Anda di halaman 1dari 3

Nama : Achmad Izza Maulana

NIM : 23010123420031
Tanda Tangan :
1. Berikan penjelasan tentang hubungan antara Selenium dan vitamin E jelaskan pula
gangguan apa yg terjadi apabila kekurangan ke 2 nutrien tersebut ?
Hubungan antara selenium dan vitamin E pada ternak juga sangat penting. Selenium
dan vitamin E memiliki peran vital dalam kesehatan dan produktivitas ternak. Kombinasi dari
selenium dan vitamin ternak yaitu untuk kesehatan reproduksi ternak, termasuk kesuburan
jantan dan betina, Vitamin E dan selenium memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan
otot ternak, termasuk otot jantung dan otot rangka, dan kekurangan vitamin E dan selenium
dapat menyebabkan penyakit otot seperti myopathy nutrisi (penyakit otot yang disebabkan
oleh kekurangan nutrisi). Selain itu selenium dan vitamin E berfungsi sebagai sistem
kekebalan tubuh. Menurut Ismoyowati et al., (2023) bahwa Selenium dan vitamin E berperan
sebagai antioksidan yang mampu melindungi sel dan dapat meningkatkan status
kesehatan ayam petelur. Potensi vitamin E dapat meningkat dengan adanya
penambahan selenium. Selenium akan bekerja dengan antioksidan lain terutama vitamin E, di
mana vitamin E akan mencegah terbentuknya peroksida bebas dan selenium akan menekan
pembentukan peroksida yang sudah terlanjur terbentuk (Ratna et al., 2022). Selenium dan
vitamin E berperan sebagai antioksidan dalam tubuh ternak, membantu melindungi sel-sel
dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Apabila ternak kekurangan selenium dan vitamin E maka dapat menyebabkan
masalah reproduksi, seperti kesulitan dalam berbiak, abortus, atau kelahiran anak yang lemah
atau cacat. Kekurangan vitamin E dan selenium dapat menyebabkan penyakit otot seperti
myopathy nutrisi (penyakit otot yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi). Selain itu
kekurangan kedua nutrisi ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh ternak, membuat
mereka lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. Kekurangan kedua nutrisi ini dapat
meningkatkan risiko kerusakan oksidatif pada sel-sel ternak, yang dapat menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan. Kemudian kekurangan selenium dan vitamin E dapat
mengurangi ketahanan ternak terhadap berbagai penyakit dan kondisi stres, seperti infeksi,
perubahan cuaca yang ekstrem, atau transportasi yang panjang (Shakeri et al., 2020).

Referensi :
Ismoyowati, I., R. Rosidi dan I. H. Sulistyawan. 2023. Pengaruh suplementasi selenium yeast
dan vitamin e terhadap haemogram ayam niaga petelur pada akhir periode produksi.
In Prosiding Seminar Nasional Teknologi Agribisnis Peternakan (Stap) (Vol. 10, pp.
355-358)
Ratna, E., S. M. M. Pratama, S., dan S. P. Edy. 2022. Pengaruh pemberian kombinasi mineral
selenium, zinc, dan vitamin e terhadap kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi daging
broiler. J. Riset dan Inovasi Peternakan. 6(1): 66-73
Shakeri, M., Oskoueian, E., Le, H.H., dan Shakeri, M. 2020. Strategies to combat heat stress
in broiler chickens: unveiling the roles of selenium, vitamin e and vitamin c. Veterinary
Sciences 7(2):71. https://doi.org/10.3390/ vetsci7020071

