Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PPH BADAN

“ BIAYA FISKAL”
Dosen Pengempu : Dr. Tjok Gde Indraputra, SE.SH.M.Ak.MAP

Kelompok 3

 Ni Kadek Priska Sintiya Dewi (2202022817)


 Ni Kadek Kristina Jagadhita (2202022797)
 Ni Kadek Sintya Merianti (2202022808)
 Ni Kadek Ariati (2202022823)

4A AKUNTANSI SORE
FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN PARIWISATA
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Maha Esa, atas rahmatnya penulis dapat
menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Biaya Fiskal” dengan baik meskipun masih banyak
kekurangan didalamnya. Kami berterimakasih kepada Dr. Tjok Gede Indraputra,
SE.SH.M.Ak.MAP selaku dosen pengempu mata kuliah PPH Badan yang telah memberikan
tugas ini kepada kami, sehingga kami dapat mempelajari lebih dalam mengenai materi Biaya
Fiskal.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan
pengetahuan kami. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
oleh sebab itu maka kami berharap adanya kritik, dsaran dan masukan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat menjadi lebih baik kedepannya. Mengingat bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Setidaknya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kelompok kami untuk
memebuhi nilai mata kuliah PPH Badan pada semester empat ini. Kami memohon maaf apabila
ada kesalahan kata yang kurang berkenan dihati pembaca.

Denpasar, 4 Maret 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3

BAB I Pendahuluan ...................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 4

BAB II Pembahasan ...................................................................................................... 5

2.1 Penggolongan Biaya Fiskal ....................................................................................... 5

2.2 Perlakuan Khusus Biaya Fiskal.................................................................................. 6

2.3 Kasus ........................................................................................................................ 7

BAB III Penutup ........................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 15

3.2 Saran ......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biaya fiskal yaitu biaya yang digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang merupakan objek pajak tidak final dalam batas-batas kewajaran sesuai adat
pedagang yang baik. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi untuk
mengendalikan keseimbangan makroekonomi dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah
yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah (Kementerian
Keuangan RI, 2010). Kebijakan fiskal merupakan proses penetapan pajak dan pengeluaran
pemerintah dalam rangka membantu memperkecil fluktuasi dari siklus usaha (business cycle)
dan membantu untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja yang tinggi,
dan membebaskan dari inflasi yang tinggi atau bergejolak (Samuelson,1995). Dalam
pengelolaan stabilitas makroekonomi, kebijakan fiskal akan berinteraksi dengan kebijakan
moneter. Sarana yang digunakan oleh pemerintah dalam menjalankan fungsinya adalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Melalui APBN ini, pemerintah harus
menjalankan peran dan fungsi sentral kebijakan fiskal dengan baik agar keadaan APBN
berkesinambungan, menjadi sehat dan tidak menimbulkan masalah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Penggolongan Biaya Fiskal ?
2. Bagaimana Perlakuan Khusus Biaya Fiskal ?
3. Bagaimana Kasusnya ?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Penggolongan Biaya Fiskal.
2. Untuk Mengetahui Perlakuan Khusus Biaya Fiskal.
3. Untuk Mengetahui Kasusnya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penggolongan Biaya Fiskal

2.1.1 Pengertian Biaya Fiskal

Biaya fiskal merujuk pada pengeluaran yang diperlukan oleh pemerintah dalam rangka
pelaksanaan fungsi-fungsi publik dan pembangunan nasional. Ini mencakup seluruh
pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemerintah, termasuk pembelian barang dan jasa,
pembayaran gaji pegawai negeri, serta pembiayaan kegiatan-kegiatan pemerintah lainnya.
Biaya fiskal juga dapat melibatkan pengeluaran untuk proyek-proyek infrastruktur, pendidikan,
kesehatan, dan sebagainya. Biaya fiskal umumnya dibiayai melalui penerimaan pemerintah,
yang dapat berasal dari pajak, penerimaan non-pajak, dan pinjaman. Dalam konteks ini, biaya
fiskal mencerminkan komitmen keuangan pemerintah untuk menjalankan fungsi-fungsi
utamanya dan mencapai tujuan pembangunan nasional.

