Dosen Pengampu:
Nama NIM
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah Swt yang dengan rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas Perkembangan Cyber
Jurnalistik pada mata kuliah “Cyber Jurnalistik” yang diampu oleh Bapak Hendra Kurnia
Pulungan, S.Sos., M.Si.
Terima kasih Bapak Hendra Kurnia Pulungan S.Sos. M.Si selaku dosen yang telah
membimbing, serta seluruh pihak terlibat, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik walau jauh dari kata sempurna. Kami sadari bahwa penulisan makalah mungkin masih
memiliki kekurangan. Oleh karena itu demi penyempurnaan makalah ini, penyusun siap
menerima kritik dan saran dari pembaca yang dapat menunjang perbaikan makalah ini lebih
baik kedepannya. Demikian makalah ini dibuat semoga bermanfaat, Terima kasih.
Kelompok 1
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1. 1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
3. 1 1.3 Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
2. 1 Kilas Sejarah Jurnalistik Online...............................................................................................3
2. 2 Dinamika Cyber Jurnalistik.....................................................................................................4
2. 3 Citizen Journalism dan Media Berita......................................................................................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................10
3.1 Simpulan....................................................................................................................................10
3. 2 Saran.........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11
II
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Ketika internet menjadi lebih murah dan mudah diakses oleh masyarakat umum
pada awal tahun 1990-an, sejarah jurnalistik online dimulai. Situs website berita pertama
kali muncul sebagai platform yang memungkinkan artikel, foto, dan video diposting
secara online. Namun, dengan waktu, jurnalisme online telah berkembang menjadi
entitas yang lebih kompleks dan beragam, yang memasukkan berbagai bentuk konten
multimedia, interaksi, dan keterlibatan pembaca.
Selain itu, seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan sosial, dinamika
dunia cyber jurnalistik terus berkembang. Fenomena seperti media sosial, blogging,
citizen journalism, dan algoritma pencarian telah mengubah lanskap media secara
signifikan. Di era di mana informasi dapat dengan mudah dibuat, didistribusikan, dan
diubah, jurnalis dan penerbit menghadapi tantangan baru dalam menjaga keaslian,
akurasi, dan kredibilitas informasi.
Selain itu, tantangan ini membuka peluang baru untuk praktik jurnalistik yang
kreatif. Misalnya, jurnalis saat ini dapat menggunakan berbagai alat digital untuk
mendapatkan informasi secara real-time, melakukan investigasi terbuka dengan
menggunakan sumber online, dan bekerja sama dengan pembaca dan komunitas selama
peliputan berita.
Kami akan menyelidiki sejarah perkembangan jurnalistik online dan dinamika yang
terkait dengan praktik jurnalistik di dunia cyber. Kami akan melihat bagaimana teknologi
telah memengaruhi produksi dan konsumsi berita, serta dampak sosial, politik, dan etis
dari transformasi ini. Kami juga akan mengidentifikasi tantangan dan peluang yang
1
dihadapi oleh jurnalis dalam menghadapi perubahan yang cepat dalam lanskap media
digital.
1. 2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Kilas Sejarah Jurnalistik Online
Berbagai literatur jurnalistik online menunjukkan, jenis jurnalisme baru ini tidak
lepas dari ditemukannya teknologi komputer yang diikuti kemunculan teknologi internet
yang dikembangkan pada tahun 1990-an. Penemuan dan pengembangan teknologi
nirkabel (wireless) pada notebook memudahkan proses jurnalistik atau kerja wartawan.
Dua tahun kemudian atau awal tahun 2000-an, muncullah situs-situs pribadi yang
menampilkan laporan jurnalistik pemiliknya yang kini dikenal dengan website blog,
weblog, atau blog saja. Kemunculan dan perkembangan jurnalistik online di Indonesia
juga dimulai dengan berita menggegerkan, yaitu berakhirnya era pemerintahan Orde
Baru saat Socharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998. Berita pengunduran dırı
3
Socharto tersebar luas melalui milist (mailing list) yang sudah mulai dikenal luas di
kalangan aktivis demokrasi dan mahasiswa.
Setelah itu, seiring "cuforia reformasi", beragam media online pun hadir, seperti
detik.com, hidik.com, mandiri-online. com, dan berpolitik.com yang disebut-sebut
sebagai "pioner Jurnalistik online di Indonesia", diikuti kehadiran tiga situs besar-
Astaga.com. Satunet.com, dan KafeGaul.com. Saat ini sejarah jurnalistik online
didominasi oleh situs- situs berita yang merupakan "edisı endine" suratkabar, meski
belakangan kontennya menjadi tersendiri atau berbeda.
a. Audience participation: seperti komentar user yang di-attach pada berita, blog-
blog pribadi, foto, atau video footage yang diambil dari handycam pribadi, atau
berita lokal yang ditulis oleh anggota komunitas.
b. Independent news and information website: situs web berita atau informasi
independen seperti Consumer Reports, Drudge Report yang terkenal dengan
"Moni- cagate-nya.
