Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KIMIA

“Penentuan Kandungan Asam Lemak Bebas dalam Minyak


Goreng”

Oleh:

Theodore Andrew Jong

Kelas 11 – Kimia 1

Guru pembimbing:

Hendra Chandra

Tahun Ajaran 2022-2023

SEKOLAH DIAN HARAPAN

MANADO
KATA PENGANTAR
Puji syukur, limpah terima kasih, saya haturkan kepada Allah Bapa di Sorga atas
berkat yang telah diberikan sehingga makalah dengan judul “Penentuan kandungan asam
lemak bebas dalam minyak goreng” dapat diselesaikan. Melalui makalah ini saya berharap
bisa menambah wawasan teman-teman sekalian mengenai apa pentingnya melakukan
pengujian pada terhadap kadar FFA pada minyak goreng.

Tuhan sangat amat menabjukkan, sehingga ia mampu menciptakan berbagai zat-zat


yang tidak bisa dipikirkan dengan kepala manusia. Oleh karena itu saya bersyukur kerena
bisa mempelajari dan mendalami mengenai materi ini. Terima kasih juga untuk Mr. Hendra
yang telah membimbing dan mengajarkan saya mengenai materi Asam-Basa ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
ISI.........................................................................................................................................................3
2.1. Dasar Teori...........................................................................................................................3
2.1.1. Asam Basa....................................................................................................................3
2.1.2. Penetralan Asam Basa.................................................................................................5
2.1.3. Indikator Asam Basa...................................................................................................5
2.1.4. Titrasi Asam Basa........................................................................................................9
2.1.5. Free Faty Acid (FFA).................................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................13
KESIMPULAN..................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Manusia membutuhkan makanan untuk bisa memiliki energi dan melakukan


aktivitas sehari-hari. Saat ini dalam memperoleh makanan manusia bisa
menemukannya di alam dan mengolahnya menjadi bahan makanan yang bisa
dikonsumsi. Namun ada perbedaan kadar kesehatan pada setiap makanan. Ada
ketentuan dimana makanan bisa disebut sehat. Namun masa kini banyak orang yang
tergila-gila dengan fast food yang menggunakan minyak goreng untuk memasak.
Terdapat minyak goreng yang baik bagi tubuh dan yang tidak baik bagi tubuh.

Minyak goreng sawit adalah minyak goreng yang menggunakan bahan baku
berasal dari kelapa sawit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Di
Indonesia penggunaan minyak goreng sudah menjadi hal umum untuk memasak.
Penggunaan minyak goreng berulang saat memasak tidak baik bagi kesehatan tubuh,
sebab ada terjadi beberapa perubahan fisika pada minyak goreng (i) meningkatnya
viskositas, (ii) specific heat yang besar, (iii) perubahan tegangan permukaan dan (iv)
perubahan warna (Irawan, 2013). Juga terjadi reaksi selama proses pemanasan berupa
reaksi termolitik, oksidasi, dan hidrolisis. Akibat dari reaksi tersebut, menyebabkan
terbentuknya beberapa komponen yang berbahaya bagi manusia, sehingga bersifat
racun. Salah satu dari komponen tersebut adalah Free Faty Acid (FFA).

Dalam makalah kali ini kita akan melakukan uji mengenai asam lemak bebas
atau free faty acid pada minyak goreng. Pengujian FFA (free faty acid) penting untuk
mengetahui kandungan asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak goreng.
Sebab pada umumnya minyak goreng yang sehat adalah minyak goreng yang
mengandung FFA sedikit. Namun sebelum masuk ke pembahasan lebih dalam
mengenai FFA kita perlu mengetahui mengenai konsep dasar asam dan basa. Sebab
dalam pengujian FFA nanti kita akan menggunakan

Pengujian akan dilakukan di laboratorium. Dimulai dari persiapan bahan, yaitu


NaOH dan minyak goreng sawit. Praktikum menggunakan SNI 7709 tahun 2012
dalam pengujian asam lemak bebas dalam minyak goreng.

1
1.2. Rumusan Masalah
1) Mengapa harus dilakukan uji FFA?
2) Apa hubungan FFA dengan prinsip asam basa?
3) Mengapa menggunakan titrasi untuk menentukan kadar FFA?
4) Apa bahaya yang dapat terjadi jika kadar FFA tinggi?