2.1.2 Penggolongan Biaya Fiskal

Biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjalankan


usaha/kegiatannya tidak seluruhnya diakui oleh pajak sebagai pengurang penghasilan. Oleh
karena itu perlu rekonsiliasi fiskal untuk menentukan biaya-biaya apa saja yang dapat diakui
oleh perundang-undangan perpajakan sebagai pengurang. Pada prinsipnya biaya tersebut
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

1) Biaya yang tidak dapat dijadikan pengurang (Pasal 9 UU PPh);

2) Biaya yang merupakan pengurang penghasilan (Pasal 6 UU PPh), yaitu :

 Beban atau biaya yang memiliki masa manfaat tidak lebih dari 1 tahun, seperti
biaya gaji, biaya perlengkapan kantor, biaya administrasi, dll;
 Beban atau biaya yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun, seperti
penyusutan, beban dibayar dimuka, dll.

5
2.2 Perlakuan Khusus Biaya Fiskal

Perlakuan khusus biaya fiskal dapat mencakup berbagai kebijakan dan praktik yang
diadopsi oleh pemerintah untuk mengelola keuangan negara dengan lebih efektif. Berikut
beberapa contoh perlakuan khusus biaya fiskal yang dapat diterapkan:

 Anggaran Kinerja:

Pemerintah dapat menerapkan sistem anggaran kinerja yang menekankan pencapaian


tujuan dan hasil, bukan hanya sekadar pengeluaran. Dengan pendekatan ini, setiap biaya fiskal
dihubungkan dengan hasil yang diharapkan, memungkinkan evaluasi efektivitas pengeluaran.

 Pengendalian Belanja:

Penerapan kontrol dan mekanisme pengendalian belanja yang ketat untuk mencegah
pemborosan dan penyalahgunaan anggaran. Ini bisa termasuk prosedur audit internal yang kuat
dan evaluasi rutin terhadap efisiensi pengeluaran.

 Prioritisasi Program dan Proyek:

Penetapan prioritas dalam alokasi biaya fiskal untuk program dan proyek tertentu yang
dianggap memiliki dampak terbesar pada pembangunan nasional. Pemilihan program dan
proyek ini dapat dilakukan melalui analisis dampak dan manfaat.

 Evaluasi Pembiayaan:

Pemerintah dapat mempertimbangkan berbagai opsi pembiayaan, termasuk


penggunaan pinjaman dan sumber-sumber pendapatan lainnya, untuk mendukung biaya fiskal.
Evaluasi kewajaran tingkat bunga, syarat-syarat pinjaman, dan dampaknya terhadap keuangan
negara dapat menjadi bagian dari strategi pembiayaan.

 Transparansi dan Akuntabilitas:

Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan biaya fiskal dengan


memberikan informasi yang jelas kepada publik mengenai penggunaan dana publik. Ini dapat
mencakup publikasi laporan keuangan, hasil audit, dan informasi lainnya untuk memungkinkan
pemantauan oleh masyarakat.

6
 Pajak dan Insentif Fiskal:

Pemberian insentif fiskal atau pembebasan pajak untuk mendorong investasi,


pertumbuhan ekonomi, atau sektor-sektor tertentu yang dianggap strategis. Ini dapat menjadi
bagian dari kebijakan untuk meningkatkan penerimaan dan mendukung tujuan pembangunan.

 Manajemen Risiko Keuangan:

Pengelolaan risiko keuangan pemerintah dengan baik, termasuk manajemen risiko mata
uang asing dan suku bunga. Hal ini penting untuk melindungi keuangan negara dari fluktuasi
pasar keuangan.

 Program Penghematan dan Efisiensi:

Pelaksanaan program penghematan dan efisiensi operasional untuk mengurangi biaya


tanpa mengorbankan kualitas layanan atau program pembangunan.

2.3 Kasus

2.3.1 Jenis Koreksi Fiskal

Dalam peraturan perpajakan UU No.36 disebutkan koreksi fiskal dibagi menjadi dua
sebagai berikut:

A. Koreksi Fiskal Positif

Koreksi positif umumnya disebabkan oleh biaya-biaya yang tidak diperkenankan oleh
pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 9 UU PPh. Biaya-biaya tersebut di antaranya:

 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang
yang menjadi tanggungannya.
 Dana cadangan.
 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura atau kenikmatan.
 Jumlah yang melebihi kewajaran yang di bayarkan kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
 Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan.
 Pajak penghasilan.

7
 Gaji yang dibayarkan kepada pemilik.
 Selisih penyusutan atau amortisasi komersial diatas penyusutan/amortisasi fiskal.
 Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dikenakan PPh
Final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak.

