Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama (Satu keluhan yang paling menganggu dirasakan pasien saat
dilakukan pengkajian)
: Batuk lama dan pilek, tidur dengan setengah duduk, mengorok dan sering
terbangun, rewel
2) Keluhan lainnya ( keluhan yang dirasakan pasien selain keluhan utama )
b. Pemeriksaan 6 B
1) B1 (BREATHING)
- Look externally (Wajah):
Normal □ Edema
□ Luka pada wajah □ Kumis/ jenggot □ mikrognathia □ Gigi palsu
□ Gigi goyang □ Gigi maju
□ Hilangnya gigi
- Evaluate Thyromental distance
Kemampuan membuka mulut ≥3 jari Ya □Tidak
Jarak Thyro – Mental ≥3 jari Ya □Tidak
Jarak Hyoid – Tiroid ≥2 jari Ya □Tidak
- Mallampati Score: I □ II □ III □ IV
- Obstruction or obesity (Obstruksi Jalan Napas)
Ya : Pembesaran Adenoid dan Tonsilitis
□ Tidak
- Neck mobility
Bentuk Leher : Simetris □ Asimetris
Leher pendek : □ Ya Tidak
Dapatkah pasien menggerakkan rahang ke depan (dagu menyentuh dada)?
□ Ya Tidak
Dapatkah pasien melakukan ekstensi leher dan kepala?
□ Ya □Tidak
Dapatkah pasien melakukan rotasi leher dan kepala?
□ Ya Tidak
Terdapat bekas luka/sikatrik di leher
□ Ya Tidak
Apakah pasien menggunakan neck collar?
□ Ya Tidak
- Bentuk thorax :
- Pola napas :
- Penggunaan otot bantu napas : □ Ya Tidak
- Pernapasan cuping hidung : □ Ya Tidak
- Perkusi paru : sonor hipersonor □ dullness
- Suara napas : Trakeal □ bronchial □ bronkovesikular
□vesikuler □ ronchi □ wheezing stridor □ snoring
□ gurgling
2) B2 (BLOOD)
- Konjungtiva : □ anemis tidak
- Kulit : Pucat: tidak
- CRT:…………..
- Pembesaran vena jugularis : □ ya tidak
- Ictus cordis : ( - ), pelebaran .......cm
- Perdarahan: ada/tidak Lokasi perdarahan: Jumlah
perdarahan:
- Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Kuat )
- Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : N = ICS II
Batas bawah : N = ICS V
Batas Kiri : N = ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : N = ICS IV Mid Sternalis Dextra
- BJ I : tunggal □ ganda □ regular □ irreguler
- BJ II : tunggal □ ganda □ regular □ irregular
- Bunyi jantung tambahan : BJ III ( - ), Gallop Rhythm ( - ), Murmur ( - )
3) B3 (BRAIN)
- Kaku kuduk: □ ada :…………….. tidak
- Kejang: □ ada tidak
- Tremor: □ ada :…………….. tidak
- Nyeri kepala: □ ada :…………….. tidak
- Pupil: isokor □unisokor □midriasis □miosis □tidak ada reaksi
- Parese: □ ada :…………….. tidak
- Plegi: □ ada :…………….. tidak
4) B4 (BLADDER)
- Nyeri saat BAK: □ ada tidak
- Urine disertai darah: □ ada tidak
□Poliuri □oliguria □anuria □retensi urin □inkontensia
Nyeri tekan pada Ginjal : □Ya Tidak
Pembesaran pada Ginjal : □Ya Tidak
- Produksi urine : 25 cc/jam.
5) B5 (BOWEL)
- Bising usus : 15 x/menit
- Mual: □ ada tidak
- Muntah: □ ada :……kali tidak
- Nyeri menelan: □ ada tidak
- Nyeri perut: □ ada :………………. tidak
- Borborygmi : □Ya Tidak
- Distensi : □Ya Tidak
- Asites : □ shifting dullness □ undulasi
- Pembesaran hepar : □Ya Tidak
6) B6 (BONE)
a) Pemeriksaan Tulang Belakang : -
- Kelainan tulang belakang: □Kyposis □Scoliosis □Lordosis □Perlukaan □ infeksi
□Fibrosis
- Mobilitas : leluasa □terbatas
- Lainnya……………………..
b) Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris),
Jejas : □Ya:……………………………. Tidak
Deformitas : □Ya:……………………………. Tidak
Fraktur : □Ya:……………………………. Tidak,
Atropi otot : □Ya:……………………………. Tidak,
IV line: terpasang di ....Radialis...., ukuran abocatch...24....
