Anda di halaman 1dari 15

 Definisi misi

1. Interpretasi misi dalam perspektif teologis:

Misi sebagai Panggilan Ilahi:

Penjelasan: Misi, dalam kerangka teologis, dipahami sebagai panggilan ilahi untuk menyampaikan
pesan kasih dan keselamatan kepada seluruh umat manusia. Ayat pendukung: Matius 28:19-20 (TB):
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku...”

Catatan Kaki: Carson, D.A. The Gospel According to John. Eerdmans, 1991.

Misi sebagai Wujud Kasih dan Keadilan:

Penjelasan: Teologis melihat misi sebagai wujud nyata dari kasih dan keadilan Allah. Melalui misi,
Gereja menjadi saluran untuk membawa perubahan positif dan menyatakan keadilan di dunia. Ayat
pendukung: Amos 5:24 (TB): “Biarlah mengalirkan seperti sungai keadilan...”

Catatan Kaki: Bosch, David J. Transforming Mission: Paradigm Shifts in Theology of Mission. Orbis
Books, 1991.

Misi sebagai Kerjasama dengan Allah dalam Penebusan:

Penjelasan: Dalam kerangka teologis ini, misi dipahami sebagai partisipasi aktif umat manusia dalam
rencana penebusan Allah. Ayat pendukung: 2 Korintus 5:20 (TB): “Maka kamilah utusan-utusan
Kristus, seolah-olah Allah menasihati oleh perantaraan kami...”

Catatan Kaki: Newbigin, Lesslie. The Gospel in a Pluralist Society. Wm. B. Eerdmans Publishing, 1989.

Misi sebagai Pemulihan Hubungan dengan Allah:

Penjelasan: Perspektif ini menekankan misi sebagai usaha untuk memulihkan hubungan yang rusak
antara manusia dan Allah. Ayat pendukung: 2 Korintus 5:18 (TB): “Dan semuanya ini berasal dari
Allah, yang telah mendamaikan kita dengan diri-Nya oleh Kristus...”

Catatan Kaki: Stott, John R.W. Christian Mission in the Modern World. IVP Books, 1975.
Misi sebagai Tindakan Penginjilan dan Pembinaan Murid:

Penjelasan: Dalam kerangka ini, misi dilihat sebagai tindakan penginjilan untuk membawa orang
kepada Kristus dan pembinaan murid untuk pertumbuhan rohaniah. Ayat pendukung: Markus 16:15
(TB): “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segenap makhluk.”

Catatan Kaki: Winter, Ralph D., dan Steven C. Hawthorne. Perspectives on the World Christian
Movement: A Reader. William Carey Library, 2013.

Perbandingan pandangan misi dari berbagai tradisi teologis:

Tradisi Calvinisme:

Definisi Misi: Dalam tradisi Calvinisme, misi dilihat sebagai bagian dari kewajiban umat pilihan Allah
untuk menyebarkan ajaran Calvinis dan kepentingan Kerajaan Allah di seluruh dunia.

Catatan Kaki: Bosch, David J. Transforming Mission: Paradigm Shifts in Theology of Mission. Orbis
Books, 1991.

Tradisi Katolik Roma:

Definisi Misi: Dalam tradisi Katolik Roma, misi memiliki dimensi pewartaan, pelayanan sosial, dan
penginjilan, ditekankan dalam ajaran Gereja sebagai bagian dari misi universal.

Catatan Kaki: Ad Gentes. “Decree on the Mission Activity of the Church.” Second Vatican Council,
1965.

Tradisi Pentakosta:

Definisi Misi: Tradisi Pentakosta menekankan pengalaman Roh Kudus dan penginjilan sebagai inti
misi, dengan fokus pada pemberitaan dan keajaiban sebagai sarana menyebarkan Injil.

Catatan Kaki: McGee, Gary B. This Gospel Shall Be Preached: A History and Theology of Assemblies of
God World Missions. Gospel Publishing House, 2004.

Tradisi Ekumenis:

Definisi Misi: Dalam tradisi ekumenis, misi dilihat sebagai upaya bersama gereja-gereja dan
denominasi untuk bekerja sama dalam pelayanan dan pembangunan masyarakat.

