Anda di halaman 1dari 21

REKAYASA IDE

FILSAFAT PENDIDIKAN
“PENERAPAN HUKUMAN SEBAGAI METODE PENDIDIKAN UNTUK
MEMBERIKAN DISIPLIN PADA SISWA DI SEKOLAH”

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:


SUYIT RATNO, M.Pd.

KELOMPOK 2:
NAMA (NIM):
1. ANDREAS BINTANG (4223121061)
2. ESTER MAESYA TAMBA (4223321006)
3. N U R U L F A D I L A H (4223121068)
4. S H E L L A V E R O N I C A (4222121001)

KELAS: PSPF-22 D

PROGRAM STUDI (S-1)


PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Rekayasa Ide yang berjudul “Penerapan
Hukuman Sebagai Metode Pendidikan Untuk Memberikan Disiplin Pada Siswa Di Sekolah”
yang disusun guna memenuhi tugas matakuliah dari Bapak Suyit Ratno, M.Pd pada
matakuliah Filsafat Pendidikan.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Suyit Ratno, M.Pd sebagai
pengajar mata kuliah Filsafat Pendidikan, beliau menugaskan tugas ini agar dapat menambah
ilmu dan wawasan terhadap bidang studi yang kita geluti. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian mini research ini.
Kami memahami bahwa penelitian yang kami tulis ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan penelitian ini.

Medan, 26 November 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................1
B. TUJUAN......................................................................................................................................1
C. MANFAAT..................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI...........................................................................................................................3
A. KONSEP KEDISIPLINAN SISWA..........................................................................................3
B. KONSEP HUKUMAN................................................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................................7
METODE PELAKSANAAN..............................................................................................................7
A. METODE PENELITIAN...........................................................................................................7
B. TEKNIK PENGAMBILAN DATA...........................................................................................7
C. INSTRUMEN SURVEY.............................................................................................................7
D. TEKNIK ANALISIS DATA......................................................................................................7
BAB IV.................................................................................................................................................9
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................................9
A. ANALISIS PEMBAHASAN......................................................................................................9
B. KEKUATAN PENELITIAN....................................................................................................11
C. KELEMAHAN PENELITIAN................................................................................................11
BAB V.................................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN.........................................................................................................................12
B. SARAN......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan meningkatkan sumber daya manusia, sehingga secara sadar orang tua
berusaha mencari cara untuk menyekolahkan anaknya. Hal ini dapat dilihat pada setiap ajaran
baru di setiap tahunnya jumlah siswa terus bertambah dan tidak menutup kemungkinan
muncul berbagai masalah yang dihadapi guru, jika kita melihat pendidikan saat ini dalam
kaitannya dengan perilaku siswa maka banyak penyimpangan yang terjadi tidak memenuhi
harapan.
Setiap siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah tidak akan terlepas
dari berbagai peraturan dan tata tertib sekolah dan setiap siswa harus berperilaku sesuai
dengan peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah tersebut. Namun, banyak
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa bahkan terkadang terlampau batas. Bagi sebagian
siswa, pelanggaran tersebut menjadi kebiasaan yang masih mereka lakukan tanpa beban atau
rasa bersalah. Pelanggaran-pelanggaran tersebut dilakukan oleh siswa tanpa ada kesadaran
akan pantangan karena tidak ada jiwa dan semangat disiplin di kalangan siswa. Setiap siswa
harus memiliki kedisiplinan yang baik dalam setiap proses pembelajaran agar tujuan
pembelajaran tercapai dengan baik. Sebagai contoh, beberapa pelanggaran yang biasa
dilakukan siswa antara lain: terlambat, melalaikan pekerjaan rumah, berpakaian tidak pantas,
membolos sekolah, membuat gaduh di kelas, menolak perintah, tawuran antar pelajar, dan
sebagainya.
Hukuman (punishment) merupakan bentuk tindakan tegas yang paling umum
dilakukan di sekolah dalam hal penegakan hukum. Logikanya, untuk hukuman fisik ada
bermacam-macam hukuman tergantung dari jenis pelanggarannya, seperti pemberian tugas
tambahan (PR) kepada siswa dan pencabutan fasilitas tertentu. Sehingga dapat dipastikan
hukuman harus memiliki nilai pendidikan bagi siswa yang dihukum dan dapat bertindak
sebagai pedoman untuk meningkatkan perilaku disiplin.
Pemberian hukuman harus didasarkan pada kenyataan bahwa itu adalah sanksi
terakhir yang diterapkan kepada siswa yang melakukan kesalahan setelah menggunakan alat
pendidikan lain seperti pemberitahuan, teguran, dan peringatan tetapi masih belum
mendapatkan hasil. Pendidik tidak boleh terlalu akrab dengan metode hukuman. Hukuman
kita berikan dengan bijaksana, bukan karena ingin menyakiti hati anak atau membalas
dendam, dan sebagainya.
Melihat permasalahan tersebut di atas, motivasi penelitian ini adalah untuk
mengetahui tanggapan guru terhadap upaya melancarkan prosedur pendisiplinan siswa.

B. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui baik dan buruknya suatu hukuman pada siswa
2. Untuk mengetahui penerapan hukuman sebagai metode pendidikan yang baik dalam
mendisiplinkan siswa

1
C. MANFAAT
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan diatas, maka manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa agar meningkatkan
perilaku disiplin di lingkungan Sekolah
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru sebagai masukan
dalam mendisiplinkan siswa dengan memberikan hukuman (punishment) di
lingkungan Sekolah
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan sebagai
calon guru ketika hendak mendisiplinkan siswa dengan memberikan sebuah hukuman
(punishment) di lingkungan sekolah.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. KONSEP KEDISIPLINAN SISWA


Tingkat kedisiplinan seseorang merupakan cerminan dari kepribadiannya. Untuk
memahami sifat-sifat esensial, seseorang harus memiliki pemahaman tentang sifat-sifat yang
dimiliki setiap orang. Disiplin berasal dari kata latin “dicipline” yang berarti latihan atau
pendidikan budi pekerti, kerohanian, dan pengembangan bakat.
Disiplin adalah sikap atau kondisi untuk mengikuti aturan atau peraturan yang
berlaku. Oleh karena itu, disiplin erat kaitannya dengan aspek psikologis dan masalah moral.
Secara teoritis, disiplin ilmu dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: Pertama, disiplin diri (self-
imposed disiplin). Kedua, disiplin yang dilakukan menurut perintah/aturan luar (command
disiplin).
Tata tertib dan disiplin sekolah berlaku bagi seluruh bagian sekolah, termasuk kepala
sekolah, guru dan staf, dan menjadi kewajiban yang mengikat bagi setiap orang untuk
mengikuti dan mentaati peraturan sekolah yang berlaku. Jika ada sanksi, aturan atau regulasi
bisa ditegakkan. Siswa atau siapapun yang melanggar peraturan sekolah harus dihukum.
Dengan memberikan hukuman, mereka akan menyadari kesalahannya dan mematuhi
peraturan yang berlaku. Hukuman yang diberikan dapat dipahami dan dipahami oleh siswa
serta bersifat instruktif. Perintah harus dilaksanakan dengan bijaksana, disesuaikan dengan
tingkat perkembangan jiwanya, dan tidak tersiksa.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin sekedar aturan, tetapi
maknanya mencakup keseluruhan. Oleh karena itu, konsep dasar disiplin adalah kesadaran
sebagai pribadi yang utuh dan kesadaran hidup, dan segala sesuatu harus memiliki standarnya
sendiri. Pada tingkat ini, pengaturan diri yang baik terdiri dari kemampuan Anda untuk
mengendalikan perilaku Anda sendiri dengan memahami orang lain.
Tujuan disiplin adalah untuk menjamin pengendalian dan penyatuan keputusan, sikap
dan tindakan demi keseragaman dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban yang dibebankan.
Ketika kita mendengar kata disiplin, kita berpikir untuk mencoba menghentikan,
mengendalikan, dan membatasi, padahal sebenarnya tidak. Disiplin selain mendidik,
memungkinkan siswa untuk mengetahui dan mampu membedakan antara apa yang harus
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Disiplin menjadi satu dengan diri, dan
tindakan yang dilakukan bukanlah beban dan paksaan, melainkan kewajiban yang harus
dipenuhi.
Ciri-ciri kedisiplinan di sekolah atau lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
1) Mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah.
2) Melaksanakan kewajibannya yaitu belajar.
3) Menghadiri kelas secara teratur.
4) Harus hadir pada waktu yang telah dijadwalkan.
5) Hindari membuat keributan di kelas.