ROM: ………………..,
Lainnya:…………….
- Ekstremitas Bawah :
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris),
Jejas : □Ya:……………………………. Tidak
Deformitas : □Ya:……………………………. Tidak
Fraktur : □Ya:……………………………. Tidak,
Atropi otot : □Ya:……………………………. Tidak,
IV line: terpasang di..........-.........., ukuran abocatch.......-......
ROM: ………………..,
Lainnya:…………….
- Edema :
555 555
555 555
2. Data Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HB 12gr/dL 9-14gr/dL
Leukosit 7.600/µL 4.000 – 12.000µL
Ht 45% 36% - 40%
II. Analisis Data (pengelompokan data bermasalah dan beresiko yang didapatkan dari
pengkajian dan pertimbangan anestesi yang dikelompokan dalam masalah kesehatan
anestesi)
DS:
- pasien mengatakan mual dan muntah
- pasien mengatakan tidak nafsu makan Edema tonsil
- pasien mengatakan nyeri abdomen
Nyeri telan
DO:
Factor Resiko:
- pasca tindakan anestesi RK Gangguan Fungsi
- ketidakseimbangan elektrolit Gastrointestinal
- stress
DO:
Faktor Resiko: Residu obat anestesi fentanyl dan
- Pasien akan dilakukan rocuronium
operasi/anestesi/prosedur medis
- Klasifikasi status fisik ASA
- Penggunaan obat anestesi Depresi nafas
- Jenis tindakan anestesi
- Teknik anestesi
- Anestesi dangkal RK Gangguan Fungsi Respirasi
b. INTRA ANESTESI
1) RK Gangguan Fungsi Respirasi
2) Kegawatan Jalan Napas
3) RK Ganggun Fungsi Kardiovaskuler
4) RK Cidera Trauma Fisik Pembedahan
5) Pendarahan
6) Kesulitan Intubasi
c. PASCA ANESTESI
1) RK Gangguan Fungsi Respirasi
2) RK Gangguan Fungsi Gastrointestinal
3) RK Pemenuhan Kebutuhan Cairan
4) Nyeri
IV. RENCANA TINDAKAN (INTERVENSI)
1. Pra Anestesi
Nama : Tn. X No. CM :
Umur : 4 Tahun Dx : Pembesaran Adenoid dan Tonsilitis Kronis
Jenis kelamin : Laki-laki Ruang :
No Problem (Masalah) Rencana Tindakan
Tujuan Intervensi
1. RK Cedera Anestesi Tujuan : - Observasi TTV
Setelah dilakukan ASKAN selama fase - Kaji kesiapan pasien sebelum operasi seperti :
praanestesi, cedera akibat anestesi tidak puasa, ganti baju operasi, latihan praanestesi
terjadi di intraanestesi dan pasca anestesi. (napas dalam, batuk efektif, latihan gerak
sendi, latihan beralik posisi), pastikan aliran IV
Indikator: lancer
- Tidak terjadi reaksi alergi - Lakukan pengosongan kandung kemih
- Status hemodinamik stabil - identifikasi hasil laboratorium
- Respirasi stabil - koreksi resiko sebelum tindakan anestesi
- Termoregulasi stabil - siapkan peralatan anestesi sesuai jenis anestesi
- Tidak terjadi mual muntah (STATICS)
- siapkan mesin anestesi (sumber gas, tekanan
gas kesehatan, kebocoran sirkuit pernapasan,
kesediaan gas anestesi)
- siapkan obat obatan dan cairan sesuai jenis
anestesi
- periksa kelengkapan administrasi pasien
- edukasi kepada keluarga pasien tentang
prosedur anestesi
- edukasi tentang persiapan tindakan anestesi
- berikan kesempatan bertanya
- berikan kesempatan pasien untuk berdoa
- kolaborasi pemberian obat premedikasi
- kolaborasi dengan dokter spesialis anestesi
apabila resiko cedera terjadi
2. Nyeri Tujuan: - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Setelah dilakukan ASKAN selama fase termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
praanestesi, intraanestesi, pascaanestesi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
