MAKALAH KIMIA - Andrew Jong
MAKALAH KIMIA - Andrew Jong
Oleh:
Kelas 11 – Kimia 1
Guru pembimbing:
Hendra Chandra
MANADO
KATA PENGANTAR
Puji syukur, limpah terima kasih, saya haturkan kepada Allah Bapa di Sorga atas
berkat yang telah diberikan sehingga makalah dengan judul “Penentuan kandungan asam
lemak bebas dalam minyak goreng” dapat diselesaikan. Melalui makalah ini saya berharap
bisa menambah wawasan teman-teman sekalian mengenai apa pentingnya melakukan
pengujian pada terhadap kadar FFA pada minyak goreng.
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.3. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
TINJAUAN P.......................................................................................................................................3
BAB III...............................................................................................................................................15
ii
3.1.1. Pembuatan Larutan NaOH.......................................................................................15
3.3. Pembahasan.......................................................................................................................17
BAB IV...............................................................................................................................................20
KESIMPULAN..................................................................................................................................20
4.1. Kesimpulan.........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Minyak goreng sawit adalah minyak goreng yang menggunakan bahan baku
berasal dari kelapa sawit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Di
Indonesia penggunaan minyak goreng sudah menjadi hal umum untuk memasak.
Penggunaan minyak goreng berulang saat memasak tidak baik bagi kesehatan tubuh,
sebab ada terjadi beberapa perubahan fisika pada minyak goreng (i) meningkatnya
viskositas, (ii) specific heat yang besar, (iii) perubahan tegangan permukaan dan (iv)
perubahan warna (Irawan, 2013). Juga terjadi reaksi selama proses pemanasan berupa
reaksi termolitik, oksidasi, dan hidrolisis. Akibat dari reaksi tersebut, menyebabkan
terbentuknya beberapa komponen yang berbahaya bagi manusia, sehingga bersifat
racun. Salah satu dari komponen tersebut adalah Free Faty Acid (FFA).
Dalam makalah kali ini kita akan melakukan uji mengenai asam lemak bebas
atau free faty acid pada minyak goreng. Pengujian FFA (free faty acid) penting untuk
mengetahui kandungan asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak goreng.
Sebab pada umumnya minyak goreng yang sehat adalah minyak goreng yang
mengandung FFA sedikit. Namun sebelum masuk ke pembahasan lebih dalam
mengenai FFA kita perlu mengetahui mengenai konsep dasar asam dan basa. Sebab
dalam pengujian FFA nanti kita akan menggunakan
1
dalam pengujian asam lemak bebas dalam minyak goreng. Hal ini untuk keamanan
dan ketetapatan pengujian asam lemak bebas pada minyak goreng.
1.3. Tujuan
1) Menjelaskan pentingnya uji FFA.
2) Menjelaskan hubungan FFA dengan prinsip asam basa.
3) Menjelaskan apa kegunaan tirasi dalam menentukan kadar FFA.
4) Menjelaskan bahaya FFA.
2
BAB II
TINJAUAN P
2.1. Free Faty Acid (FFA)
Dikuitp dari Irawan (2013) dengan judul “Pengurangan Kadar Asam Lemak
Bebas (Free Fatty Acid) dan Warna dari Minyak Goreng Bekas dengan Proses
Adsorpsi Menggunakan Campuran Serabut Kelapa dan Sekam Padi”, asam lemak
bebas atau free fatty acid (FFA) adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas
tidak terikat sebagai trigliserida. FFA dihasilkan dari proses hidrolisis dan oksidasi.
Reaksi juga dipercepat, jika dalam pangan mengandung air, menyebabkan terjadinya
reaksi hidrolisis antara air dan minyak goreng.