3
6) Menyelesaikan Pekerjaan Rumah (PR)

3
Oleh karena itu, diharapkan disiplin sekolah dapat membangun disiplin diri tanpa
aturan tertulis. Jadi kapanpun dan dimanapun disiplin diri akan selalu mengakar dalam
kepribadian siswa, karena kesadaran yang berasal dari dirinya sendiri adalah disiplin diri
yang sesungguhnya.
Pendidikan berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas,
terutama dalam hal kedisiplinan. Agar aturan dan peraturan menjadi efektif, disiplin harus
dipatuhi oleh semua anggota sekolah. Lingkungan sekolah yang disiplin dan peraturan
perundang-undangan diperlukan untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan
produktif. Pada dasarnya ada dua jenis disiplin yaitu: disiplin eksternal dan disiplin internal.
Disiplin eksternal adalah disiplin yang memerlukan pengawasan dari orang lain, dan disiplin
internal adalah disiplin diri yang berupa pengendalian. Pengendalian diri adalah kemampuan
untuk hidup rukun, serasi, dan seimbang antara orang-orang yang mempunyai hak dan
kewajiban sebagai individu dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Disiplin tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi membutuhkan proses untuk
menumbuhkannya. Jadi kedisiplinan itu harus dimulai dengan melakukannya secara
berulang-ulang atau terus menerus sehingga menjadi kebiasaan yang akhirnya akan menjadi
kepribadian.

Terdapat banyak kendala dalam pelaksanaan disiplin, untuk mencapai keberhasilan


yang optimal dalam pelaksanaan disiplin perlu diperhatikan sumber-sumber mana saja yang
menjadi penyebab terjadinya pelanggaran disiplin tersebut.

Berikut adalah beberapa contoh sumber pelanggaran disiplin:


1) Sumber umum.
a) Kurangnya kreativitas dan monoton di dalam kelas.
b) Tekanan dan perasaan kecewa yang ditimbulkan oleh harapan yang tidak masuk
akal
atau standar yang terlalu tinggi bagi siswa.
c) Tidak adanya pengakuan atas status, cinta, dan perhatian.
2) sumber yang dikumpulkan dari dalam sekolah.
a) Gaya kepemimpinan otoriter di antara kepala sekolah dan guru.
b) Hak sejumlah besar siswa (mayoritas) dibatasi.
harus mendukung pembuatan rencana masa depan dengan bimbingan guru.
c) Kurang/tidak ada pertimbangan untuk kelompok minoritas.
d) Pendidik dan peserta didik masa depan kurang terlibat dalam kegiatan dan tugas
yang
berhubungan dengan sekolah.

4
e) Sekolah tidak bekerja sama dengan orang tua, wali, atau BP.

4
Dikhawatirkan dari sumber pelanggaran tersebut akan mengarah pada perilaku buruk,
termasuk pelanggaran disiplin sekolah. Perilaku berikut adalah contoh pelanggaran kebijakan
sekolah.
1) Datang terlambat ke kelas.
2) Pengumpulan tugas atau pengembalian peralatan terlambat.
3. Merokok di dalam sekolah.
4) Kecurangan
5) Menggunakan barang milik sekolah tanpa izin.
6) Meninggalkan kelas atau kegiatan belajar tanpa izin.
7) Mengenakan seragam yang tidak diizinkan oleh kebijakan sekolah.
8) Kekerasan fisik.
9) Membawa gadget ke sekolah yang dapat menghambat pembelajaran, seperti mainan,
ponsel audio atau video, majalah, atau peralatan lainnya

Orang tua/wali diharapkan dapat mendukung proses belajar mengajar dengan menjaga
lingkungan belajar yang positif, disiplin dan aman serta secara aktif mendukung program
sekolah atau individu siswa. Semua siswa di lingkungan sekolah diawasi oleh sekolah. Oleh
karena itu, setiap kejadian yang terjadi di sekolah menjadi perhatian khusus dan dapat
dilaporkan kepada pihak berwajib. Guru dan staf sekolah yang bertanggung jawab untuk
menerapkan disiplin pada perilaku siswa memiliki kewenangan untuk menjaga stabilitas
pelaksanaan tata tertib siswa di kelas. Berperilaku secara konsisten dan sangat terlibat dalam
konsekuensi pelanggaran disiplin perilaku, mengasingkan siswa dari kelas jika mereka
melakukan pelanggaran atau kerugian. Memperkuat kedisiplinan perilaku siswa di sekolah,
mencatat dan melaporkan semua kejadian pelanggaran disiplin yang terjadi kepada kepala
sekolah/orang tua/wali, dan meningkatkan keterampilan manajemen siswa seperti manajemen
konflik, pencegahan perilaku kekerasan pada siswa, hambatan emosional dan lainnya.