ruang gawat darurat, perawatan klinis, - Observasi reaksi nonverbal dari
lokasi bencana, nyeri hilang atau ketidaknyamanan
berkurang. - Gunakan Teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
Indikator: - Evaluasi pengalaman nyeri sebelumnya
Subyektif: - Evaluasi pasien Bersama tim kesehatan lain
- Pasien mengatakan tidak nyeri tentang ketidakefektifan control nyeri
sebelumnya
Obyektif: - Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
- Skala nyeri menurun nyeri
- Tekanan darah dalam batas normal - Ajarkan tentang Teknik non farmakologi
(systole 95-110mmHg atau diastole - Evaluasi keefektifan control nyeri
55-70mmHg), tekanan nadi kuat, - Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai
frekuensi nadi 80-120 x/menit indikasi
- Frekuensi napas dalam batas normal
(22-34 x/menit)
- Ekspresi wajah rileks
- Tidak terjadi diaphoresis
- Ukuran pupil dalam batas normal (2-
4 mm)
- Tidak gelisah
3. Cemas Tujuan : - Indetifikasi tanda verbal dan non verbal
Setelah di lakukan ASKAN selama 30 kecemasan
menit pada fase pra anestesi, intra - Indentifikasi tingkat kecemasan
anestesi, pasca anestesi, ruang gawat - Identifikasi harapan pasien
darurat, perawatan kritis, lokasi bencana, - Ciptakan suasana terapeutik untuk
cemas hilang atau berkurang. menumbuhkan kepercayaan
- Identifikasi situasi yang membuat anxietas
Indikator: - Dengarkan dengan penuh perhatian
Subyektif: - Gunakan pendekatan yang tenang dan
- Pasien mengatakan kekhawatiran meyakinkan
hilang atau bekurang - Diskusi perencanaan realistis untuk
- Pasien mengatakan gugup hilang atau mengurangi cemas
berkurang - Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
- Pasien mengatakan percaya diri presepsi
- Libatkan orang tua (pada anak)
Obyektif: - Berikan informasi secara factual mengeani
- Tekanan darah dalam batas normal pengibatan dan prognosis
(siastole 90-120 mmHg atau diastole - Latih kegiatan pengalihan untuk
60-80 mmHg), tekanan nadi kuat, mengurangi ketegangan
frekuensi nadi 60-100 x/menit - Latih pengguanan mekanisme pertahanan
- Frekuensi nafas dalam batas normal diri yang tepat
(12-16 x/menit) - Berikan teknik non farmakologi (relaksasi,
- Tidak terjadi diaphoresis (keringat pendekatan spiritual, terapi music,
dingin) aromaterapi, dll)
- Tidak terjadi tremor suara / perubahan - Kolaborasi pemberian obat anti anxietas
nada
- Gemeteran hilang
- Tidak terjadi palpitasi
- Mual muntah hilang
- Frekuensi berkemih dalam batas
normal.
- Tidak terjadi diare
- Tidak terjadi gelisah
- Pusing hilang/berkurang
- Nafsu makan meningkat
- Mampu melakukan kontak mata
dengan baik
- Mampu berkonsentrasi dengan baik
- Mampu berinteraksi
- Ketegangan hilang atau berkurang
CATATAN LAINNYA:
2. Intra Anestesi
No Problem (Masalah)
Rencana Intervensi
Tujuan Intervensi
1. RK Cidera Trauma Tujuan: - Observasi kedalaman anestesi sesuai dengan
Fisik Pembedahan Setelah dilakukan ASKAN selama fase plana 1-4 (refleks bulu mata, pernapasan,
intraanestesi cedera trauma fisik refleks pupil, refleks laring, refleks
pembedahan tidak terjadi peritonium, relaksasi otot lurik, lakrimasi)
Indikator: - Observasi trias anestesi meliputi: tingkat