B. Koreksi Fiskal Negatif

Koreksi fiskal negatif akan menyebabkan laba kena pajak berkurang atau
pengurangan PPh terutang. Sebab, pendapatan lebih tinggi daripada pendapatan fiskal
dan biaya-biaya komersial yang lebih kecil daripada biaya-biaya fiskal. Penyebab dari
munculnya koreksi negatif seperti penghasilan yang dikenakan PPh final dan
penghasilan yang tidak termasuk objek pajak tetapi termasuk dalam peredaran usaha
(PPh Pasal 4 ayat (2), selisih penyusutan/amortisasi komersial komersial di bawah
penyusutan/amortisasi fiskal, dan penyesuaian fiskal negatif lain.

Contoh Jenis Koreksi Fiskal Negatif:

 Penghasilan hadiah atau undian.


 Penghasilan transaksi saham
 Penghasilan transaksi pengalihan harta
 Penghasilan dari bunga deposito dan Tabungan
 Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak.

2.3.2 Kasus

Berikut ini adalah informasi yang berkaitan dengan sebuah perusahaan yang akan kita cari
tahu mengenai PPh Badan nya!

Nama Perusahaan : PT Bintaro


NPWP : 01.184.339.8-001.000
Jenis Usaha : Perdagangan Elektro
KLU (Kriteria
Lingkup Usaha) : 78910
Alamat : Jalan Raya Bintaro No 1 Kel Jurangmangu Timur Kec Pondok Aren
Kota Tangerang Selatan Jawa Barat 15220
Telp & Fax : 021-8578321 & 021-85765430

8
Pemilik Modal :
Dividen
Nama Alamat NPWP Jumlah Modal % (2018)
Hendry Jl Kalimongso No 04.168.787. 40% 0
8 Bintaro 2-125.000 800.000.000
Fadel Jl. Sarmili No. 16 24.445.406. 30% 0
Bintaro 2-122.000 600.000.000
Herman Jl. PJMI No. 5 24.271.863. 20% 0
Bitaro 3-521.000 400.000.000
PT Halmahera Jl. Ceger No. 18 02.831.681. 10% 0
Bintaro 8-215.000 200.000.000

TOTAL 2.000.000.000 100%

Susunan Direksi :
Nama Alamat NPWP Jabatan
Hendry Jl Kalimongso No 04.168.787. Komisaris
8 Bintaro 2-125.000
Fadel Jl. Sarmili No. 16 24.445.406. Komisaris
Bintaro 2-122.000
Armand Sholihin Jl. Kelengkeng No. 45.851.093. Direktur
2 Bintaro 0-425.000

Kantor Akuntan
Publik : KAP Fauzil Rahman dan Rekan
NPWP KAP : 21.014.083.6-073.000
Nama Akuntan
Publik : Fazar Sholi, SE., M.Ak
NPWP Akuntan
Publik : 09.311.768.7-411.000
Opini Akuntan
Publik : Wajar tanpa Pengecualian
Di bawah ini merupakan data keuangan PT BINTARO untuk tahun yang berakhir per 31
Desember 2018:

9
PENDAPATAN
Penjualan 10.500.000.000
Retur dan Potongan Penjualan (12.440.000)
Diskon Penjualan (8.720.000)
Persediaan Awal, 1 Jan 2015 1.300.800.000
Pembelian 7.488.620.000
Retur Pembelian (22.278.000)
Ongkos Kirim Pembelian 30.600.000
Persediaan, 31 Des 2015 (940.980.000)

BEBAN OPERASI
Beban Penjualan:
Beban Gaji Staf Penjualan 81.400.000
Beban Iklan 41.300.000
Beban Penyusutan 150.400.000
Ongkos Kirim Penjualan 60.200.000
Beban Perjalanan 110.000.000

Beban Administrasi:
Beban Gaji Staf Adm. 80.280.000
Beban Sewa 14.480.000
Beban Pajak 108.000.000
Beban Jasa Audit 60.000.000
Beban Rekreasi Karyawan 12.000.000
Beban Bahan Habis Pakai 3.040.000
Beban Adm. Lain 3.340.000

Pendapatan dan Beban Lain-lain:


Pendapatan Sewa 70.820.000
Pendapatan Bunga 8.000.000
Beban Bunga Pinjaman (4.880.000)

10
Data Pembukuan perusahaan:
a. Dalam Biaya Gaji terdapat Biaya Fasilitas menempati fasilitas Apartemen yang dinikmati oleh direktur
dibayar oleh perusahaan sebesar Rp4.800.000
b. Penghitungan penyusutan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Pada tahun sebelumnya wajib pajak
menggunakan metode penyusutan garis lurus
Perhitungan Penyusutan Aset (Metode Garis Lurus)
Jenis Aset Tanggal Umur Harga Nilai Beban Penyusutan
Perolehan Ekonomis Perolehan Residu Komersial Fiskal