B. KONSEP HUKUMAN
Hukuman fisik berfungsi sebagai hukuman bagi anak yang berperilaku buruk atau
nakal, sehingga guru atau orang tua menggunakan hukuman untuk membuat perilaku yang
tidak dapat diterima menjadi tidak nyaman, sehingga dengan memberikan hukuman, perilaku
yang melanggar tidak terulang kembali.

Tiga peran penting dalam perkembangan moral anak harus dikaitkan dengan fungsi
hukuman dalam pendidikan. Pertama, pencegahan. Hukuman mencegah pengulangan
perilaku yang tidak diinginkan masyarakat. Kedua, mendidik. Dengan menghukum kesalahan
mereka sebelum mereka memahami aturannya, anak belajar bahwa perilaku tertentu benar
dan yang lain salah. Dan seiring bertambahnya usia mempelajari peraturan pengajaran,

5
terutama dalam pendidikan lisan; Ketiga, memotivasi mereka untuk menghindari perilaku
yang tidak dapat

5
diterima secara sosial. Anak-anak juga tahu dari pengalaman mereka sendiri bahwa jika
mereka tidak mengikuti aturan, mereka akan dihukum. Selain itu, aspek pendidikan
pemidanaan yang patut mendapat perhatian adalah perbedaan pemidanaan harus sesuai
dengan tingkat kejahatan yang dilakukannya. Hukuman tidak dapat dilaksanakan secara
sewenang-wenang atau semena-mena. Prinsipnya, hukuman harus proporsional dengan
kualitas kesalahan yang dilakukan.

Teori hukuman dalam penelitian psikologi banyak ditemukan dalam buku-buku


tentang modifikasi perilaku. Karena hukuman adalah salah satu instrumen atau alat lain yang
banyak digunakan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku
yang tidak diinginkan. Hukuman tidak ditujukan kepada karakter dan sifat anak, yang
seringkali tidak terlihat, tetapi melawan lebih dari perilaku yang terlihat yang dapat diubah,
dikurangi dan/atau ditingkatkan.

Penerapan hukuman hanya dapat diberikan jika dapat meningkatkan kesadaran moral.
Pidana dapat dilaksanakan meskipun telah ditetapkan aturan yang telah disepakati
sebelumnya. Namun aturan dan hukuman ini tidak akan berhasil jika tidak ada kesadaran
pemenuhan kewajiban dan kerjasama antar anggota. Perlu dicatat bahwa hukuman dan
hukuman bukanlah masalah individu, tetapi bersifat sosial. Hukuman tidak dapat dilakukan
secara sewenang-wenang menurut kehendak seseorang, melainkan hukuman merupakan
perbuatan yang tidak bebas dan selalu diawasi oleh masyarakat dan negara.

6
6
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Melakukan
studi dokumen dan menyebarkan kuesioner melalui media Google Forms dengan tujuan agar
hasil penelitian ini lebih mendalam dan spesifik.

B. TEKNIK PENGAMBILAN DATA


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket yang dirancang berupa
pernyataan yang harus diisi oleh 13 guru melalui media Google Form.

C. INSTRUMEN SURVEY
Daftar pernyataan yang ditujukan kepada guru tentang penerapan hukuman sebagai metode
pendidikan untuk memberikan disiplin pada siswa
1. Selalu menjadi teladan bagi seluruh siswa
2. Bersikap otoriter saat mendisiplinkan siswa
3. Selalu meningkatkan motivasi belajar siswa
4. Menanamkan dan mengajarkan nilai-nilai dasar (core value) pada siswa
5. Selalu berusaha memahami siswa secara menyeluruh
6. Menghukum siswa yang melanggar peraturan sekolah dengan kekerasan
7. Menghukum siswa yang melanggar peraturan sekolah sesuai prosedur peraturan
sekolah

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data merupakan tahapan yang sangat penting dalam suatu penelitian karena
analisis data berfungsi untuk mematangkan hasil penelitian. Analisis data dapat dilakukan
dalam langkah-langkah berikut:

7
1. Mencari objek penelitian yang akan dilakukan dan menentukan metode mana yang akan
digunakan dalam penelitian ini.