Pengujian asam lemak bebas sangat penting karena, semakin tinggi pemakaian
minyak goreng, maka semakin tinggi kadar FFA dalam minyak goreng (Irawan,
2013). Semakin tinggi nilai FFA, maka semakin rendah kualitas minyak (Silalahi,
2017). Hal ini akan berdampak bagi tubuh manusia, berupa meningkatkan kolestrol
LDL (low density lipoprotein), menurunkan kolestrol HDL (high density lipoprotein),
dan meningkatkan rasio total kolestrol. Hal ini dapat berkembang menjadi
aterosklorosis, yaitu merupakan kondisi dimana arteri menyempit akibat penumpukan
plak. Dan dapat berkembang lagi menjadi stroke atau serangan jantung (Rianti, 2016).
Dikutip jurnal yang ditulis oleh Budi Untari, dkk. (2020), menyatakan bahwa
penentuan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng menggunakan metode titrasi
asam bebas dan kadungan asam lemak dilakukan dengan metode kromatografi.
Asam dan basa merupakan bahan yang sering digunakan manusia untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya basa yang digunakan untuk pembuatan
sabun dan asam digunakan sebagai bahan pembersih kerak lantai di kamar mandi
(Novita, 2022). Asam dan basa bersifat saling menetralkan, jadi ketika dicampurkan
maka keduanya akan menghilangkan sifat asal masing-masing (Novita, 2022). Dikutip
dari modul yang ditulis oleh Dra. Ernaviata, M.Pd dengan judul “Interaksi Asam Basa
dan Kehidupan”, ada tiga teori dari tiga ahli yang menjelaskan mengenai teori asam
basa.
Menurut seorang ahli kimia bernama Svante August Arrhenius dari Swedia
menyatakan bahwa asam adalah semua zat yang dilarutkan dalam air akan terurai
3
menghasilkan ion H+. Sedangkan Basa adalah semua zat yang dilarutkan dalam air
akan terurai menghasilkan io OH-.
Menurut Browsted Lowry, reaksi asam basa adalah reaksi bolak-balik. Lalu
terakhir, menurut Lewis, yang berhasil mengemukakan teori asam basa secara lebih
luas, asam adalah senyawa yang dapat menerima pasangan elektron (akseptor)
sedangkan basa adalah senyawa yang menyumbangkan pasangan electron (donor).
Sehingga reaksi asam basa merupakan reaksi pembentukan senyawa koordinasi.
Jadi bisa disimpulkan bahwa penerapan asam basa dapat kita temui dalam
kehidupan sehari-hari. Pengertian dari asam basa sendiri adalah, asam menghasilkan
ion H+ dan berperan sebagai akseptor, sedangkan basa menghasilkan ion OH -. Asam
dan Basa juga menghasilkan reaksi bolak-balik.
Rentang pH asam berada pada 1 ≤ x <7 dan rentang pH basa berada pada
7< x ≤14 . Jadi 7 merupakan kondisi netral. Asam dan basa terbagi menjadi 2 yaitu,
asam kuat dan lemah, serta basa kuat dan lemah.
Asam dan Basa kuat memiliki daya hantar listirik yang kuat karena
terionisasi dengan sempurna dalam air. Daya hantar listrik yang terdapat dalam
larutan bergantung pada konsentrasi ion-ion di dalam larutan tersebut
(Ernaviata, 2018). Berikut adalah tabel daftar zat asam kuat dan basa kuat.
4
Berikut adalah rumus asam kuat:
Keterangan:
pH=−log ¿
Keterangan:
1) x = valensi basa
2) [OH-] = konsentrasi ion OH-
3) Mb = Molaritas basa
4) Mb = (gr/Mr) × (1000/ml)
pOH =−log ¿
pH =14− pOH
Asam lemah dan basa lemah hanya terionisasi sebagian saja dalam air,
sehingga tidak menjadi penghantar listrik yang kuat. Hal itu terjadi karena
jumlah ion pada asam lemah dan basa lemah sangat sedikit (Ernaviata, 2018).