Gedung 02/01/2000 25 1.900.000.000 150.000.000 70.000.000

Kendaraan 04/05/2011 10 480.000.000 60.000.000 42.000.000

Mesin 01/01/2011 8 160.000.000 18.000.000 18.000.000

Peralatan 02/06/2015 5 90.000.000 16.000.000 16.000.000

Inventaris 06/01/2015 5 30.000.000 4.400.000 4.400.000

Jumlah 2.660.000.000 248.400.000 150.400.000 -

c. Di dalam Beban Perjalanan terdapat biaya tiket ke luar negeri atas nama istri dan anak dari Bpk Herman
sebesar Rp20.000.000
d. Beban Gaji Staf Adm.yang tidak ada buktinya sebesar Rp7.000.000
e. Beban Rekreasi Karyawan adalah jalan-jalan ke Taman Impian Jaya Ancol
f. Di dalam Beban Adm. Lain terdapat biaya sumbangan ke panti asuhan sebesar Rp2.000.000
g. Di dalam Pendapatan Sewa terdapat sewa bangunan dengan nilai net sebesar Rp20.000.000
h. Pendapatan bunga berasal dari bank dan merupakan nilai bersih setelah PPh
i. Tambahan informasi:

Diminta:

1) Hitunglah besarnya PPh Badan PT Bintaro sebelum dilakukan rekonsiliasi


fiskal!

11
Setelah dilakukan pengecekan terhadap PPh Badan PT Bintaro sebelumnya, ternyata terdapat
beberapa pengakuan pendapatan dan beban yang berbeda oleh aturan perpajakan sehingga
perlu dilakukan rekonsiliasi fiskal. Berikut ini adalah penyebab terjadinya perbedaan
tersebut:

Tabel tarif & masa manfaat penyusutan berdasarkan


ketentuan perpajakan
Kelompok harta Tarif Metode
Masa manfaat
berwujud Garis Lurus
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25%
Kelompok 2 8 tahun 12,50%
Kelompok 3 16 tahun 6,25%
Kelompok 4 20 tahun 5%

II. Bukan Bangunan


Tidak Permanen 10 tahun 10%
Diminta:
Permanen 20 tahun 5%
1) Buatlah laporan rekonsiliasi fiskalnya!
2) Hitunglah PPh Badan terutangnya!

Penyelesaian :

12
a. Rekonsiliasi Fiskalnya

PT BINTARO
LAPORAN LABA RUGI FISKAL
Untuk Tahun YANG Berakhir pada tanggal 31 Desember 2018

URAIAN KOMESIAL KOREKSI (+) KOREKSI (-) FISKAL KETERANGAN


Pendapatan dari Penjualan
Penjualan 10.500.000.000 10.500.000.000
-/- Retur dan Potongan Penjualan (12.440.000) (12.440.000)
-/- Diskon Penjualan (8.720.000) (8.720.000)
Penjualan Bersih 10.478.840.000 10.478.840.000
Beban Pokok Penjualan
Persediaan Awal, 1 Jan 2015 1.300.800.000 1.300.800.000
Pembelian 7.488.620.000 7.488.620.000
-/- Retur Pembelian (22.278.000) (22.278.000)
+/+ Ongkos Kirim Pembelian 30.600.000 30.600.000
Persediaan, 31 Des 2015 (940.980.000) (940.980.000)
Jumlah Harga Pokok Penjualan 7.856.762.000 7.856.762.000
Laba Bruto 2.622.078.000 2.622.078.000
-
Beban Operasi : -
Beban Penjualan:
Beban Gaji Staf Penjualan 81.400.000 4.800.000 76.600.000 Kenikmatan
Beban Iklan 41.300.000 41.300.000
Beban Penyusutan 150.400.000 54.600.000 205.000.000 Perhitungan
Ongkos Kirim Penjualan 60.200.000 60.200.000
Beban Perjalanan 110.000.000 20.000.000 90.000.000 untuk keluarga
Jumlan Beban Penjualan 443.300.000 473.100.000

Beban Administrasi:
Beban Gaji Staf Adm. 80.280.000 7.000.000 73.280.000 Tidak Ada buktinya
Beban Sewa 14.480.000 14.480.000
Beban Pajak 108.000.000 108.000.000
Beban Jasa Audit 60.000.000 60.000.000
Beban Rekreasi Karyawan 12.000.000 12.000.000 - natura
Beban Bahan Habis Pakai 3.040.000 3.040.000
Beban Adm. Lain 3.340.000 2.000.000 1.340.000 Sumbangan
Jumlah Beban Administrasi 281.140.000 260.140.000
Jumlah Beban Operasi 724.440.000 733.240.000
Laba Usaha 1.897.638.000 1.888.838.000
-
Pendapatan & Beban Lain-lain: -
Pendapatan Sewa 70.820.000 20.000.000 50.820.000 Final
Pendapatan Bunga 8.000.000 8.000.000 - Final
Beban Bunga Pinjaman (4.880.000) (4.880.000)
Jumlah Pendapatan dan Beban Lain-lain 73.940.000 45.940.000
Laba Bersih Sebelum PPh 1.971.578.000 1.934.778.000