1.3. Tujuan
1) Menjelaskan pentingnya uji FFA.
2) Menjelaskan hubungan FFA dengan prinsip asam basa.
3) Menjelaskan apa kegunaan tirasi dalam menentukan kadar FFA.
4) Menjelaskan bahaya FFA.

2
BAB II
ISI
1.1. Dasar Teori
1.1.1. Free Faty Acid (FFA)

Dikuitp dari Irawan (2013) dengan judul “Pengurangan Kadar Asam


Lemak Bebas (Free Fatty Acid) dan Warna dari Minyak Goreng Bekas dengan
Proses Adsorpsi Menggunakan Campuran Serabut Kelapa dan Sekam Padi”,
asam lemak bebas atau free fatty acid (FFA) adalah asam lemak yang berada
sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. FFA dihasilkan dari
proses hidrolisis dan oksidasi. Reaksi juga dipercepat, jika dalam pangan
mengandung air, menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis antara air dan
minyak goreng.

Pengujian asam lemak bebas sangat penting karena, semakin tinggi


pemakaian minyak goreng, maka semakin tinggi kadar FFA dalam minyak
goreng (Irawan, 2013). Semakin tinggi nilai FFA, maka semakin rendah
kualitas minyak (Silalahi, 2017). Hal ini akan berdampak bagi tubuh manusia,
berupa meningkatkan kolestrol LDL (low density lipoprotein), menurunkan
kolestrol HDL (high density lipoprotein), dan meningkatkan rasio total
kolestrol. Hal ini dapat berkembang menjadi aterosklorosis, yaitu merupakan
kondisi dimana arteri menyempit akibat penumpukan plak. Dan dapat
berkembang lagi menjadi stroke atau serangan jantung (Rianti, 2016). Dikutip
jurnal yang ditulis oleh Budi Untari, dkk. (2020), menyatakan bahwa
penentuan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng menggunakan metode
titrasi asam bebas dan kadungan asam lemak dilakukan dengan metode
kromatografi.

1.1.2. Asam Basa

Asam dan basa merupakan bahan yang sering digunakan manusia


untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya basa yang digunakan untuk
pembuatan sabun dan asam digunakan sebagai bahan pembersih kerak lantai
di kamar mandi (Novita, 2022). Asam dan basa bersifat saling menetralkan,
jadi ketika dicampurkan maka keduanya akan menghilangkan sifat asal
masing-masing (Novita, 2022). Dikutip dari modul yang ditulis oleh Dra.

3
Ernaviata, M.Pd dengan judul “Interaksi Asam Basa dan Kehidupan”, ada tiga
teori dari tiga ahli yang menjelaskan mengenai teori asam basa.

Menurut seorang ahli kimia bernama Svante August Arrhenius dari


Swedia menyatakan bahwa asam adalah semua zat yang dilarutkan dalam air
akan terurai menghasilkan ion H+. Sedangkan Basa adalah semua zat yang
dilarutkan dalam air akan terurai menghasilkan io OH-.

Menurut Browsted Lowry, reaksi asam basa adalah reaksi bolak-balik.


Lalu terakhir, menurut Lewis, yang berhasil mengemukakan teori asam basa
secara lebih luas, asam adalah senyawa yang dapat menerima pasangan
elektron (akseptor) sedangkan basa adalah senyawa yang menyumbangkan
pasangan electron (donor). Sehingga reaksi asam basa merupakan reaksi
pembentukan senyawa koordinasi.

Jadi bisa disimpulkan bahwa penerapan asam basa dapat kita temui
dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian dari asam basa sendiri adalah, asam
menghasilkan ion H+ dan berperan sebagai akseptor, sedangkan basa
menghasilkan ion OH-. Asam dan Basa juga menghasilkan reaksi bolak-balik.

Rentang pH asam berada pada 1 ≤ x <7 dan rentang pH basa berada


pada 7< x ≤14 . Jadi 7 merupakan kondisi netral. Asam dan basa terbagi
menjadi 2 yaitu, asam kuat dan lemah, serta basa kuat dan lemah.

1.1.2.1. Asam Kuat dan Basa Kuat

Asam dan Basa kuat memiliki daya hantar listirik yang kuat
karena terionisasi dengan sempurna dalam air. Daya hantar listrik
yang terdapat dalam larutan bergantung pada konsentrasi ion-ion di
dalam larutan tersebut (Ernaviata, 2018). Berikut adalah tabel daftar
zat asam kuat dan basa kuat.