Berikut tabel asam lemah dan basa lemah
5
Berikut adalah rumus asam lemah:
Keterangan:
Keterangan:
∝=
√ Ka
Ma
pH=−log ¿
6
(Rumus pH)
Keterangan:
Keterangan:
∝=
√ Kb
Mb
pOH =−log ¿
pH =14− pOH
Penetralan dalam asam basa adalah ketika terjadi reaksi hidrogen yang
berasal dari asam dan hidroksida yang berasal dari basa dan pada akhirnya
menjadi air yang netral. Penetralan juga dapat disebut sebagai reaksi antara
donor proton dari asam, dengan penerima proton yaitu basa (Febrieanto,
2015). Ketika larutan asam dan basa direaksikan maka akan menghasilkan
garam dan air. Pada reaksi untuk menghasilkan keadaan netral, atau disebut
reaksi penetralan, jumlah asam harus ekuivalen dengan jumlah basa, untuk itu
7
perlu ditentukan titik ekuivalen reaksi (Febrieanto, 2015). “Titik ekuivalen
adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat bereaksi habis dengan jumlah
mol basa” (Febrieanto, 2015). Jadi reaksi penetralan adalah ketika jumlah mol
asam dapat habis bereaksi dengan jumlah mol basa dan menghasilkan garam
dan air sebagai hasil akhir dari reaksi penetralan. Dapat juga mengukur titik
ekuivalen menggunakan yang namanya indikator asam basa.
Indikator asam basa adalah parameter untuk mengukur kadar pH dan pOH pada
suatu larutan. Terdapat berbagai macam indikator asam basa. Terdapat indikator
tunggal, indikator alam, pH meter, indikator universal, larutan indikator, dan juga
indikator campuran.
8
daftar perubahan warna yang terjadi.
2) Indikator Alami
Pengukuran rentang pH dan pOH asam dan basa bisa menggunakan
bahan alami yaitu tumbuh-tumbuhan. Tetapi sebelum digunakan sebagai
indikator, tumbuh-tumbuhan tersebut harus diekstrak terlebih dahulu dan
membuatnya dalam bentuk larutan (Bitar, 2023). Berikut adalah daftar
tumbuh-tumbuhan tersebut: 1) Bunga sepatu; 2) Hydrangea; 3) Kunyit; 4)
Bunga Terompet; 4) Wortel: 5) Kol merah; 6) Kulit manggis; dan 7)
Kubis ungu. Dan berikut daftar perubahan warna dari ekstrak tanaman
9
dalam larutan asam dan basa.
3) pH Meter
4) Indikator Universal
10
tabel warna indikator universal pada berbagai pH
5) Larutan Indikator
Phenol Ptalein
“Indikator ini dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein atau asam
ftalat dengan fenol. Memiliki trayek pH sebesar 8,2 – 10,0 dengan asam
yang tidak berwarna dan berwarna merah muda pada larutan basa” (Bitar,
2023).
Metil Merah
“Indikator metil merah adalah salah satu indikator asam basa yang
memiliki warnah merah dalam asam dan jingga dalam basa dengan trayek
pH 3,1 - 4,4” (Bitar, 2023).
11
Metil Jingga.
“Indikator metil jingga merupakan salah satu indikator asam basa yang
akan berwarna merah dalam asam dan berwarna jingga dalam basa dengan
trayek pH 3,1 – 4,4” (Bitar, 2023).
Bromtimol Blue
6) Indikator Campuran
Titrasi asam basa, yang digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan suatu zat
dengan mereaksikannya dengan larutan yang zat nya diketahui konsentrasinya secara
tepat. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi netralisasi asam basa
(Arzaq, 2016). Dalam proses titrasi dilakukan akan terjadi perubahan pH. Dan dalam
proses titrasi, perlu diukur titik ekuivalennya. “Titik ekuivalen pada titrasi asam basa
adalah pada saat dimana sejumlah asam dinetralkan oleh sejumlah basa” (Arzaq,
2016). Pada umumnya titik ekuivalen sulit untuk diukur, yang mudah diukur adalah
titik akhirnya yang ditandai dengan perubahan warna selama proses titrasi. Namun
12
titik akhir titrasi tidak selalu berhimpit dengan titik ekuivalen. Oleh karena itu dengan
pemilihan indikator yang tepat kita dapat memperkecil kesalahan (Arzaq, 2016).