Tercapainya trias anestesi relaksasi otot, tanda – tanda nyeri, tanda –
tanda hipnosis
- Lakukan pemberian oksigen 100%
(preoksigenasi)
- Kolaborasi dalam asuhan tindakan anestesi
umum:
a) Induksi
b) Teknik anestesi (TIVA)
c) Kepatenan jalan napas
d) Rumatan anestesi
e) Pengakhiran anestesi
- Kolaborasi dalam asuhan tindakan anestesi
dan sedasi meliputi:
a) Sedasi ringan (misal: midazolam)
b) Sedasi sedang (misal opioid lemah
c) Sedasi dalam (opioid kuat)
2. RK Gangguan Tujuan: Intervensi:
Kardiovaskuler Stelah dilakuakn ASKAN selama fase - Observasi tekanan darah dan MAP, nadi,
praanestesi, intraanestesi, pascaanestesi, respirasi dan SpO2
ruang gawat darurat, perawatan kritis, - Observasi bunyi, irama, dan frekuensi jantung
lokasi bencana, komplikasi gangguan - Berikan posisi semifowler/fowler
fungsi kardiovaskular teratasi/tidak - Pasang IV kateter besar dan pastikan aliran
terjadi darah IV berfungsi dengan baik (jika
Indikator: diperlukan dua line)
Subjektif: - Periksa tingkat perfusi jaringan perifer (CRT
- Pasien mengatakan tidak nyeri <3 detik, pulse oximetry)
dada - Lakukan resusitasi jantung paru pada kasus
- Tidak mengeluh lemas cardiact arrest
- Tidak mengaluh sesak nafas - Lakukan defibrilasi sesuai indikasi
- Tidak mengeluh jantung berdebar - Monitor tanda dan gejalapenurunan curah
Objektif: jantung (dispnea, kelelahan, edema, ortopnea,
- Hemodinamik dalam batas normal distensi vena jugularis, palpitasi, kulit pucat)
(sistole 100-120 mmHg atau - Monitor gambaran EKG
diastole 60-80 mmHg, nadi 60- - Monitor status cariran (intake dan output)
100 x/menit, MAP 85 mmHg) - Monitor adanya memar, perdarahan hidung,
- EKG sinus rythme gusi berdarah, hematuria (pada terapi
- CRT <3 detik antikoagulan)
- Cardiac output tercukupi - Monitor tanda dan gejala syok: peningkatan
- Ictus cordis 2 cm denyut jantung disertai dengan tekanan darah
- Tidak ada keringat dingin yang normal atau sedikit turun, denyut nadi
- Wajah tidak pucat lemah, urine output <0,5 ml/KgBB/jam,
- Enzim jantung dalam batas nirmal peningkatan frekuensi nafas, akral dingin,
(troponin T 0,2 mcg/L, troponin I pucat
<0,5 mcg/L, CKMB 0-3 mcg/L) - Monitor adanya nyeri dada
- Tidak ada sianosis - Monitor tingkat toleransi aktivitas
- SpO2 95-100% - Monitor enzim jantung (troponin T dan
- Jugular Venous Pressure (JVP) troponin I)
dalam batas normal (+/- 5 mmHg) - Monitor elektrolit
- Anjurkan pasien untuk istirahat cukup
- Kolaborasi pemberian oksigenasi sesuai
program
- Kolaborasi terapi cairan
- Kolaborasi pemberian agen inotropik dan
vasoaktif
- Kolaborasi pemberian vasopresor
- Kolaborasi pemberian obat anti aritmia.
3. RK Gangguan Fungsi Tujuan: - Monitor status respirasi dan oksigenasi
Respirasi Setelah dilakukan ASKAN selama fase (misal: frekuensi dan kedalaman napas,
praanestesi,intraanestesi, pascaanestesi, penggunaan otot bantu napas, bunyi napas
ruang gawat darurat, perawatan kritis, tambahan, saturasi oksigen, minute
lokasi bencana,komplikasi gangguan volume) sesuai kondisi pasien
fungsi respirasi tidak terjadi/teratasi. - Monitor pola napas (seperti bradipnea,
Indikator: takipnea, hiperventilasi, kusmaul, cheyne
Subjektif: stokes, biot, ataksik/pernapasan irreguler)