4
Berikut adalah rumus asam kuat:

(Rumus konsentrasi asam kuat)

Keterangan:

1) [H+] = konsentrasi ion H+


2) x = Valensi asam (jumlah ion H+)
3) Ma = molaritas asam
4) Ma = (gr/Mr) × (1000/ml)

pH=−log ⁡¿

(Rumus pH asam kuat)

Berikut adalah rumus basa kuat:

(Rumus konsentrasi basa kuat)

Keterangan:

1) x = valensi basa
2) [OH-] = konsentrasi ion OH-
3) Mb = Molaritas basa
4) Mb = (gr/Mr) × (1000/ml)

pOH =−log ⁡¿

(Rumus pOH basa kuat)

pH=14− pOH

(Rumus pH basa kuat)

1.1.2.2. Asam Lemah dan Basa Lemah

Asam lemah dan basa lemah hanya terionisasi sebagian saja


dalam air, sehingga tidak menjadi penghantar listrik yang kuat. Hal
itu terjadi karena jumlah ion pada asam lemah dan basa lemah sangat

5
sedikit (Ernaviata, 2018). Berikut tabel asam lemah dan basa lemah

Berikut adalah rumus asam lemah:

(Rumus konsentrasi asam lemah)

Keterangan:

1) Ka = tetapan kesetimbangan asam

(Rumus konsentrasi asam lemah)

Keterangan:

1) ∝ = derajat ionisasi asam

∝=
√ Ka
Ma

(Rumus derajat ionisasi asam lemah)

6
pH=−log ⁡¿

(Rumus pH)

Berikut adalah rumus basa lemah:

(Rumus konsentrasi basa lemah)

Keterangan:

1) Kb = tetapan kesetimbangan asam

(Rumus konsentrasi basa lemah)

Keterangan:

1) ∝ = derajat ionisasi basa

∝=
√ Kb
Mb

(Rumus derajat ionisasi basa)

pOH =−log ⁡¿

(Rumus pOH basa lemah)

pH=14− pOH

(Rumus pH basa lemah)

1.1.2.3. Penetralan Asam Basa

Penetralan dalam asam basa adalah ketika terjadi reaksi


hidrogen yang berasal dari asam dan hidroksida yang berasal dari
basa dan pada akhirnya menjadi air yang netral. Penetralan juga dapat
disebut sebagai reaksi antara donor proton dari asam, dengan
penerima proton yaitu basa (Febrieanto, 2015). Ketika larutan asam

7
dan basa direaksikan maka akan menghasilkan garam dan air. Pada
reaksi untuk menghasilkan keadaan netral, atau disebut reaksi
penetralan, jumlah asam harus ekuivalen dengan jumlah basa, untuk
itu perlu ditentukan titik ekuivalen reaksi (Febrieanto, 2015). “Titik
ekuivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat bereaksi
habis dengan jumlah mol basa” (Febrieanto, 2015). Jadi reaksi
penetralan adalah ketika jumlah mol asam dapat habis bereaksi
dengan jumlah mol basa dan menghasilkan garam dan air sebagai
hasil akhir dari reaksi penetralan. Dapat juga mengukur titik
ekuivalen menggunakan yang namanya indikator asam basa.

Penetralan terjadi dalam 2 reaksi, yaitu asidimetri dan


alkalimetri. Asidimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif
terhadap senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan larutan
asam, sedangkan Alkalimetri menggunakan larutan basa untuk
menentukan senyawa-senyawa yang bersifat asam (Febrieanto, 2015).

1.1.2.4. Asam Basa dan Asam Lemak Bebas


Penentuan kadar asam lemak bebas pada minyak goreg
membutuhkan metode titrasi asam basa. Karena dalam penentuan
asam lemak bebas membutuhkan NaOH, yang dimana NaOH masuk
dalam kategori basa. Nanti dalam proses titrasi juga akan terjadi
perubahan warna kemerah-merahan yang terjadi karena asam telah
habis oleh basa.
1.1.3. Indikator Asam Basa

Indikator asam basa adalah parameter untuk mengukur kadar pH dan


pOH pada suatu larutan. Terdapat berbagai macam indikator asam basa.
Terdapat indikator tunggal, indikator alam, pH meter, indikator universal,
larutan indikator, dan juga indikator campuran.