Catatan Kaki: Conference on World Mission and Evangelism. World Council of Churches. “Together
Towards Life: Mission and Evangelism in Changing Landscapes.” 2013.
Tradisi Anabaptis:

Definisi Misi: Tradisi Anabaptis menekankan pelayanan sosial, damai, dan kehidupan komunitas
sebagai bentuk misi, dengan penekanan pada teladan hidup Kristen.

Catatan Kaki: Yoder, John Howard. The Politics of Jesus. Wm. B. Eerdmans Publishing, 1972.

 Model misi

Misi sebagai pewartaan:

Definisi Misi sebagai Pewartaan:

Analisis: Misi sebagai pewartaan Injil menyoroti pentingnya menyampaikan pesan Injil Kristus kepada
mereka yang belum mengenal-Nya. Ini melibatkan upaya aktif untuk memberitakan kebenaran-
kebenaran Kristen dan menyerukan pertobatan.

Catatan Kaki: Stott, John R.W. Christian Mission in the Modern World. IVP Books, 1975.

Metode Pewartaan dalam Misi:

Analisis: Metode pewartaan Injil mencakup berbagai pendekatan, seperti penginjilan pribadi,
khotbah, publikasi, dan media. Analisis ini menggali efektivitas masing-masing metode dan
pertimbangan etis dalam menyampaikan pesan Injil.

Catatan Kaki: Winter, Ralph D., dan Steven C. Hawthorne. Perspectives on the World Christian
Movement: A Reader. William Carey Library, 2013.

Tantangan dan Kontroversi dalam Pewartaan Misi:

Analisis: Pewartaan Injil seringkali dihadapkan pada tantangan dan kontroversi, termasuk resistensi
budaya, pertentangan agama, dan pertanyaan etika. Analisis ini mengeksplorasi bagaimana
misionaris menanggapi dan menavigasi tantangan tersebut.

Catatan Kaki: Hiebert, Paul G. Anthropological Insights for Missionaries. Baker Academic, 1985.

Pengaruh Konteks Budaya terhadap Pewartaan Misi:

Analisis: Konteks budaya memainkan peran kunci dalam menyampaikan pesan Injil. Dalam analisis
ini, diperhatikan bagaimana pengaruh budaya lokal dapat memengaruhi pendekatan pewartaan dan
strategi misi.

Catatan Kaki: Kraft, Charles H. Christianity in Culture: A Study in Dynamic Biblical Theologizing in
Cross-Cultural Perspective. Orbis Books, 2005.

Evaluasi Hasil Pewartaan Misi:


Analisis: Penting untuk mengevaluasi hasil dari upaya pewartaan Injil. Analisis ini melibatkan
pemeriksaan dampak transformasional pada individu dan masyarakat, serta pertimbangan tentang
kelangsungan dan keberlanjutan hasil misi.

Catatan Kaki: Van Engen, Charles E. God’s Missionary People: Rethinking the Purpose of the Local
Church. Baker Academic, 1996.

Misi sebagai pelayanan sosial:

Definisi Misi sebagai Pelayanan Sosial:

Penjelasan: Misi sebagai pelayanan sosial menekankan keterlibatan dalam pelayanan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan memenuhi kebutuhan praktis masyarakat, seiring
dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Catatan Kaki: Bosch, David J. Transforming Mission: Paradigm Shifts in Theology of Mission. Orbis
Books, 1991.

Dimensi Keadilan dalam Pelayanan Sosial Misi:

Analisis: Pelayanan sosial misi sering kali menekankan dimensi keadilan, termasuk perjuangan untuk
hak asasi manusia, memberdayakan masyarakat yang terpinggirkan, dan berkontribusi pada
transformasi sosial.

Catatan Kaki: Hunsberger, George R., dan Craig Van Gelder. The Church between Gospel and Culture:
The Emerging Mission in North America. Wm. B. Eerdmans Publishing, 1996.

Model Pelayanan Sosial dalam Konteks Misi:

Analisis: Berbagai model pelayanan sosial dapat ditemukan dalam konteks misi, termasuk
pembangunan berkelanjutan, bantuan kemanusiaan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi.
Analisis ini membahas efektivitas dan dampak dari berbagai model tersebut.

Catatan Kaki: Long, Charles H. Being Sent: Delivered from Idols. Cascade Books, 2010.