Pada proses titrasi, penentuan kadar larutan dilakukan dengan penetesan larutan
yang telah diketahui konsentrasinya melalui buret ke larutan lain yang ingin diketahui
konsentrasinya pada Erlenmeyer hingga mencapai titik ekuivalen dan titik akhir titrasi
(Husniyyah, 2021). Larutan yang digunakan untuk mengukur disebut larutan standar.
Larutan standar dibagi menjadi 2, berdasarkan tingkat kemuriniannya yaitu, larutan
standar primer dan sekunder. Larutan standar primer didapatkan dengan cara
menimbang dan melarutkan suatu zat dengan kemurnian tinggi, sedangkan larutan
standar sekunder diperoleh dengan menimbang dan melarutkan suatu zat yang tingkat
kemurniannya relative rendah sehingga konden cepat (Husniyyah, 2021). Terdapat
beberapa syarat untu larutan standar bisa digunakan diantaranya adalah mempunyai
tingkat kemurnian tinggi, memiliki rumus molekul yang pasti, tidak bersifat
higroskopis dan mudah ditimbang, larutan bersifat stabil, memiliki Mr (massa
molekul relative) tinggi namun muatan ionnya rendah (Husniyyah, 2021).
Pada titrasi asam basa, maupun titrasi lainnya, terdapat yang namanya titik
ekuivalen dan titik akhir titrasi. “Titik ekuivalen adalah titik teoritis, tidak dapat
ditentukan berdasarkan eksperimen/percobaan namun ditentukan melalui pengamatn
perubahan warna, perubahan besar partikel (terbentuknya endapan), dan perubahan
beda potesial” (Husniyyah, 2021). Sedangkan titik akhir adalah titik dimana proses
titrasi berakhir yang disertai perubahan warna dan umumnya dideteksi dengan
penambahan indikator yang akan berubah pada kondisi lingkungan tertentu (misal,
kondisi asam) (Husniyyah, 2021).
13
Mengidentifikasi kandungan asam lemak bebas pada minyak goreng diperlukan
metode titrasi penetralan, karena hanya dengan metode titrasi asam basa maka kadar
asam lemak bebas pada minyak goreng dapat diukur. Dalam kasus ini, titrasi yang
digunakan adalah alkalimetri.
Terdapat juga istilah titrasi penetralan. Titrasi penetralan adalah penetralan asam
basa yang sebenarnya adalah titrasi asam basa. Jadi prinsipnya ialah menetralkan
asam atau basa dengan cara titrasi sehingga bisa didapatkan titik ekuivalennya
(Ramadhan, 2022). Berikut adalah jenis-jenis titrasi penetralan.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
15
BAB IV
Alat:
1) Gelas kimia
2) Timbangan kimia
3) Labu ukur 100 ml
4) Pipet tetes
Bahan:
1) Aquades
2) NaOH Praktikum dimulai dengan perhitungan massa NaOH yang
akan digunakan jika larutan NaOH dengan 0,1 molar sebanyak 100
ml. Jadi menggunakan rumus massa=mol × mr . Dan mendapatkan
hasil 0,4 gram.
Urutan pembuatan:
Alat:
16
4) Erlenmeyer
5) Buret
Bahan:
Alat:
1) Buret
2) Erlenmeyer
3) Pipet tetes kimia
4) Timbangan kimia
5) Alat pembakar cairan kimia
6) Gelas ukur kimia.