1.1.3.1. Macam-macam Indikator Asam Basa


1) Indikator Tunggal

Indikator tunggal tidak dapat mengukur atau mengetahui harga


pH atau pOH, namun hanya dapat membedakan larutan bersifat
asam atau basa (Bitar, 2023). Yang termasuk indikator tunggal

8
adalah lakmus merah dan biru, fenolftlein, metil jingga, metil
merah, bromtimol biru. Berikut daftar perubahan warna yang terjadi.

2) Indikator Alami
Pengukuran rentang pH dan pOH asam dan basa bisa
menggunakan bahan alami yaitu tumbuh-tumbuhan. Tetapi sebelum
digunakan sebagai indikator, tumbuh-tumbuhan tersebut harus
diekstrak terlebih dahulu dan membuatnya dalam bentuk larutan
(Bitar, 2023). Berikut adalah daftar tumbuh-tumbuhan tersebut: 1)
Bunga sepatu; 2) Hydrangea; 3) Kunyit; 4) Bunga Terompet; 4)
Wortel: 5) Kol merah; 6) Kulit manggis; dan 7) Kubis ungu. Dan
berikut daftar perubahan warna dari ekstrak tanaman dalam larutan

9
asam dan basa.

3) pH Meter

Sebuah alat yang digunakan untuk mengukur pH larutan,


cukup dengan mencelupkan electrode ke dalam larutan. pH meter
akan mengukur banyaknya ion hidrogen yang ditunjukan pada skala
pH meter (Bitar 2023).

4) Indikator Universal

Indikator universal dapat dalam bentuk kertas dan cairan. Cara


kerjanya adalah dengan mencocokan perubahan warna kertas
indikator pada tabel warna warna indikator universal (Bitar, 2023).

10
Berikut adalah tabel warna indikator universal pada berbagai pH

5) Larutan Indikator

Larutan indikator biasanya digunakan untuk titrasi larutan.


Larutan indikator yang paling banyak diguanakan adalah
fenolptalein, metil merah, metil jingga, dan juga bromtimol blue.
Dalam melakukan proses titrasi, harus dilakukan dengan sangat
teliti. Karena perubahan warna dapat terjadi hanya dengan berapa ml
saja (Bitar, 2023). Berikut merupakan penjelasan dari masing-
masing larutan indikator:

 Phenol Ptalein

“Indikator ini dibuat dengan cara kondensasi anhidrida


ftalein atau asam ftalat dengan fenol. Memiliki trayek pH
sebesar 8,2 – 10,0 dengan asam yang tidak berwarna dan
berwarna merah muda pada larutan basa” (Bitar, 2023).

 Metil Merah

11
“Indikator metil merah adalah salah satu indikator asam
basa yang memiliki warnah merah dalam asam dan jingga
dalam basa dengan trayek pH 3,1 - 4,4” (Bitar, 2023).

 Metil Jingga.

“Indikator metil jingga merupakan salah satu indikator


asam basa yang akan berwarna merah dalam asam dan
berwarna jingga dalam basa dengan trayek pH 3,1 – 4,4”
(Bitar, 2023).

 Bromtimol Blue

“Indikator BTB merupakan salah satu indikator yang akan


berwarna merah kuning dalam larutan asam dan biru dalam
larutan yang bersifat basa dengan trayek pH 6,0 – 7,6”
(Bitar, 2023).

6) Indikator Campuran

Indikator campuran adalah campuran antara dua jenis


indikator. Karena untuk beberapa titrasi tertentu, kadang harus
menggunakan indikator campuran. Karena dalam beberapa kasus
ketika indikator biasa tidak dapat menunjukkan perbedaan warna
asam dan basa dengan jelas, sehingga perubahan warna yang terjadi
pun tidak terlihat jelas (Bitar, 2023).

1.1.3.2. Penggunaan Fenoftalain dalam Penentuan Kadar Asam Lemak


Bebas

Pada prinsipnya untuk menganalisa kadar asam lemak bebas


pada minyak goreng perlu ditritasi dengan asam basa kuat dengan pH
larutan berada pada titik ekivalen 8-10. Indikator yang paling tepat
untuk digunakan adalah fenoltalain karena akan terjadi perubahan
warna merah jambu pada titik akhir tritasi (Mardiana, 2020).