2. Selanjutnya meneliti dokumen-dokumen yang berasal dari berbagai sumber yang ada
seperti majalah, buku dan artikel di internet.

3. Siapkan pernyataan yang akan diisi oleh guru usia 22-52 tahun dalam media Google Form

4. Menganalisis hasil kuesioner.

5. Simpulkan apa yang dihasilkan dari penelitian ini.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS PEMBAHASAN

Pengujian dilakukan dengan meminta 13 guru untuk mengisi Google Form yang
berisI pernyataan-pernyataan seputar penerapan hukuman sebagai metode pendidikan untuk
memberikan disiplin pada siswa. Dari pengolahan angket tersebut, secara keseluruhan dapat
diperoleh data sebagaimana tersedia pada tabel berikut.

No Pernyataan 1 2 3 4 5

1 Selalu menjadi teladan bagi seluruh siswa 0 0 1 1 11

2 Bersikap otoriter saat mendisiplinkan siswa 5 3 3 1 1

3 Selalu meningkatkan motivasi belajar siswa 1 0 0 2 11

4 Menanamkan dan mengajarkan nilai-nilai dasar (core value) 0 0 0 1 12


pada siswa

5 Selalu berusaha memahami siswa secara menyeluruh 0 0 0 6 7

6 Menghukum siswa yang melanggar peraturan sekolah 10 2 0 0 1


dengan kekerasan

7 Menghukum siswa yang melanggar peraturan sekolah sesuai 0 0 1 2 10


prosedur peraturan sekolah

Keterangan:

1: Sangat Tidak Setuju

2: Tidak Setuju

3: Netral

4: Setuju

5: Sangat Setuju

9
Dari pernyataan nomor 1 berisikan bahwa guru selalu menjadi teladan bagi seluruh siswa, 11
orang guru (84,6%) mengatakan sangat setuju, 1 orang guru (7,7%) mengatakan setuju, dan masih
ada 1 orang guru (7,7%) mengatakan netral. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua guru sangat
setuju bahwa dirinya selalu menjadi teladan bagi seluruh siswa.

Dari pernyataan nomor 2 berisikan bahwa guru akan bersikap otoriter saat mendisiplinkan
siswa, 5 orang guru (38,5%) mengatakan sangat tidak setuju, 3 orang guru (23,1%) mengatakan tidak
setuju, masih ada 3 orang guru (23,1%) mengatakan netral, bahkan ada 1 orang guru (7,7%)
mengatakan setuju, dan 1 orang guru (7,7%) mengatakan setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa
semua guru sangat tidak setuju bahwa dirinya akan bersikap otoriter saat mendisiplinkan siswa.

Dari pernyataan nomor 3 berisikan bahwa guru selalu meningkatkan motivasi belajar siswa,
ada 11 orang guru (84,6%) mengatakan sangat setuju, ada 1 orang guru (7,7%) mengatakan setuju,
dan bahkan ada 1 orang guru (7,7%) mengatakan sangat tidak setuju. Maka dapat disimpulkan
bahwa semua guru sangat setuju bahwa dirinya akan selalu meningkatkan motivasi siswa.

Dari pernyataan nomor 4 berisikan bahwa guru selalu menanamkan nilai-nilai dasar (core
value) pada siswa, ada 12 orang guru (92,3%) mengatakan sangat setuju, dan ada 1 orang (7,7%)
mengatakan setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa semua guru sangat setuju bahwa seluruh guru
akan menanamkan nilai-nilai dasar (core value) dalam diri siswa.

Dari pernyataan nomor 5 berisikan bahwa guru selalu berusaha memahami siswa secara
menyeluruh, ada 7 orang (53,8%) mengatakan sangat setuju, dan ada 6 orang (46,2%) mengatakan
setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa semua guru sangat setuju bahwa setiap guru harus berusaha
untuk memahami siswa secara menyeluruh.