4
c. Full-fledged participatory news sites: situs berita partisipatoris murni atau situs
kumpulan berita yang murni dibuat dan dipublikasikan sendiri oleh warga seperti
OhmyNews, NowPublic, dan GroundReport
d. Collaborative and contributory media sites: situs media kolaboratif seperti
Slashdot, Kuro5hin, dan Newsvine.
e. Other kinds of "thin media": bentuk lain dari media "túpis" seperti mailing lin dan
newsletter e-mail.
f. Personal broadcasting sites: situs penyiaran pribadi seperti KenRadio.
Citizen Journalism kian mendapat tempat ketika situa- situs berita ternama seperti
Cyber Kompas dan Detikcom. menyediakan fasilitas blog bagi pembacanya-kompasiana
dan blogdetik. Momentum perkembangan sekaligus "unjuk kekuatan" citizen journalism
adalah ketika dunia digegerkan oleh berita serangan terhadap menara kembar WTC di
New York, Amerika Serikat, yang dikenal dengan serangan 11 September 2001 (9/11).
Penyebaran beritanya bermula dari gambar amatir yang diambil seorang warga yang
"kebetulan" berada dekas lokasi peristiwa.
Video tersebut hasil rekaman Cut Putri, perihal detik- detik ketika Tsunami 26
Desember 2004, dan ditayangkan Metro TV dua hari setelah kejadian. Hasil rekaman
perempuan berdarah Aceh yang ketika tsunami terjadi masih kuliah di Bandung itu
dianggap sebagai tonggak sejarah penting perkembangan citizen journalism di Indonesia.
Hasil rekaman Cut Putri tidak hanya menyentakkan kesadaran publik tentang
kedahsyatan tsunami Aceh, tetapi juga menyadarkan semua pihak bahwa warga biasa-
dalam arti bukan wartawan-pun berperan penting dalam menye- barkan berita dan
informasi penting. Kalangan media kian menyediakan ruang dan waktu untuk
menayangkan dan memublikasikan berita dan infor- masi warga. Hingga kini, stasium-
stasiun televisi masih sering menayangkan "video amatir" dalam pemberitaan sejumlah
peristiwa.
5
Menurut Mark Glaser, seorang freelance journalist, seperti dimuat Wikipedia, ide di
balik citizen journalism adalah bahwa orang tanpa pelatihan jurnalisme profesional dapat
menggunakan alat-alat teknologi modern dan distribusi global dari internet untuk
membuat dan menyebarkan informasi, juga mengoreksi berita yang ada di media online.
Misalnya, seseorang menulis tentang pertemuan dewan kota di blog atau di sebuah
forum online, atau memeriksa fakta sebuah artikel surat kabar dari media mainstream dan
menunjukkan fakta kesalahan atau biasnya pada blog atau di kolom komentar. Tidak
hanya berupa teks, citizen journalism juga bisa diproduksi dalam bentuk audio-video
yang bisa diunggah dan tersebar luas lewat situs You Tube.
Dengan kemajuan teknologi saat ini, gerakan jurnalistik warga telah menemukan
"kehidupan baru". Masyarakat biasa (bukan wartawan) dapat membuat berita dan men-
distribusikannya secara global. Kini setiap individu dapat berkomunikasi dengan individu
lain dan jutaan orang di seluruh dunia. Citizen journalism telah melahirkan sejumlah
"media indy" (indymedia), yaitu media alternatif dan berusaha memfasilitasi masyarakat
untuk dapat memublikasikan informasi yang mereka miliki.
Jurnalistik "oleh rakyat" (by the people) ini terus berkembang berkat fasilitas media
sosial yang bermunculan. seperti weblog, ruang chatting (chat room), wiki, dan mobile
computing. Di Korea Selatan muncul situs OhmyNews yang sangat populer berkat
motonya: "setiap warga adalah reporter" (Every Citizen is a Reporter). Surat kabar online
ini didirikan tahun 2000 sebagai media online pertama tempat publik dapat mengirimkan,
mengedit, dan memublikasikan sen- diri tulisannya. Hanya sekitar 20% konten situs
tersebut ditulis olch 55 orang staf. Sebagian besar artikel ditulis olch kontributor lepas
yang kebanyakan warga biasa. OhmyNews sekarang memiliki sekitar 50.000 kontributor.
6
Tren terbaru dalam citizen journalison telah memunculkan apa yang diistilahkan
blogger Jeff Javris sebagai hyperlocal journalism, yaitu situs berita online yang
mengundang kon- tributor dari warga lokal untuk melaporkan topik yang cen- derung
diabaikan oleh media konvensional atau media massa mainstream.
Media demikian tidak lagi memerlukan "gatekeeper" (editor) yang menyeleksi dan
menentukan apa yang penting diberitakan atau penentu sebuah berita dipublikasikan atau
tidak. Informasi yang berkembang pun bukan hasil pemikiran dan "perasaan" sebagian
kecil orang yang dinamakan editor stu. Bukti terbaru kekuatan citizen journalion dapat
disaksikan dalam germa revolusi di sejumlah negara Arab tahun 2011 dikenal dengan
sebutan aksi pemberontakan musim semi Arab (Antb Spring). Rezim berkuasa di Tunisia
dan Mesir tumbang berkat aksi demonstrasi massal yang digerakkan oleh media sosial
dan blog pribadi. Citizen journalism mengubah peran publik yang selama ini menjadi
"obyek berita" atau audiens menjadi sangat aktif layaknya wartawan profesional.