13
b. PPh Badan Terutangnya

Penghitungan PPh terutang berdasarkan tarif Pasal 17 dan Pasal 31E UU PPh
Peredaran bruto = Penjualan - retur -diskon + pendapatan sewa
Peredaran Bruto Rp 10.529.660.000 Peredaran usaha + pendapatan sewa
Penghasilan Kena Pajak menurut Pemeriksa Rp 1.934.778.000
PKP dibulatkan Rp 1.934.778.000

Penghasilan Kena Pajak mendapat fasilitas :


= (Rp 4.800.000.000/Peredaran Usaha Setahun) x Penghasilan Kena Pajak Setahun
= (Rp 4.800.000.000/Rp 10.529.660.000 ) x Rp 1.934.778.000
= Rp. 881.978.563

Penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapat fasilitas :


= Penghasilan Kena Pajak Setahun - Penghasilan Kena Pajak mendapat fasilitas
= Rp. 1.934.778.000 - Rp. 881.978.563
= Rp. 1.052.799.437

PPh Terutang
Atas Penghasilan Kena Pajak Mendapat Fasilitas
= 50% x 25% x Penghasilan Kena Pajak mendapat fasilitas
= 50% x 25% x Rp. 881.978.563 = Rp. 110.247.320

Atas Penghasilan Kena Pajak yang tidak Mendapat Fasilitas


= 25% x Penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapat fasilitas
= 25% x Rp. 1.052.799.437 = Rp. 263.199.859 (+/+)

Jumlah PPh Terutang Rp. 373.447.179

Kredit Pajak4:
a. KP dipot/put pihak lain:
- PPh Ps 22 Impor 102.750.000
- PPh Ps 23 P. Sewa (50.820.000 x2%) 1.016.400
Jumlah KP dipot/put pihak lain 103.766.400
PPh ymh disetor sendiri 269.680.779
b. KP disetor sendiri:
'- PPh Ps 25 108.000.000
Jumlah KP disetor sendiri 108.000.000
PPh Kurang Bayar (PPh Ps 29) 161.680.779

Angsuran PPh Ps 25 Tahun Pajak 2019 :


PPh ymh disetor sendiri 269.680.779
Angsuran PPh Ps 25 22.473.398

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Biaya fiskal merujuk pada pengeluaran yang diperlukan oleh pemerintah dalam rangka
pelaksanaan fungsi-fungsi publik dan pembangunan nasional. Ini mencakup seluruh
pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemerintah, termasuk pembelian barang dan jasa,
pembayaran gaji pegawai negeri, serta pembiayaan kegiatan-kegiatan pemerintah lainnya.
Biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjalankan usaha/kegiatannya
tidak seluruhnya diakui oleh pajak sebagai pengurang penghasilan. Perlakuan khusus biaya
fiskal dapat mencakup berbagai kebijakan dan praktik yang diadopsi oleh pemerintah untuk
mengelola keuangan negara dengan lebih efektif.

Koreksi positif umumnya disebabkan oleh biaya-biaya yang tidak diperkenankan oleh
pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 9 UU PPh. Koreksi fiskal negatif akan menyebabkan
laba kena pajak berkurang atau pengurangan PPh terutang. Sebab, pendapatan lebih tinggi
daripada pendapatan fiskal dan biaya-biaya komersial yang lebih kecil daripada biaya-biaya
fiskal.

3.2 Saran

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, oleh karena itu kami harap danya kritik dan saran dari pembaca. Serta kami
berharap pembaca dapat memahami materi yang kami sajikan dan agar materi yang kami
bawakan dapat menambah pengetahuan tentang Biaya Fiskal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fitriya. 2020. https://klikpajak.id/blog/koreksi-fiskal-pengertian-dan-jenis-koreksi-fiskal/.


Diakses pada 1 Maret, pukul 21:20.

Dian. 2021. https://www.youtube.com/watch?v=-vJEjOEnipE. Diakses pada 1 Maret, pukul


21:30.

16

Anda mungkin juga menyukai