Dari pernyataan nomor 6 berisikan bahwa guru selalu menghukum siswa yang melanggar
aturan sekolah dengan kekerasan, ada 10 orang guru (76,9%) mengatakan sangat tidak setuju, ada 2
orang guru (15,4%) mengatakan tidak setuju, dan bahkan ada 1 orang guru (7,7%) mengatakan
sangat setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa semua guru sangat tidak setuju ketika guru selalu
menghukum siswa yang melanggar aturan sekolah dengan kekerasan.

Dari pernyataan nomor 7 berisikan guru selalu menghukum siswa yang melanggar aturan
sesuai prosedur peraturan sekolah, ada 10 orang guru (76,9%) mengatakan sangat setuju, ada 2
orang guru (15,4%) mengatakan setuju, dan 1 orang guru (7,7%) mengatakan netral. Maka dapat
disimpulkan bahwa semua guru sangat setuju bahwa guru selalu menghukum siswa yang melanggar
aturan sesuai prosedur peraturan sekolah.

10
B. KEKUATAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan cara studi kasus hal ini membuat hasil yang didapatkan lebih
spesifik dan akurat. Dengan menguji kepada 13 guru pada usia 22-52 tahun, sebagai bahan acuan
dalam melihat bagaimana menurut mereka upaya yang dilakukan oleh guru dalam membantu
proses pendisiplinan siswa. Dan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini cukup memuaskan
dimana guru berpikir bahwa bentuk hukuman di sekolah sudah cukup membantu dalam proses
pendisiplinan siswa.

C. KELEMAHAN PENELITIAN
Karena penelitian yang dilakukan secara online hal ini membuat kami menyusun data hanya
berdasarkan hasil Kuisioner lewat Media Google Form. Kami tidak dapat melakukan observasi secara
langsung agar dapat mengetahui kondisi yang sebenarnya.

11
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Semua siswa diharapkan untuk mengikuti aturan setiap hari, seperti yang ditekankan
oleh guru dan kepala sekolah. Ketika siswa tidak disiplin pada saat proses belajar mengajar
berlangsung, hukuman juga diterapkan selama itu diterapkan. Selain itu, penggunaan sanksi
yang efisien untuk mempengaruhi kedisiplinan siswa.
Penerapan hukuman sebagai alat pendidikan untuk mendisiplinkan siswa di sekolah
dilakukan melalui keteladanan. Seorang pendidik harus memiliki “teladan yang baik”
sehingga membuat keinginan siswa untuk melakukannya, meniru, dan mengikuti. Selain itu,
nasehat guru kepada siswa sangat diperlukan agar siswa terbiasa dengan perilaku disiplin.
Dalam pelaksanaan tata tertib, peraturan tersebut disosialisasikan kepada siswa, ada
pengawasan dan tindakan yang diambil jika terjadi pelanggaran. Ini adalah hukuman
berdasarkan kejahatan yang dilakukan.

B. SARAN
Berdasarkan laporan penelitian dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi guru :
guru dalam menerapkan hukuman sebaiknya menggunakan metode pendidikan yang
dapat meningkatkan kedisiplinan siswa selain itu menerapkan hukuman sebagai metode
pendidikan dapat dijadikan upaya pembentukan kepribadian siswa.
2. Bagi orangtua :
orang tua diharapkan lebih memperhatikan dan melatih perilaku disiplin anak,
memperhatikannya yaitu dengan memberikan kasih sayang, dorongan kepada anak kemudian
melatih dan mencontohkan cara perilaku disiplin pada anak sehingga tercipta kepribadian
kedisiplinan anak terbentuk
3. Bagi anak:
dengan hasil penelitian ini diharapkan anak dapat mengembangkan perilaku disiplin.

12
DAFTAR PUSTAKA
Hafid Rahman, A. (2017). Penerapan Hukuman Sebagai Alat Pendidikan Dalam Menanamkan
Kedisiplinan Pada Peserta Didik Di MIN 4 Sailong Kec. Dua Boccoe Kab. Bone. Skripsi, 1-59.

Khofifah, S. (n.d.). Penerapan Hukuman Sebagai Alat Pendidikan Dalam Menanamkan Kedisiplinan
Pada Peserta Didik Di MIN I Pamekasan. Jurnal Pendidikan Ibtidayah, 52-59.

13

Anda mungkin juga menyukai