Bahan:
17
1) Larutan NaOH yang telah dibuat
2) Fenolftalein
3) Aquades
4) Minyak goreng
5) Etanol 70% (95% kalau ada)
18
4.2.2. Hasil Pengamatan Pengujian NaOH
1) Terjadi perubahan warna keungu-unguan ketika tersisa sebanyak 31 ml
NaOH dalam buret
2) Artinya dibutuhkan 19 ml NaOH untuk terjadi perubahan warna
4.2.3. Hasil Pengamatan Pengujian Asam Lemak Bebas dalam Minyak Goreng
1) Pada percobaan minyak goreng A diperoleh massa minyak 10,43 gram
2) Pada percobaan minyak goreng B diperoleh massa minyak 10,304 gram
3) Terjadi perubahan warna merah jambu ketika tersisa 49,8 ml NaOH dalam
buret
4) Artinya dibutuhkan 0,2 ml NaOH untuk terjadi perubahan warna
4.3. Pembahasan
Jadi seperti yang diketahui, larutan NaOH berkonsentrasi sebesar 0,1 molar
sebanyak 50 ml. lalu dilakukan pengujian dengan di titrasi dengan larutan HCl yang
belum diketahui konsentrasinya Berdasarkan data yang didapatkan praktikan, butuh
19 ml NaOH sampai terjadi perubahan warna keungu-unguan. Dan dalam perhitungan
kali ini kita akan menghitung jumlah konsentrasi larutan HCl, menggunakan rumus:
M 1 × V 1=M 2 × V 2
Keterangan:
19
4) V2 = Volume larutan kedua
Dalam hal ini kita akan menghitung konsentrasi larutan pertama yaitu HCl
dengan volume 50 ml. Telah diketahui adalah V 1, M2, V2. Dan berdasarkan
perhitungan dari praktikan, diketahui bahwa konsentrasi larutan HCl adalah 0,038 M.
Dan jika kita hitung pHnya berada pada kisaran 1,42.
Pada titrasi awal, yang menggunakan minyak goreng A dengan massa 10,43
gram hanya perlu sebanyak 0,3 ml sampai terjadi perubahan warna menjadi kemerah-
merahan. Untuk perhitungan uji coba menggunakan rumus:
25 ,6 × V × N
W
Keterangan:
1) V = Volume
2) N = Normalitas
3) W = Berat (gram)
Ketika dimasukkan ke dalam rumus maka diperoleh hasil 0,074 Artinya hal itu
merupakan kadar FFA pada minyak goreng. Hal ini juga tentu masuk kategori sehat
sesuai dengan standar SNI 7709 2012 minyak goreng sawit, yaitu dengan maksimal
asam lemak bebas adalah 0,3%.
Pada titrasi kedua, menggunakan minyak goreng B dengan massa 10,304 hanya
perlu sebanyak 0,2 ml sampai terjadi perubahan warna menjadi kemerah-merahan.
Untuk perhitungan uji coba menggunakan rumus:
25 ,6 × V × N
W
Keterangan:
4) V = Volume
5) N = Normalitas
6) W = Berat (gram)
Ketika dimasukkan ke dalam rumus maka diperoleh hasil 0,05. Artinya hal itu
merupakan kadar FFA pada minyak goreng. Hal ini juga tentu masuk kategori sehat
20
sesuai dengan standar SNI 7709 2012 minyak goreng sawit, yaitu dengan maksimal
asam lemak bebas adalah 0,3%.
Pengujian FFA penting untuk dilakukan untuk menguji minyak yang kita
pakai sehari-hari. Apakah sudah sesuai dengan ketentuan SNI, yaitu 0,3% kadar FFA
maks pada minyak goreng. Minyak goreng perlu diuji menggunakan metode titrasi
untuk menghilangkan kadar FFA pada minyak goreng dan dilihat butuh berapa ml
larutan NaOH untuk menghilangkannya. Hal itu yang menjadi bilangan asamnya.