Citizen journalism telah memainkan peran penting dalam sejumlah peristiwa besar
dunia, seperti Tsunami Aceh dan serangan gedung WTC 9/11 di Washington. Gambar
dan cerita dari jurnalis warga yang menjadi korban tsunami dan dekat dengan gedung
WTC menawarkan konten yang memainkan peran utama dalam cerita. Demikian pula
informasi aksi protes dalam pemilu Iran 2009 dan aksi kerusuhan di Xinjiang Cina
didapatkan dari status facebook, twitter, dan blog warga karena wartawan dilarang
meliput dan memberitakannya.
Dapat dibayangkan, betapa kian dahsyatnya pengaruh citizen journalism jika sang
warga "sedikit" memiliki ilmu dan keterampilan jurnalistik sehingga mampu menyajikan
berita bagus, obyektif, akurat, dan enak dibaca layaknya berita media mainstream. Salah
satu tantangan citizen journalism adalah soal akurasi. kredibilitas, dan ketaatan pada kode
etik jurnalistik. Karena merasa bukan wartawan, seorang blogger misalnya dapat
"scenaknya" membuat dan menyebarkan tulisan di blognya. Lagi pula, tidak ada jaminan
blogger menguasai teknik dan kode etik dalam penulisan berita.
Warga biasa yang menulis berita di blognya tidak merasa harus menaati kode etik
pemberitaan, kode etik jurnalistik, juga tidak memiliki "standar prosedur" sehingga
menurunkan kredibilitas berita yang disampaikannya. Dari sisi citizen journalism inilah
kelemahan utama jurnalistik online, yakni aspek kredibilitas ditambah akurasi- terutama
penulisan kata (bahasa jurnalistik). Karena terburu- buru, wartawan online kemungkinan
7
sedikit "ceroboh" dalam penulisan ejaan sehingga sering terjadi salah dalam penulisan
kata. Dari segi bahasa, citizen journalism "tidak terikat" dengan kaidah bahasa, soal kata
baku dan tidak baku, karena lazimnya citizen journalist seperti blogger menggunakan
bahasa tutur, slank, alias "seenaknya".
Tak saja mengancam media cetak yang meniscayakan kertas dan teknologi cetak,
teknologi internet pula membuat berbagai media maisntream seperti media elektronik
kehilangan dominasinya. Internet telah membuat orang mampu melakukan distribusi atas
informasinya sendiri, membuat media sendiri. Jika pada ma-sa lalu orang hanya
mengandalkan media berita yang dijalankan korporat media dengan berbagai konotasi
modal dan sumberdaya manusia yang massive, kini berbagai berita dapat dikumpulkan,
diolah, dan disampaikan dengan biaya dan sumber daya manusia yang minimalis. Kita
telah sampai pada era internet yang me mungkinkan orang memiliki dan mengelola
sendiri medianya.
Internet pula memungkinkan terciptanya. interaksi yang lebih intens antara media
berita dan pembaca. Hal ini membuat tak saja para pembaca mampu memberikan
feedback atas suatu pemberitaan secara realtime, para pembaca pula dapat terlibat dalam
proses pem buatan berita. Inilah yang disebut sebagai citi zen journalism, alias jurnalisme
warga, di mana setiap warga dunia, senyampang ia terhuna strategis.
Lepas dari kesemua yang ditulis di atas, yatalah bahwa perkembangan teknologi
informasi telah membawa perubahan tak saja dalam moda penyampaian berita namun
juga dalam pembuatan berita. Teknologi informasi me mungkinkan media berita dan
audiens untuk berhubungan lebih intens dan saling mengisi. Pola penyampaian berita
seperti pada masa lalu semakin tertinggal digantikan dengan pola baru yang semakin
partisipatorik. Di sisi lain, kesempatan bagi warga masyarakat untuk memiliki medianya
8
sendiri lebih terbuka. Semakin banyak alternatif dalam memperoleh informasi dalam
masyarakat ini pada gilirannya akan membawa kepada persaingan yang sehat, di mana
media yang mampu memenuhi kebutuhan. mas-yarakat akan mendapatkan kepercayaan,
seda-ngkan mereka yang gagal untuk meme- nuhinya akan ditinggalkan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3. 1 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Khoiruzzaman, W. (2017). Urgensi dakwah media cyber berbasis peace journalism. Jurnal
Ilmu Dakwah, 36(2).
Wardaya, M. K., & Komari, A. (2011). Revolusi Media, Jurnalisme Global, dan Hukum Pers
Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum, 11(2), 366-376.
Knight, Alan. 2003. Globalised Journalism in the Internet Age. ejournalist.com.au Issue 03/0-
2/2003, Central Queensland University
11