1. Pasien mengatakan sesak napas - Monitor kadar EtCOz
2. Pasien mengatakan napasnya berat - Identifikasi efek perubahan posisi terhadap
3. Pasien mengatakan nyeri dada status pernapasan
4. Pasien mengatakan akan menjalani - Monitor nilai Hb
tindakan anestesi. - Monitor tanda hipoksia
Objektif: - Atur gas/rumatan anestesi sesuai
Faktor risiko: - kebutuhan kondisi pasien
1.Pasien akan dilakukan - Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
operasi/anestesi/prosedur medis - (misal: nasal kanul, masker wajah, masker
2. Klasifikasi status fisik ASA (American rebreathing atau non rebreathing).
Society of Anesthesiologist)
3. Penggunaan obat anestesi
4. Jenis tindakan anestesi anestesiumum,
anestesi regional, anestesi lokal)
5. Teknik anestesi (misal: inhalasi)
6. Anestesi dangkal
7. PPOK
8. Pneumonia
9. Atelektasis
10. Faringitis
11. Edema paru
12. Overdosis obat tertentu
13. Cedera kepala
14. Emboli paru.
Tanda dan gejala:
1. Sesak napas
2. Pernapasan cuping hidung
3. Auskultasi negatif
4. Hipersonor
5. Hipoksia
6. Hipoksemia
7. Retraksi interkosta
8. Apnea
9. Takipnea/bradipnea
10. Ekspansi dada tidak simetris
11. Penurunan tidal volume
12. Gangguan keseimbangan asam basa
13. Hipoventilasi/hiperventilasi.
3. Pasca Anestesi
No Problem (Masalah) Rencana Intervensi
Tujuan Intervensi
1. RK Gangguan Fungsi Tujuan : - Identifikasi status gizi
Gastrointestinal Setelah dilakukan ASKAN selama fase - Identifikasi kadar glukosa darah
pascaanestesi, komplikasi fungsi - Observasi keadaan umum pasien
gastrointestinal teratasi atau tidak terjadi. - Identifikasi penyebab mual muntah
- Identifikasi efek agen anestesi terhadap
Indicator : sistem gastrointestinal
Subjektif : - Edukasi puasa pra dan pasca anestesi
- Pasien mengatakan tidak ada - Kolaborasi pemenuhan nutrisi
nyeri pada abdomen atas skala - Kolaborasi koreksi kadar albumin
nyeri abdomen berkurang
- Pasien tidak mengeluh mual atau
ingin muntah
- Pasien mengatakan nafsu makan
baik
Objektif :
- Ekspresi tenang tidak meringis
kesakitan
- Tanda vital dalam batas normal
- Bising usus dalam batas normal
- Flatus positif
- Frekuensi BAB normal dengan
konsisten fases lembek
- Tidak ada muntah
- Nilai albumin normal
- Kadar glukosa darah dalam batas
normal
- Kulit tidak pucat
- Konjungtiva tidak anemis
b. Intra anestesi
- Outtake
- Perdarahan:100ml
(<10%)
- Suction: 70 ml
- Kasa: 30ml
- EBV: BB x V : 20 x 80 =
1600
- Kristaloid RL: 60 ml
- Total: 60 + 360 + 100 =
520cc
RK - Monitor status respirasi DS:
Gangguan dan oksigenasi (misal: -
Fungsi frekuensi dan kedalaman DO :
napas, penggunaan otot
Respirasi - Frekuensi nafas:18x/menit
bantu napas, bunyi napas
tambahan, saturasi - Tidak menggunakan otot bantu
oksigen, minute volume) nafas
sesuai kondisi pasien - Bunyi nafas tambahan (tidak ada)
- Monitor pola napas - SPO2 100%
(seperti bradipnea, - Pola Nafas (Normal)
takipnea, hiperventilasi, - Oksigenasi 120 cc 16-20 cc
kusmaul, cheyne stokes, x/menit
biot, ataksik/pernapasan
- ETT ukuran 5.0 mm
irreguler)
- Monitor kadar EtCOz
- Identifikasi efek
perubahan posisi
terhadap status
pernapasan
- Atur gas/rumatan
anestesi sesuai
kebutuhan kondisi
pasien
- Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan
(misal: nasal kanul,
masker wajah, masker
rebreathing atau non
rebreathing).
-
RK - Identifikasi kriteria LEMON DS:
Kesulitan (Look, Evaluate, Malampati, -
Obstruction, Neck mobility) DO:
Intubasi
untuk kesulitan intubasi LEMON:
- Identifikasi saturasi oksigen L:Normal
- Observasi tanda-tanda vital E: Jarak mentum menuju hyoid kurang
- Gunakan introducer (stylet) dari 3
- Lakukan sungkup muka Jarak hyoid menuju tiromental kurang
untuk meningkatkan dari
oksigenasi 2 jari
- Lakukan selick manuver M: Mallampati 1
- Kolaborasi dengan dokter O: Tonsillitis
anestesi dalam pertimbangan N: Pergerakan leher tidak bebas
tatalaksana jalan napas - Saturasi oksigen 95-100%
- Tanda tanda vital (TTV) yang
metode lainnya.