Penetralan ini menggunakan tipe penetralan alkalimetri. Dimana pH asam pada
minyak goreng menjadi basa.
Titik akhir dari titrasi pengujian FFA pada minyak goreng adalah ketika terjadi
perubahan warna merah jambu. FFA masuk ke dalam tipe asam lemah, karena hanya
memerlukan beberapa larutan NaOH saja untuk menetralkan asam dalam minyak
goreng menjadi basa. Kadar FFA yang tinggi pada minyak goreng tentu bahaya bagi
kesehatan tubuh. Karena sejatinya dapat menyebabkan kolestrol meningkat. Lalu
dapat berkembang lebih jauh menjadi aterosklorosis, yaitu penumpukan plak pada
arteri, dan dapat berkembang lebih jauh lagi menjadi stroke dan penyakit jantung
21
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Jadi FFA merupakan kandungan dalam minyak goreng yang tidak boleh
berlebihan, karena dapat menyebabkan penyakit-penyakit seperti kolestrol,
aterosklorosis, stroke, dan penyakit jantung. Penambahan kadar FFA dalam minyak
terjadi karena minyak yang dipakai berulang kali dalam menggoreng. Minyak goreng
yang dipakai berulang menyebabkan terjadi perubahan fisika maupun kimia pada
minyak goreng. Oleh karena itu pengujian FFA perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah minyak yang dikonsumsi sehat atau tidak.
Dari penelitian yang telah dilakukan praktikan, kandungan FFA pada kedua
sempel minyak goreng A dan B berada pada tahap aman untuk dikonsumsi, dengan
berada pada 0,07% dan 0,05% dimana batas maksimalnya adalah 0,3%. Walaupun
FFA berada pada kategori asam lemah, tetap konsumsi FFA yang berlebih dapat
menjadi racun bagi tubuh.
22
DAFTAR PUSTAKA
Arief F. (2015). Titrasi Penetralan dan Aplikasinya.
https://www.scribd.com/doc/292059253/Dasar-Teori-Penetralan#
Cicik Novita (2022). Materi Asam-Basa: Pengertian, Ciri-ciri, Contoh, & Rangkuman.
Mhttps://tirto.id/materi-asam-basa-pengertian-ciri-ciri-contoh-rangkuman-gbLp
Bitar (2023). Makalah Teori Indikator Asam Basa: Indikator, Ciri, Contoh, dan Fungsinya.
https://www.gurupendidikan.co.id/indikator-asam-basa/
Rizky, dkk. (2017). Pengujian Free Fatty Acid (FFA) dan Colour untuk Mengendalikan
Mutu Minyak Goreng Produksi PT. XYZ. file:///C:/Users/User/Downloads/243-759-
1-PB.pdf
Rizki A. R. (2022). Perhitungan Lengkap Titrasi Penetralan dan Contohnya.
https://www.utakatikotak.com/Perhitungan-Lengkap-Titrasi-Penetralan-dan
Contohnnya/kongkow/detail/10505#:~:text=Titrasi%20Penetralan%20merupakan
%20penetralan%20antara,titrasi%20Redoks%2C%20dan%20titrasi
%20kompleksometri.
Chairul, dkk. (2013). Pengurangan Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) dan Warna
dari Minyak Goreng Bekas dengan Proses Adsorpsi Menggunakan Campuran
Serabut Kelapa dan Sekam Padi
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/konversi/article/download/82/35
23
Rosa, dkk. (2020). Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Dalam Minyak Goreng Curah Secara
Alkalimetri https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/jharma/article/download/85/59
Budi, dkk. (2020). Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Kandungan Jenis Asam Lemak
dalam Minyak yang Dipanaskan dengan MetodeTitrasi Asam Basa dan
Kromatografi Gas https://ejournal.stifibp.ac.id/index.php/jibf/article/view/58/57
24