Keterkaitan Pelayanan Sosial dengan Pesan Injil:

Analisis: Dalam konteks misi, penting untuk memahami keterkaitan antara pelayanan sosial dan
pesan Injil. Analisis ini menjelaskan bagaimana pelayanan sosial dapat menjadi wujud kasih Kristus
dan sarana pembukaan pintu bagi penginjilan.

Catatan Kaki: Campolo, Tony, dan Mary Albert Darling. The God of Intimacy and Action: Reconnecting
Ancient Spiritual Practices, Evangelism, and Justice. Jossey-Bass, 2007.

Tantangan Etika dalam Pelayanan Sosial Misi:


Analisis: Pelayanan sosial misi juga melibatkan pertimbangan etika yang kompleks. Analisis ini
menyelidiki tantangan etika dalam menyediakan pelayanan yang berkelanjutan dan menghormati
martabat manusia.

Catatan Kaki: Sider, Ronald J. Rich Christians in an Age of Hunger: Moving from Affluence to
Generosity. Thomas Nelson, 2005.

Misi sebagai penginjilan:

Definisi Misi sebagai Penginjilan:

Penjelasan: Misi sebagai penginjilan adalah upaya aktif untuk menyampaikan pesan Injil Kristus
kepada individu atau kelompok yang belum mengenal-Nya, dengan tujuan membangkitkan iman dan
membawa mereka ke dalam hubungan dengan Kristus.

Catatan Kaki: Bosch, David J. Transforming Mission: Paradigm Shifts in Theology of Mission. Orbis
Books, 1991.

Metode Penginjilan dalam Konteks Misi:

Analisis: Berbagai metode penginjilan, seperti pemberitaan langsung, pelayanan medis, pendidikan,
dan media, dapat diterapkan dalam konteks misi. Analisis ini mengevaluasi keefektifan masing-
masing metode dalam mencapai tujuan penginjilan.

Catatan Kaki: Winter, Ralph D., dan Steven C. Hawthorne. Perspectives on the World Christian
Movement: A Reader. William Carey Library, 2013.

Konteks Budaya dan Kontekstualisasi dalam Penginjilan:

Analisis: Konteks budaya memainkan peran penting dalam penginjilan. Dalam analisis ini, perhatian
diberikan pada pentingnya kontekstualisasi pesan Injil untuk mencapai pemahaman dan penerimaan
maksimal dalam masyarakat setempat.

Catatan Kaki: Hiebert, Paul G. Anthropological Insights for Missionaries. Baker Academic, 1985.

Tantangan dan Kesempatan dalam Penginjilan Misi:

Analisis: Penginjilan misi menghadapi berbagai tantangan, termasuk resistensi budaya, pertentangan
agama, dan kesulitan komunikasi. Analisis ini juga mengidentifikasi peluang dan strategi untuk
mengatasi tantangan tersebut.

Catatan Kaki: Lausanne Committee for World Evangelization. The Lausanne Covenant. International
Congress on World Evangelization, 1974.

Hubungan Penginjilan dengan Pelayanan Sosial dan Keadilan:


Analisis: Penginjilan tidak terpisah dari pelayanan sosial dan keadilan. Analisis ini membahas
bagaimana penginjilan dapat terjadi secara bersamaan dengan upaya pelayanan sosial dan
perjuangan untuk keadilan.

Catatan Kaki: Campolo, Tony, dan Mary Albert Darling. The God of Intimacy and Action: Reconnecting
Ancient Spiritual Practices, Evangelism, and Justice. Jossey-Bass, 2007.

Pertimbangan etika dalam misi:

Definisi Pertimbangan Etika dalam Misi:

Penjelasan: Pertimbangan etika dalam misi mencakup evaluasi etika yang terlibat dalam pelaksanaan
tugas misi, termasuk hubungan dengan komunitas lokal, konsistensi dengan nilai-nilai moral, dan
penghargaan terhadap hak asasi manusia.

Catatan Kaki: Swartley, Willard M. Slavery, Sabbath, War & Women: Case Issues in Biblical
Interpretation. Herald Press, 1983.

Respek terhadap Kebudayaan Lokal dan Hak Asasi Manusia:

Analisis: Pertimbangan etika melibatkan penghormatan terhadap kebudayaan lokal dan hak asasi
manusia. Dalam analisis ini, diperhatikan bagaimana misi dapat dijalankan tanpa melanggar hak asasi
manusia dan mempertimbangkan nilai-nilai budaya masyarakat setempat.