1.1.4. Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa, yang digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan


suatu zat dengan mereaksikannya dengan larutan yang zat nya diketahui

12
konsentrasinya secara tepat. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada
reaksi netralisasi asam basa (Arzaq, 2016). Dalam proses titrasi dilakukan
akan terjadi perubahan pH. Dan dalam proses titrasi, perlu diukur titik
ekuivalennya. “Titik ekuivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana
sejumlah asam dinetralkan oleh sejumlah basa” (Arzaq, 2016). Pada umumnya
titik ekuivalen sulit untuk diukur, yang mudah diukur adalah titik akhirnya
yang ditandai dengan perubahan warna selama proses titrasi. Namun titik akhir
titrasi tidak selalu berhimpit dengan titik ekuivalen. Oleh karena itu dengan
pemilihan indikator yang tepat kita dapat memperkecil kesalahan (Arzaq,
2016).

Pada proses titrasi, penentuan kadar larutan dilakukan dengan penetesan


larutan yang telah diketahui konsentrasinya melalui buret ke larutan lain yang
ingin diketahui konsentrasinya pada Erlenmeyer hingga mencapai titik
ekuivalen dan titik akhir titrasi (Husniyyah, 2021). Larutan yang digunakan
untuk mengukur disebut larutan standar. Larutan standar dibagi menjadi 2,
berdasarkan tingkat kemuriniannya yaitu, larutan standar primer dan sekunder.
Larutan standar primer didapatkan dengan cara menimbang dan melarutkan
suatu zat dengan kemurnian tinggi, sedangkan larutan standar sekunder
diperoleh dengan menimbang dan melarutkan suatu zat yang tingkat
kemurniannya relative rendah sehingga konden cepat (Husniyyah, 2021).
Terdapat beberapa syarat untu larutan standar bisa digunakan diantaranya
adalah mempunyai tingkat kemurnian tinggi, memiliki rumus molekul yang
pasti, tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang, larutan bersifat stabil,
memiliki Mr (massa molekul relative) tinggi namun muatan ionnya rendah
(Husniyyah, 2021).

Pada titrasi asam basa, maupun titrasi lainnya, terdapat yang namanya
titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. “Titik ekuivalen adalah titik teoritis, tidak
dapat ditentukan berdasarkan eksperimen/percobaan namun ditentukan melalui
pengamatn perubahan warna, perubahan besar partikel (terbentuknya
endapan), dan perubahan beda potesial” (Husniyyah, 2021). Sedangkan titik
akhir adalah titik dimana proses titrasi berakhir yang disertai perubahan warna
dan umumnya dideteksi dengan penambahan indikator yang akan berubah
pada kondisi lingkungan tertentu (misal, kondisi asam) (Husniyyah, 2021).

13
Terdapat 2 macam titrasi yaitu titrasi asidimetri dan alkalimetri.
Asidemetri adalah salah satu metode penentuan konsentrasi suatu larutan
dengan menggunakan larutan asam sebagai larutan standarnya sedangkan
alkalimetri menggunakan larutan basa sebagai larutan standarnya dan
phenolphthalein sebagai indikatornya (Husniyyah, 2021). Larutan asam
standar yang digunakan adalah asam klorida dan asam sulfat. Kelebihan dari
asam klorida adalah mudah larut dalam air dan tidak membentuk garam sukar
larut. Sedangkan larutan basa yang biasanya digunakan sebagai standar adalah
natrium hidrokisida, karena mudah larut dalam air, murah, dan memiliki
tingkat kemurnian yang tinggi (Husniyyah, 2021).

Mengidentifikasi kandungan asam lemak bebas pada minyak goreng


diperlukan metode titrasi penetralan, karena hanya dengan metode titrasi asam
basa maka kadar asam lemak bebas pada minyak goreng dapat diukur. Dalam
kasus ini, titrasi yang digunakan adalah alkalimetri.

Terdapat juga istilah titrasi penetralan. Titrasi penetralan adalah


penetralan asam basa yang sebenarnya adalah titrasi asam basa. Jadi
prinsipnya ialah menetralkan asam atau basa dengan cara titrasi sehingga bisa
didapatkan titik ekuivalennya (Ramadhan, 2022). Berikut adalah jenis-jenis
titrasi penetralan.