2. Berdasarkan data terasebut , dapat diketahui bahwa anak sapi pada kelompok I
memiliki konsentrasi Na+ (140 mEq/l), Cl- (100 mEq/l), dan osmolalitas (295 mOsm)
dimana nilai tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan anak sapi kelompok 2
yang memiliki kadar Na+ (160 mEq/l), Cl- (140 mEq/l ), osmolalitas (400 mOsm),
sedangkan untuk parameter HCO3- (mEq/l) dan pH memilki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anak sapi kelompok II. Konsentrasi mineral darah pada kelompok
I cenderung dalam kisaran normal. Menurut Lee et al., (2020) rentang normal pada Na+
berkisar antara 136,5 – 142,4 mmol/L, Cl - berkisar antara 94,5 – 105,2 mml/L, pH
berkisar antara 7,45-7,48 serta HCO3- berkisar antara 24 – 33,9 mmol/L. Hal tersebut
menunjukkan bahwa anak sapi yang memiliki status kesehatan lebih baik yaitu anak
sapi pada kelompok I. Konsentrasi Na+ pada anak sapi kelompok II memiliki nilai yang
lebih tinggi yaitu 160,0 mEq/l. Menurut Tanely et al., (2023) bahwa konsentrasi normal
Na+ dalam darah yaitu 37 - 148 mEq/L. Ini dikarenakan pertukaran seluler ion tersebut
dengan ion hidrogen memasuki sel sehingga konsentrasi Na+ dapat meningkat selama
asidosis metabolic (Pawlinski et al., 2020). Kelebihan Na juga dapat berdampak buruk
bagi kesehatan. Peran natrium dalam tubuh diantaranya yaitu memelihara temperatur
tubuh, transport kimiawi dan fungsi syaraf. Natrium bersama dengan K dan Cl
merupakan salah satu ion yang penting dalam mengatur keseimbangan asam basa (pH)
serta tekanan osmotik tubuh. Penyerapan glukosa dan hampir semua asam amino yang
berasal dari usus kecil, serta penyerapan Mg dari rumen tergantung pada Na.
Konsentrasi Cl- pada anak sapi kelompok I (100 mEq/l) berada dalam kondisi normal,
sedangkan konsentrasi Cl- (140 mEq/l)pada anak sapi kelompok II melebihi kisaran
normal. Kadar Cl darah normal pada sapi yaitu 90 – 110 mEq/l (Adriani et al., 2020).
Klorida berperan dalam penyerapan asam amino dan mineral, digestri protein serta
pengaturan tekanan osmotic dalam menjaga keseimbangan asam-basa dalam tubuh.
Konsentrasi HCO3- pada anak sapi kelompok II memiliki nilai yang sangat
rendah serta memiliki pH yang lebih rendah. Menurut Atalla et al., (2020) bahwa
umumnya anak sapi atau pedet yang mengalami gangguan pencernaan seperti diare
menunjukkan pH darah serta HCO3- yang rendah, yang ditampilkan pada data anak
sapi kelompok 2 menunjukkan konsentrasi HCO3- dan pH berada dibawah kisaran
normal. Penurunan tersebut mengindikasikan terjadinya asidosis metabolik parah serta
berkaitan dengan penurunan pH darah. Korelasi antara pH dan kesehatan ternak
menunjukkan bahwa pH darah dapat menjadi indikator untuk menentukan status klinis
pada anak sapi. Choi et al., (2021) juga menambahkan bahwa anak sapi yang
mengalami gangguan pencernaan seperti diare menunjukkan pH kurang dari 7,1 dan
nilai HCO3- kurang dari 20.

Adriani, A., N. Humaidah, dan D. Suryanto. 2020. Peran Makromineral Dalam Mengatasi Gangguan
Reproduksi Ruminansia (Article Review). Dinamika Rekasatwa: Jurnal Ilmiah, 3(2): 1 – 7.

Atalla, S., M. A. Youssef, E. M. Ebrahem, M. El-Diasty dan M. A. Rizk. 2023. Effect of prebiotic and
spirulina on blood gas parameters and acute phase proteins in dairy cattle with sub-acute
ruminal acidosis. J. Vet. Sci. 12(1): 24 – 30.

Choi, K. S., K. M. Park , J. H. Kang, J. Y. Ku, S. E. Cha, S. Kim, D. H. Yu and J. Park. 2021.
Electrolyte concentrations and blood gas values in neonatal calves with diarrhea. Researh
Square. 1-14.

Lee, S. H., E. W. Choi and D. Kim. 2020. Relationship between the values of blood parameters and
physical status in korean native calves with diarrhea. J.Vet. Sci. 21(2):1-11.

Pawliński, B., M. Petrajtis-Gołobów, M. Trela dan O. Witkowska-Piłaszewicz. 2023. Acid–Base, Gas,


Ions, and Glucose Analysis in Follicular Fluid in Holstein-Friesian Dairy Cows Is Associated with
the Follicle Size in Poland. Animals. 13(10): 1636

Tanely, W., C. Fahira, V. Analdi, Y. Khanna dan L. Ngamelubun. 2023. Pemberian Ringer Lactate Vs
Normal Saline Untuk Tatalaksana Ketoasidosis Diabetik: Manakah Yang Lebih Baik?. Health
Information: J. Penelitian

Anda mungkin juga menyukai