Catatan Kaki: Jennings, Theodore W. Good News to the Poor: John Wesley’s Evangelical Economics.
Abingdon Press, 1990.

Keterlibatan Masyarakat Lokal dan Partisipasi:

Analisis: Etika dalam misi melibatkan keterlibatan masyarakat lokal dan mempromosikan partisipasi
aktif mereka. Analisis ini mengevaluasi sejauh mana misi memberdayakan masyarakat setempat dan
membangun hubungan yang saling menguntungkan.

Catatan Kaki: Escobar, Samuel. The New Global Mission: The Gospel from Everywhere to Everyone.
InterVarsity Press, 2003.

Konsistensi dengan Prinsip-prinsip Keadilan dan Kesetaraan:

Analisis: Pertimbangan etika mencakup evaluasi sejauh mana misi konsisten dengan prinsip-prinsip
keadilan dan kesetaraan. Dalam analisis ini, diperhatikan apakah misi memperkuat atau mengurangi
ketidaksetaraan dan ketidakadilan.

Catatan Kaki: Sider, Ronald J. Rich Christians in an Age of Hunger: Moving from Affluence to
Generosity. Thomas Nelson, 2005.
Prinsip Etika dalam Penginjilan dan Konversi:

Analisis: Dalam konteks penginjilan, pertimbangan etika melibatkan pemahaman prinsip-prinsip etika
yang terlibat dalam upaya mengajak orang untuk memeluk iman Kristen dan konversi agama.

Catatan Kaki: Walls, Andrew F. The Missionary Movement in Christian History: Studies in the
Transmission of Faith. Orbis Books, 1996.

V. Hubungan Antara Gereja dan Misi

Konsep Gereja sebagai Komunitas Orang Percaya:

Analisis: Jika Gereja dipahami sebagai komunitas orang percaya, misi akan dilihat sebagai panggilan
bersama untuk memberitakan Injil, melayani satu sama lain, dan membangun kesatuan rohaniah. Hal
ini dapat menciptakan semangat kolaboratif dalam pelaksanaan misi.

Catatan Kaki: Bonhoeffer, Dietrich. Life Together: The Classic Exploration of Christian in Community.
HarperOne, 2009.

Gereja sebagai Tubuh Kristus:

Analisis: Konsep Gereja sebagai tubuh Kristus menekankan kerjasama dan peran yang berbeda dalam
mencapai tujuan misi. Dalam konteks ini, setiap anggota Gereja memiliki peran unik dalam
menyebarkan Injil dan memajukan misi Kristus di dunia.

Catatan Kaki: Fee, Gordon D. Paul’s Letter to the Corinthians. Eerdmans, 1987.

Gereja sebagai Keluarga Rohani:

Analisis: Jika Gereja dianggap sebagai keluarga rohani, pemahaman misi akan ditarik ke arah
perhatian yang lebih besar pada hubungan antarpribadi, kepedulian, dan pelayanan yang bersifat
keluarga. Ini dapat menciptakan atmosfer kasih yang mendalam dalam pelaksanaan misi.

Catatan Kaki: Stott, John R.W. The Message of Ephesians: God’s New Society. InterVarsity Press, 1979.

Analisis Pandangan Teologis terkait Struktur dan Organisasi Gereja:

Analisis: Konsep Gereja yang mempertimbangkan struktur dan organisasi akan memengaruhi cara
misi diorganisasikan. Pertimbangan etika dan efisiensi struktural dapat membentuk cara Gereja
merancang dan melaksanakan proyek misi.

Catatan Kaki: Marshall, I. Howard. New Testament Theology: Many Witnesses, One Gospel. IVP
Academic, 2004.

Pengaruh Konsep Gereja terhadap Integrasi Misi dalam Kehidupan Gereja:


Analisis: Konsep Gereja yang kuat dapat menghasilkan integrasi yang lebih baik dari misi dalam
kehidupan sehari-hari Gereja. Pemahaman akan misi sebagai panggilan integral bagi setiap anggota
Gereja dapat membawa transformasi yang lebih dalam.

Catatan Kaki: Bosch, David J. Transforming Mission: Paradigm Shifts in Theology of Mission. Orbis
Books, 1991.