meliputi TD : 100/80 N :
100x/menit , RR : 20x/menit S :
37,50C, MAP : 87 mmHg, SPO2
100%
- -Menggunakan stylet
- Menggunakan sungkup muka
ukuran
c. Pasca anestesi
O:
- TD: 110/80, N: 81x/menit. MAP 90 mmHg
- Irama nafas stridor, tipe nafas apnea, SpO2 99%, 36,5 C
- Tidak terjadi diaphoresis (keringat dingin)
- Tidak terjadi gelisah
- Pusing hilang/berkurang
- Ekspresi wajah rileks
- Ketegangan berkurang
A: RK cemas teratasi
P: Pertahankan Intervensi
RK Gangguan S:
Gastrointestinal - Pasien tidak mengatakan mual, muntah
O:
- TD: 110/80, N: 81x/menit.
- MAP 90 mmHg
- Bising usus dalam batas normal (5-30x/menit)
- Tidak terjadi distensi abdomen
- Tidak ada mual, muntah
- Frekuensi BAB normal (3x/hari)
- Nilai albumin normal (3,8-5,1)
- Kulit tidak pucat
A: RK Gangguan Gastrointestinal
P: Pertahankan Intervensi
RK Cidera S: -
Trauma Fisik O:
Pembedahan
- Tanda tanda vital (TTV) yang meliputi TD : 100/80 N :
100x/menit , RR : 20x/menit S : 36,50C, MAP : 87 mmHg,
SPO2 100%
- Pasien berada pada kedalaman anestesi stadium 3 plana 3
yang ditandai dengan nafas teratur, tidak ada lakrimasi, pupil
midriasis dan sentra, refleks laring dan peritoneum tidak ada
dan relaksasi otot lurik hamper sempurna
- Observasi trias anestesi pada relaksasi otot tidak ada tonus
otot, pada tanda nyeri tidak terjadi kenaikan tekanan darah
dan nadi dan pada hypnosis pasien tidak merespons stimulus
- Lakukan kolaborasi asuhan Tindakan anestesi umum dengan
induksi
A: RK Cidera Trauma Fisik Pembedahan
P: Pertahankan Intervensi
RK S: -
Kardiovaskular O:
- Tanda tanda vital (TTV) yang meliputi TD : 100/80 N :
100x/menit , RR : 20x/menit S : 36,50C, MAP : 87 mmHg,
SPO2 100%
- Hasil observsi bunyi, irama dan frekuensi jantung ditemukan
bunyi jantung Tunggal lup-dup dengan frekuensi 80 c/menit
- Kebutuhan cairan pasien terpenuhi, pasien terpasang IV
kateter denan RL 500 ml pada tangan kiri
A: RK Kardiovaskular teratasi
P: Pertahankan Intervensi
RK Fungsi S:
respirasi -
O:
- Dapat bernapas dengan mudah
- Tidak terdapat nyeri dada
- Pasien tampak tidak terasa sesak nafas
- Tidak tampak pernafasan cuping hidung
- Tidak menggunakan otot pernafasan tambahan
- Frekuensi nafas normal (12-20 x/menit)
- Saturasi oksigen 95-100%
- Pola nafas teratur
- Ekspansi dada simetris
A:
Rk fungsi respirasi
P:
Pertahankan intervensi
RK Kesulitan S:
Intubasi -
O:
LEMON:
L:Normal
E: Jarak mentum menuju hyoid kurang dari 3
Jarak hyoid menuju tiromental kurang dari
2 jari
M: Mallampati 1
O: Tonsillitis
N: Pergerakan leher tidak bebas
- Saturasi oksigen 95-100%
- Tanda tanda vital (TTV) yang meliputi TD : 100/80 N :
100x/menit , RR : 20x/menit S : 36,50C, MAP : 87 mmHg,
SPO2 100%
- -Menggunakan stylet
- Menggunakan sungkup muka ukuran
A:
RK Kesulitan Intubasi Teratasi
P:
Pertahankan Intervensi
RK perdarahan S: -
O:
1. Tanda tanda vital (TTV) yang meliputi TD : 100/80 N :
100x/menit , RR : 20x/menit S : 36,50C, MAP : 87 mmHg, SPO2
100%
2. HB: 12 gr/dL, Ht: 45%
3. Oksigenasi 100%
4. CRT < 3 detik
Intake
- Cairan Infus RL 60 ml
- Maintenance: 60mL/jam
- Cairan Pengganti Puasa: 360cc
- Outtake
- Perdarahan:100ml (<10%)
- Suction: 70 ml
- Kasa: 30ml
- EBV: BB x V : 20 x 80 = 1600
- Kristaloid RL: 60 ml
Total: 60 + 360 + 100 = 520cc
A: RK Perdarahan Teratasi
P: Pertahankan Intervensi
Kegawatan S: -
Jalan Napas O:
1. Frekuensi nafas:18x/menit
2.Tanda tanda vital (TTV) yang meliputi TD : 100/80 N : 100x/menit
, RR : 20x/menit S : 36,50C, MAP : 87 mmHg, SPO2 100%
3. Tidak menggunakan otot bantu nafas
4. Bunyi nafas tambahan (tidak ada)
5. Pola Nafas (Normal)
6. Oksigenasi 120 cc 16-20 cc x/menit
7. ETT ukuran 5.0 mm
2.