1.1.4.1. Penetralan Asam Kuat oleh Basa Kuat

Terjadi perubahan pada titik ekuivalen secara drastis,


disebabkan karena mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit.
Titik ekuivalen terletak pada saat pH larutan 7, dimana asam dan basa
telah habis bereaksi. Kemudian untuk indikatornya dapat
menggunakan metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein.
Fenolftalein lebih sering digunakan karena memberikan perubahan
warna yang begitu tajam pada sekitar titik ekuivalen (Febrieanto,
2015).

1.1.4.2. Penetralan Asam Lemah oleh Basa Kuat

Titik ekuivalen berada diatas 7. Diantara rentang pH ± 7 sampai


pH ± 10. Sebagai indikator digunakan fenolftalein (Febrieanto, 2015).

14
1.1.4.3. Penetralan Basa Lemah oleh Asam Kuat

Titik ekuivalen berada dibawah 7, yaitu antara pH ± 7 sampai


pH ± 4 . Metil merah digunakan sebagai indikator

1.2. Praktikum
1.2.1. Pembuatan Larutan NaOH

Praktikum awal dimulai dengan pembuat larutan NaOH. Alat yang


digunakan adalah gelas kimia, timbangan kimia, dan labu ukur 100 ml. Untuk
bahan adalah aquades dan NaOH. Praktikum dimulai dengan perhitungan
massa NaOH yang akan digunakan jika larutan NaOH dengan 0,1 molar
sebanyak 100 ml. Jadi menggunakan rumus massa=mol × mr . Dan
mendapatkan hasil 0,4 gram.

Kemudian, mengambil NaOH dan meletakkannya di dalam gelas kimia


dan mengukurnya dalam timbangan kimia sampai 0,4 gram. Hasil sendiri
mendapatkan berat sekitar 0,402 gram. Kemudian masukkan aquades kedalam
gelas kimia yang berisikan NaOH dan dilarutkan. Lalu masukkan NaOH yang
telah larut dalam aquades ke labu ukur sebannyak 100 ml. Setelah itu NaOH
akan diuji.

1.2.2. Uji NaOH

Dalam pengujian NaOH, membutuhkan alat berupa gelas ukur kimia,


Erlenmeyer, dan buret. Untuk bahan yang digunakan adalah, larutan NaOH
yang telah dibuat, aquades, dan fenolftalein. Berikut adalah urutan dari
praktikum pengujian NaOH

1) Tuangkan aquades sebanyak 50 ml di gelas ukur kimia


2) Tuangkan aquades 50 ml tersebut ke dalam Erlenmeyer dan
tambahkan 2-3 tetes fenolftalein dan diaduk
3) Tuangkan larutan tersebut ke dalam buret
4) Lalu gunakan lagi gelas ukur kimia dan ukur sebanyak 50 ml
larutan NaOH
5) Tuangkan larutan NaOH tersebut ke dalam Erlenmeyer.
1.3. Hasil pengamatan
1.4. Pembahasan

15
16
BAB III

KESIMPULAN

17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/292059253/Dasar-Teori-Penetralan#

https://emodul.kemdikbud.go.id/C-Kimia-8/C-Kimia-8.pdf

https://tirto.id/materi-asam-basa-pengertian-ciri-ciri-contoh-rangkuman-gbLp

https://www.gurupendidikan.co.id/indikator-asam-basa/

https://mahasiswa.ung.ac.id/421415063/home/2016/8/12/laporan-titrasi-asam-basa.html

file:///C:/Users/User/Downloads/243-759-1-PB.pdf

https://www.utakatikotak.com/Perhitungan-Lengkap-Titrasi-Penetralan-dan-Contohnnya/kongkow/
detail/10505#:~:text=Titrasi%20Penetralan%20merupakan%20penetralan%20antara,titrasi
%20Redoks%2C%20dan%20titrasi%20kompleksometri.

https://industria.ub.ac.id/index.php/industri/article/download/243/246

https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/konversi/article/download/82/35

https://www.chem8sci.com/menghitung-ph-asam-basa/#Cara_Menghitung_pH_Asam

https://www.tribunnews.com/tribunners/2016/02/24/bahaya-minyak-jelantah-bagi-kesehatan

https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/jharma/article/download/85/59

https://ejournal.stifibp.ac.id/index.php/jibf/article/view/58/57

18

Anda mungkin juga menyukai