Peran Gereja dalam membentuk dan mendukung misi:

Pemahaman Misi sebagai Panggilan Gereja:

Analisis: Gereja, sebagai tubuh Kristus, memiliki peran utama dalam membentuk pemahaman misi
sebagai panggilan kolektif. Melalui ajaran dan pewahyuan, Gereja membantu membentuk persepsi
anggotanya tentang misi sebagai bagian esensial dari identitas Kristen.

Catatan Kaki: Newbigin, Lesslie. The Open Secret: An Introduction to the Theology of Mission. Wm. B.
Eerdmans Publishing, 1995.

Kepemimpinan Gereja dalam Menetapkan Visi Misi:

Analisis: Peran pemimpin gereja sangat penting dalam menetapkan visi misi. Kepemimpinan yang
baik mengarahkan dan menginspirasi umat untuk melihat misi sebagai tujuan bersama yang dikejar
dengan hasrat.

Catatan Kaki: Malphurs, Aubrey. Advanced Strategic Planning: A New Model for Church and Ministry
Leaders. Baker Books, 2013.

Mendorong Keterlibatan Aktif Umat dalam Misi:

Analisis: Gereja mendukung misi dengan mendorong keterlibatan aktif umat dalam berbagai proyek
misi. Ini menciptakan pemahaman bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab pribadi untuk
berkontribusi pada pelaksanaan misi.

Catatan Kaki: Rainer, Thom S. Simple Church: Returning to God’s Process for Making Disciples. B&H
Publishing Group, 2006.

Pengorganisasian Program Misi Gereja:

Analisis: Gereja memiliki peran dalam merancang dan mengorganisasikan program misi. Ini
mencakup pengembangan proyek, pemberdayaan tim misi, dan menyediakan sumber daya untuk
mendukung usaha misi lokal dan global.

Catatan Kaki: Wright, Christopher J.H. The Mission of God: Unlocking the Bible’s Grand Narrative.
InterVarsity Press, 2006.
Misi Sebagai Gagasan Sentral dalam Khotbah dan Pengajaran:

Analisis: Peran khotbah dan pengajaran dalam gereja sangat penting untuk membentuk persepsi
umat terhadap misi. Gereja mendukung misi dengan secara rutin membahas dan mengajarkan
tentang urgensi dan signifikansi misi.

Catatan Kaki: Stott, John R.W. Christian Mission in the Modern World. IVP Books, 1975.

Analisis teologis tentang hubungan integral antara Gereja dan Misi:

Gereja sebagai Agen Utama Misi:

Analisis: Dalam perspektif ini, Gereja dipahami sebagai agen utama misi yang memiliki tanggung
jawab untuk menyampaikan pesan Injil kepada dunia. Pemikiran teologis ini mencerminkan
panggilan kolektif Gereja untuk menjadi saksi Kristus (Kisah Para Rasul 1:8).

Catatan Kaki: Bosch, David J. Transforming Mission: Paradigm Shifts in Theology of Mission. Orbis
Books, 1991.

Misi sebagai Identitas dan Panggilan Gereja:

Analisis: Teologis memandang misi sebagai bagian integral dari identitas dan panggilan Gereja. Ini
mencerminkan konsep bahwa Gereja secara alami diberdayakan oleh Roh Kudus untuk menjadi
penyampai Injil dan berpartisipasi dalam penyelamatan dunia (Matius 5:13-16).

Catatan Kaki: Newbigin, Lesslie. The Open Secret: An Introduction to the Theology of Mission. Wm. B.
Eerdmans Publishing, 1995.

Kerjasama Gereja dan Roh Kudus dalam Misi:

Analisis: Hubungan integral antara Gereja dan Misi dilihat sebagai kerjasama dengan Roh Kudus.
Pemikiran teologis ini menekankan pentingnya ketergantungan Gereja pada bimbingan dan kuasa
Roh Kudus dalam misi (Yohanes 16:7-11).

Catatan Kaki: Wright, Christopher J.H. The Mission of God: Unlocking the Bible’s Grand Narrative.
InterVarsity Press, 2006.

Pelayanan dan Pemberdayaan dalam Misi Gereja:

Analisis: Teologis menekankan pelayanan dan pemberdayaan sebagai inti dari misi Gereja. Pemikiran
ini tercermin dalam panggilan untuk memperlengkapi dan melayani anggota Gereja agar mereka
dapat memenuhi misi (Efesus 4:11-12).