CVC :
Posisi
□ Terlentang □ Lithotomi □ Perlindungan mata
□ Prone □ Lateral □ Ka □ Ki Trendelenburg
Premedikasi
□ Oral :
□ I.M :
I.V: midazolam, fentanyl, atropine, ondansentron
Induksi N2O / O2 / Air
Intravena :Propofol Gas : Sevoflurane
%
Inhalasi :Sevoflurane
Tata Laksana Jalan nafas T
RR N
D
22
28
Face mask No Oro/Nasopharing 0
20
20
ETT No 5,5 Jenis non king Fiksasi 12 cm 0
16 18
LMA No Jenis 0
N 16
12
Trakhesotomi 0
Bronkoskopi fiberoptik 18 14
8
Sis 0 0
16 12
Glidescope Dis 0 0
+ 14 10
Lain-lain RR 0 0
12 80
Intubasi 0
10
60
Sesudah tidur □ Blind □ Oral □Nasal□ Ka □ Ki 0
□ Trakheostomi 80 40
□ Sulit ventilasi : 60 20
Sulit intubasi : Tonsilitis 0
Dengan stilet □ Cuff □ Level ETT □
Pack
Ventilasi
□ Spontan □ Kendali □ Ventilator: TV RR PEEP Mulai anestesia X Selesai anestesia ←X Mulai pembedahan O→ Selesai
□ Konversi : pembedahan ←O
Intubasi ↑ Ekstubasi ↓ Pemantauan
SpO2 %
Tindakan Anestesi PE CO2
mm Hg
Teknik Regional/Blok Perifer FiO2
Jenis : Lain-lain :
Lokasi : Cairan infus ml
Jenis Jarum / No : Darah ml
Kateter : □ Ya □ Tidak Fiksasi cm Urin ml
Perdarahan ml
Obat-obat : Lama pembiusan : jam menit
Komplikasi : Lama pembedahan : jam menit
Hasil : □ Total Blok □Partial Masalah Intra Anesstesi:
□ Gagal
PASCA ANESTESI
S S S
SKALA ALDRE C STEWA C C
Frekuensi
Frekuensi
BROMAGE
Tekanan
NYERI TTE O RD O O
SCORE
(Lingkar) SCORE R SCORE R R
E E E
2 22
8 0 0
2 20 1 Saturasi Pergera Gerakan penuh
0 0 2 O2 kan dari tungkai
2 18 3
6 0 4
1 16 5 Pernapa Pernafas Tak mampu
2 0 6 san an ekstensi
18 14 7 tungkai
8 8
0 0
16 12 9
0 0 1
14 10 0
0 0
12 Sirkulas Kesadar Tak mampu
80
0 i an fleksi lutut
10
60
0
80 40 Tak mampu
60 20 Aktifitas fleksi
motorik pergelangn
0
kaki
Kesadar
an
Lama Masa Pulih :
Menginformasikan keruangan untuk menjemput pasien :
1. Jam : Penerima : 2. Jam : Penerima : 3. Jam :
Penerima :
Nama : No.CM :
Umur : Diagnosa :
Jenis kelamin : Ruang :
S (Situation)
B (Background)
A
(Assestment/Analisis)
R (Recommendation)