanak – kanak), selain karena orang tua juga merupakan

sumber umpan balik bagi individu.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor –

faktor yang memengaruhi konsep diri yaitu, pengalaman ( hal – hal yang

berhubungan dengan respon seseorang dan peran yang dimainkan dalam

masyarakat), dan aktualisasi diri yang berhubungan dengan penilaian terhadap diri

sendiri dan orang lain.

5. Pembagian konsep diri

Untuk menunjukkan konsep diri yang konkret sesuai atau terpisah dari

perasaan dan pengalaman organismik, Rogers (dalam Sobur, 2013 : h. 507)

mengajukan dua konsep, yaitu :

a. Incongruence

Ketidaksesuaian antara konsep diri dan pengalaman organismik

disebabkan adanya pengasingan diri yang mendasar dalam individu.

Dalam hal ini, individu merasa diancam dan takut karena dia ternyata tidak

mampu menerima secara terbuka dan fleksibel semua pengalaman dan

nilai organismik dalam konsep dirinya yang terlalu sempit.

b. Congruence
24

Adapun congruence adalah situasi saat pengalama diri diungkapkan

dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan asli

dengan demikian, tendensi aktualisasi diri dalam pribadi seseorang dapat

berkembang tanpa halangan.

Pembagian konsep diri menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat,

2005: h. 105) ada dua, yaitu :

a. Konsep Diri Negatif

1) Peka pada kritik

2) Responsif terhadap pujian

3) Hipekratis

4) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain

5) Bersikap terhadap kompetensi seperti terungkap dalam

keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat

prestasi.

b. Konsep Diri Positif

1) Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah

2) Ia merasa setara dengan orang lain

3) Ia menerima pujian tanpa rasa malu

4) Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,

keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.

5) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan

aspek – aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha

mengubahnya.
25

Berdasarkan penjelasan diatas maka konsep diri terbagi menjadi dua yaitu

konsep diri positif yang ditandai dengan kesesuaian atau kongruen dan konsep diri

negatif yang ditandai dengan ketidaksesuaian atau inkongruen.

B. Guru

1. Pengertian Guru

Mengajar merupakan istilah kunci yang tidak pernah hilang dari

pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara kedua hal

tersebut. Mengajar hanya dianggap sebagai salah satu alat atau cara dalam

menyelenggarakan pendidikan, bukan pendidikan itu sendiri. Tugas dan tanggung

jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan membimbing peserta didik

untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan sesuai dengan kriteria yang

telah ditetapkan, baik kriteria institusional dan konstitusional. Untuk dapat

menjelaskan tugas dan tanggung jawab tersebut guru berkewajiban merealisasikan

segenap upaya yang mengarah pada pengertian membantu dan membimbing

peserta didik dalam usaha menuju perubahan positif ( Syah, 2014 : h.177-178 ).

Guru merupakan profesi yang bertugas mendidik, mengajar, dan melatih.

Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai – nilai hidup. Mengajar

berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Melatih berarti

mengembangkan keterampilan – keterampilan untuk kehidupan siswa. Profesi

guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina,

mengasuh, ataupun mengajar. Guru tidak sekedar mengajar di kelas tetapi juga

membangun kedekekatan secara emosional dengan siswa. Guru juga sangat juga
26

sangat lekat dengan integritas dan kepribadian, bahkan identik dengan citra

kemanusiaan (Suyanto & Jihad, 2013: h.1).

Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi

para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki

standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa,

mandiri, dan disiplin (Mulyasa, 2016: h.37).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa guru adalah

orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Guru

honorer adalah guru yang tidak digaji sebagai guru tetap, tetapi menerima

honorarium berdasarkan jumlah jam pelajaran yang diberikan (Depdiknas, 2008:

h.469).

Guru honorer merupakan guru yang diangkat secara resmi oleh pemerintah

untuk mengatasi masalah kekurangan guru, tetapi bukan pegawai negeri

(Mulyasa, 2016: h. 201). Sebagaimana dikemukakan dalam Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional No. 007/U/2003, bahwa guru honorer adalah guru bukan

Pegawai Negeri (Pasal 1, ayat (1), berkedudukan sebagai pegawai Departemen

Pendidikan Nasional yang ditugaskan secara penuh pada sekolah (Pasal 2).