Catatan Kaki: Stott, John R.W. Christian Mission in the Modern World. IVP Books, 1975.

Misi sebagai Transformasi Sosial dan Rohaniah:


Analisis: Teologis melihat misi sebagai upaya Gereja untuk membawa transformasi sosial dan
rohaniah. Pemikiran ini diperkuat oleh ajaran tentang kasih dan keadilan sosial yang terkandung
dalam Alkitab (Yesaya 58:6-7).

Catatan Kaki: Escobar, Samuel. The New Global Mission: The Gospel from Everywhere to Everyone.
InterVarsity Press, 2003.

VI. Kritik dan Kontroversi

Perspektif kritis terhadap konsep Gereja dan Misi:

Kritik terhadap Imperialisme dan Kolonialisme Misi:

Analisis: Beberapa ahli mengkritik konsep Gereja dan Misi karena terkait dengan sejarah
imperialisme dan kolonialisme. Misi sering dikritik sebagai alat untuk mendukung dominasi budaya
dan politik, memunculkan pertanyaan etis tentang motif sebenarnya di balik upaya misi.

Referensi: Escobar, Samuel. The New Global Mission: The Gospel from Everywhere to Everyone.
InterVarsity Press, 2003.

Kritik terhadap Fundamentalisme dan Konversi Paksa:

Analisis: Kritik sering diarahkan pada konsep Gereja dan Misi yang terkait dengan fundamentalisme
dan upaya konversi paksa. Ini menciptakan dilema etis terkait dengan penghormatan kebebasan
beragama dan penolakan terhadap pendekatan yang memaksa penerima misi untuk mengubah
keyakinan mereka.

Referensi: Hiebert, Paul G. Anthropological Insights for Missionaries. Baker Academic, 1985.

Kritik terhadap Ketidaksetaraan Gender dalam Gereja dan Misi:

Analisis: Aspek ketidaksetaraan gender dalam struktur Gereja dan pelaksanaan misi menjadi sumber
kritik. Para ahli menyoroti ketidaksetaraan dalam kepemimpinan gereja dan pembatasan terhadap
peran perempuan dalam misi sebagai aspek yang perlu diperhatikan.

Referensi: Fiorenza, Elisabeth Schüssler. In Memory of Her: A Feminist Theological Reconstruction of


Christian Origins. Crossroad, 1983.

Kritik terhadap Komersialisasi dan Misi Konsumerisme:

Analisis: Kritik terhadap konsep Gereja dan Misi mencakup kekhawatiran akan komersialisasi dan misi
konsumerisme. Beberapa menyatakan bahwa fokus pada pertumbuhan gereja dan pembiayaan
proyek misi dapat mengalihkan perhatian dari pesan moral dan spiritual yang seharusnya.

Referensi: Claiborne, Shane, dan Chris Haw. Jesus for President: Politics for Ordinary Radicals.
Zondervan, 2008.
Kritik terhadap Eksploitatif dalam Pelayanan Sosial Misi:

Analisis: Pelayanan sosial misi sering kali mendapat kritik karena mungkin dapat menjadi eksploitatif
atau mempertahankan ketidaksetaraan struktural. Penekanan pada pelayanan sosial tanpa
memperbaiki akar masalah struktural dapat menjadi sorotan kritis.

Referensi: Campolo, Tony, dan Mary Albert Darling. The God of Intimacy and Action: Reconnecting
Ancient Spiritual Practices, Evangelism, and Justice. Jossey-Bass, 2007.

Kontroversi atau perdebatan dalam pemahaman teologis terkait topik:

Pentingnya Penginjilan Aktif vs. Kontekstualisasi Budaya:

Analisis: Kontroversi muncul seputar sejauh mana penginjilan aktif dan kontekstualisasi budaya dapat
atau seharusnya dilakukan bersamaan. Beberapa berpendapat bahwa pendekatan universal
penginjilan harus dipertahankan, sementara yang lain menekankan pentingnya memahami dan
menghormati konteks budaya setempat.

Catatan Kaki: Jenkins, Philip. The Next Christendom: The Coming of Global Christianity. Oxford
University Press, 2002.

Peran Gereja dalam Keadilan Sosial vs. Konservasi Tradisi Teologis:

Analisis: Terdapat perdebatan antara pendekatan yang menekankan peran Gereja dalam
memperjuangkan keadilan sosial dan yang lebih berfokus pada konservasi tradisi teologis. Beberapa
memandang Gereja sebagai agen transformasi sosial, sementara yang lain khawatir akan potensi
mengesampingkan doktrin-doktrin inti.

Catatan Kaki: Hauerwas, Stanley. A Community of Character: Toward a Constructive Christian Social
Ethic. University of Notre Dame Press, 1981.

Pentingnya Pelayanan Sosial dalam Misi vs. Penekanan pada Penginjilan:

Analisis: Perdebatan terkait sejauh mana Gereja harus memprioritaskan pelayanan sosial
dibandingkan dengan penginjilan masih menjadi isu yang kontroversial. Beberapa melihat pelayanan
sosial sebagai wujud nyata kasih, sementara yang lain menegaskan bahwa penginjilan harus tetap
menjadi fokus utama.

Catatan Kaki: Walls, Andrew F., dan Kenneth J. Collins. Mission in the Twenty-First Century: Exploring
the Five Marks of Global Mission. Baker Academic, 2008.

Isu Konservasi Tradisi vs. Fleksibilitas dalam Struktur Gereja:


Analisis: Struktur dan organisasi Gereja menjadi subjek perdebatan, dengan beberapa menekankan
perlunya mempertahankan tradisi dan hierarki yang kuat, sementara yang lain mendorong
fleksibilitas dan adaptabilitas untuk menghadapi perubahan kontekstual dan budaya.

Catatan Kaki: Webber, Robert E. The Younger Evangelicals: Facing the Challenges of the New World.
Baker Books, 2002.

Konflik Teologis terkait Interpretasi Misi dalam Era Globalisasi:

Analisis: Dalam era globalisasi, perdebatan muncul terkait dengan interpretasi misi, apakah harus
bersifat global dan universal atau lebih terfokus pada konteks lokal. Beberapa mengadvokasi
pandangan misi yang lebih inklusif, sementara yang lain khawatir akan homogenisasi agama.

Catatan Kaki: Anderson, Allan H. To the Ends of the Earth: Pentecostalism and the Transformation of
World Christianity. Oxford University Press, 2013.

VII. Kesimpulan

Ringkasan temuan dan argumen utama:

Dari keseluruhan analisis, dapat disimpulkan bahwa mengutamakan Gereja dan Misi tidak dapat
dipisahkan dalam pandangan teologis. Gereja, sebagai tubuh Kristus, memiliki panggilan integral
untuk menjadi agen utama dalam misi Allah di dunia. Identitas dan peran Gereja tidak hanya terbatas
pada dimensi ibadah, tetapi juga mencakup komitmen aktif dalam menyampaikan pesan Injil dan
berpartisipasi dalam pelayanan sosial.

Misi, dalam kerangka teologis, bukan hanya tugas tambahan Gereja tetapi merupakan esensi dari
identitas dan panggilannya. Konsep misi mencakup berbagai model, seperti pewartaan, pelayanan
sosial, dan penginjilan, yang semuanya merupakan ungkapan nyata dari kasih dan panggilan Allah
kepada umat manusia.

Kontroversi dan kritik yang muncul mencerminkan kompleksitas dalam pemahaman Gereja dan Misi.
Namun, analisis tersebut juga menyoroti perlunya memahami peran Gereja dan Misi secara holistik,
mengintegrasikan aspek penginjilan, pelayanan sosial, dan komitmen terhadap keadilan sosial.

Dengan demikian, mengutamakan Gereja dan Misi bukanlah pilihan eksklusif, melainkan
pemahaman yang melibatkan keterkaitan erat antara identitas gereja dan panggilan misi,
menciptakan harmoni dalam rangka mewujudkan tujuan teologis yang lebih besar.

Implikasi:

Panggilan Gereja sebagai Agen Misi:

Implikasi: Menekankan bahwa Gereja bukan hanya tempat ibadah, melainkan agen misi utama.
Implikasinya, setiap aspek kehidupan gereja, dari ibadah hingga pelayanan, harus tercermin dalam
komitmen aktif menyampaikan pesan Injil dan terlibat dalam pelayanan sosial.
Pentingnya Pengembangan Program Misi yang Holistik:

Implikasi: Gereja harus mengembangkan program misi yang holistik, mencakup penginjilan,
pelayanan sosial, dan dukungan terhadap keadilan sosial. Hal ini mencerminkan identitas Gereja
sebagai tubuh Kristus yang secara aktif memenuhi panggilan misi di dunia.

Keterlibatan Seluruh Anggota Gereja dalam Misi:

Implikasi: Hubungan yang integral antara Gereja dan Misi menekankan bahwa semua anggota gereja,
bukan hanya pemimpin, memiliki peran penting dalam pelaksanaan misi. Setiap orang dipanggil
untuk menjadi saksi Kristus di tengah-tengah masyarakat.

Adaptabilitas Gereja terhadap Perubahan Kontekstual:

Implikasi: Gereja harus menjadi adaptif terhadap perubahan kontekstual dalam masyarakat.
Fleksibilitas dan adaptabilitas dalam struktur dan program gereja dapat memungkinkan efektivitas
yang lebih besar dalam menyampaikan pesan Injil dalam berbagai situasi dan budaya.

Pentingnya Pendidikan Teologis yang Terintegrasi:

Implikasi: Pendidikan teologis di gereja perlu terintegrasi dengan pemahaman misi. Pemimpin gereja
dan anggota perlu mendapatkan pelatihan yang mencakup aspek penginjilan, pelayanan sosial, dan
konteks budaya untuk mempersiapkan mereka secara lebih baik dalam memenuhi panggilan misi.

Komitmen terhadap Keadilan Sosial dan Pelayanan Sosial:

Implikasi: Hubungan yang integral antara Gereja dan Misi menekankan pentingnya komitmen
terhadap keadilan sosial dan pelayanan sosial. Gereja diundang untuk terlibat dalam upaya
menyediakan solusi untuk masalah sosial dan menjadi pembela bagi yang tertindas.

Perwujudan Cinta dan Kasih Allah dalam Misi:

Implikasi: Misi yang dijalankan oleh Gereja harus mencerminkan esensi cinta dan kasih Allah. Ini
mencakup pelayanan tanpa pamrih, penginjilan yang penuh kasih, dan partisipasi aktif dalam
pembangunan komunitas yang berdamaian.

Daftar pustaka:

Bosch, David J. Transforming Mission: Paradigm Shifts in Theology of Mission. Orbis Books, 1991.

Newbigin, Lesslie. The Open Secret: An Introduction to the Theology of Mission. Wm. B. Eerdmans
Publishing, 1995.
Wright, Christopher J.H. The Mission of God: Unlocking the Bible’s Grand Narrative. InterVarsity
Press, 2006.

Carson, D.A. The Gospel According to John. Eerdmans, 1991.

Fiorenza, Elisabeth Schüssler. In Memory of Her: A Feminist Theological Reconstruction of Christian


Origins. Crossroad, 1983.

Walls, Andrew F., dan Kenneth J. Collins. Mission in the Twenty-First Century: Exploring the Five
Marks of Global Mission. Baker Academic, 2008.

Hauerwas, Stanley. A Community of Character: Toward a Constructive Christian Social Ethic.


University of Notre Dame Press, 1981.

Escobar, Samuel. The New Global Mission: The Gospel from Everywhere to Everyone. InterVarsity
Press, 2003.

Hiebert, Paul G. Anthropological Insights for Missionaries. Baker Academic, 1985.

Claiborne, Shane, dan Chris Haw. Jesus for President: Politics for Ordinary Radicals. Zondervan, 2008.

Stott, John R.W. Christian Mission in the Modern World. IVP Books, 1975.

Webber, Robert E. The Younger Evangelicals: Facing the Challenges of the New World. Baker Books,
2002.

Jenkins, Philip. The Next Christendom: The Coming of Global Christianity. Oxford University Press,
2002.

Anderson, Allan H. To the Ends of the Earth: Pentecostalism and the Transformation of World
Christianity. Oxford University Press, 2013.

Campolo, Tony, dan Mary Albert Darling. The God of Intimacy and Action: Reconnecting Ancient
Spiritual Practices, Evangelism, and Justice. Jossey-Bass, 2007.

Anda mungkin juga menyukai