Berdasarkan penjelasan maka dapat disimpulkan bahwa guru honorer

adalah profesi yang bertugas untuk mendidik, mengajar, dan melatih untuk

kemudian menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik dan

lingkungan tetapi bukan pegawai negeri yang diangkat secara resmi oleh

pemerintah untuk mengatasi masalah kekurangan guru yang tidak digaji sebagai

guru tetap, tetapi menerima honorarium berdasarkan jumlah jam pelajaran yang

diberikan.
27

C. Konsep Diri Guru Honorer

Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan,

pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terbagi

atas bagaimana cara individu melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana

individu menginginkan diri sendiri menjadi manusia yang individu tersebut

harapkan.

Guru honorer adalah orang yang profesinya mengajar tetapi bukan

pegawai negeri yang diangkat secara resmi oleh pemerintah untuk mengatasi

masalah kekurangan guru yang tidak digaji sebagai guru tetap, tetapi menerima

honorarium berdasarkan jumlah jam pelajaran yang diberikan.

Berdasarkan pengertian konsep diri dan guru honorer maka dapat

disimpulkan bahwa konsep diri guru honorer adalah gagasan tentang diri sendiri

yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap diri

sendiri sebagai orang yang profesinya mengajar tetapi bukan pegawai negeri yang

diangkat secara resmi oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kekurangan guru

yang tidak digaji sebagai guru tetap, tetapi menerima honorarium berdasarkan

jumlah jam pelajaran yang diberikan.

Seorang guru honorer juga memiliki sebuah konsep terhadap keadaan

dirinya sendiri karena pada dasarnya guru honorer juga adalah seorang individu

yang mempunyai kemampuan berpikir untuk memahami keadaan dirinya sebagai

guru honorer. Konsep diri terbagi atas dua jenis yaitu positif dan negatif. Konsep

Diri Negatif memiliki ciri – ciri yakni ; Peka pada kritik, Responsif terhadap

pujian, Hipekratis, Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, Bersikap

pesimis terhadap kompetensi seperti terungkap dalam keengganannya untuk


28

bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Konsep diri positif memiliki

ciri – ciri yaitu ; yakin akan kemampuannya mengatasi masalah. Ia merasa setara

dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap

orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak

seluruhnya disetujui masyarakat. mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup

mengungkapkan dimensi - dimensi kepribadian yang tidak disenanginya dan

berusaha mengubahnya.

Gambaran konsep diri guru honorer akan terbentuk menjadi konsep diri

positif atau konsep diri negatif. Konsep diri memiliki beberapa dimensi, dimensi –

dimensi konsep diri adalah pengetahuan diri secara fisik, harapan diri secara

psikologis, serta penilaian diri. Faktor – faktor yang memengaruhi konsep diri

yaitu, pengalaman ( hal – hal yang berhubungan dengan respon seseorang dan

peran yang dimainkan dalam masyarakat), dan aktualisasi diri yang berhubungan

dengan penilaian terhadap diri sendiri dan orang lain. Dimensi dan faktor – faktor

tersebutlah yang akan memengaruhi bagaimana konsep diri seseorang guru

honorer menjadi konsep diri positif atau konsep diri negatif.


29

D. Kerangka Teoritis

Guru
Self
Honorer

a. Honorarium
b. Cuti Kepercayaan Citra diri
berdasarkan diri
peraturan
perundang –
Identitas Diri Harga Diri
undangan
ketenaga-
kerjaan
Penerimaan Diri Konsep Diri
c. Perlindunga
n hukum

1) Pengetahuan diri secara Pengalaman ( Hal – hal yang


fisik dan psikologis berhubungan dengan respon
2) Harapan diri secara seseorang dan peran yang
psikologis dimainkan dalam masyarakat ) &
3) Penilaian diri Aktualisasi diri yang berhubungan
dengan penilaian terhadap diri
sendiri dan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai