Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KIMIA

“Penentuan Kandungan Asam Lemak Bebas dalam Minyak


Goreng”

Oleh:

Theodore Andrew Jong

Kelas 11 – Kimia 1

Guru pembimbing:

Hendra Chandra

Tahun Ajaran 2022-2023

SEKOLAH DIAN HARAPAN

MANADO
KATA PENGANTAR
Puji syukur, limpah terima kasih, saya haturkan kepada Allah Bapa di Sorga atas
berkat yang telah diberikan sehingga makalah dengan judul “Penentuan kandungan asam
lemak bebas dalam minyak goreng” dapat diselesaikan. Melalui makalah ini saya berharap
bisa menambah wawasan teman-teman sekalian mengenai apa pentingnya melakukan
pengujian pada terhadap kadar FFA pada minyak goreng.

Tuhan sangat amat menabjukkan, sehingga ia mampu menciptakan berbagai zat-zat


yang tidak bisa dipikirkan dengan kepala manusia. Oleh karena itu saya bersyukur kerena
bisa mempelajari dan mendalami mengenai materi ini. Terima kasih juga untuk Mr. Hendra
yang telah membimbing dan mengajarkan saya mengenai materi Asam-Basa ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii

BAB I....................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang....................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................2

1.3. Tujuan..................................................................................................................................2

BAB II..................................................................................................................................................3

TINJAUAN P.......................................................................................................................................3

2.1. Free Faty Acid (FFA)..........................................................................................................3

2.2. Asam Basa............................................................................................................................3

2.2.1. Asam Kuat dan Basa Kuat..........................................................................................4

2.2.2. Asam Lemah dan Basa Lemah...................................................................................5

2.2.3. Penetralan Asam Basa.................................................................................................7

2.2.4. Asam Basa dan Asam Lemak Bebas...........................................................................8

2.3. Indikator Asam Basa...........................................................................................................8

2.3.1. Macam-macam Indikator Asam Basa........................................................................8

2.3.2. Penggunaan Fenoftalain dalam Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas...............12

2.4. Titrasi Asam Basa..............................................................................................................12

2.4.1. Penetralan Asam Kuat oleh Basa Kuat....................................................................14

2.4.2. Penetralan Asam Lemah oleh Basa Kuat.................................................................14

2.4.3. Penetralan Basa Lemah oleh Asam Kuat.................................................................14

BAB III...............................................................................................................................................15

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN............................................................................15

3.1. Prosedur Kerja...................................................................................................................15

ii
3.1.1. Pembuatan Larutan NaOH.......................................................................................15

3.1.2. Praktikum 2................................................................................................................15

3.1.3. Praktikum 3................................................................................................................16

3.2. Hasil Pengamatan..............................................................................................................17

3.3. Pembahasan.......................................................................................................................17

BAB IV...............................................................................................................................................20

KESIMPULAN..................................................................................................................................20

4.1. Kesimpulan.........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Manusia membutuhkan makanan untuk bisa memiliki energi dan melakukan


aktivitas sehari-hari. Saat ini dalam memperoleh makanan manusia bisa
menemukannya di alam dan mengolahnya menjadi bahan makanan yang bisa
dikonsumsi. Namun ada perbedaan kadar kesehatan pada setiap makanan. Ada
ketentuan dimana makanan bisa disebut sehat. Namun masa kini banyak orang yang
tergila-gila dengan fast food yang menggunakan minyak goreng untuk memasak.
Terdapat minyak goreng yang baik bagi tubuh dan yang tidak baik bagi tubuh.

Minyak goreng sawit adalah minyak goreng yang menggunakan bahan baku
berasal dari kelapa sawit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Di
Indonesia penggunaan minyak goreng sudah menjadi hal umum untuk memasak.
Penggunaan minyak goreng berulang saat memasak tidak baik bagi kesehatan tubuh,
sebab ada terjadi beberapa perubahan fisika pada minyak goreng (i) meningkatnya
viskositas, (ii) specific heat yang besar, (iii) perubahan tegangan permukaan dan (iv)
perubahan warna (Irawan, 2013). Juga terjadi reaksi selama proses pemanasan berupa
reaksi termolitik, oksidasi, dan hidrolisis. Akibat dari reaksi tersebut, menyebabkan
terbentuknya beberapa komponen yang berbahaya bagi manusia, sehingga bersifat
racun. Salah satu dari komponen tersebut adalah Free Faty Acid (FFA).

Dalam makalah kali ini kita akan melakukan uji mengenai asam lemak bebas
atau free faty acid pada minyak goreng. Pengujian FFA (free faty acid) penting untuk
mengetahui kandungan asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak goreng.
Sebab pada umumnya minyak goreng yang sehat adalah minyak goreng yang
mengandung FFA sedikit. Namun sebelum masuk ke pembahasan lebih dalam
mengenai FFA kita perlu mengetahui mengenai konsep dasar asam dan basa. Sebab
dalam pengujian FFA nanti kita akan menggunakan

Pengujian akan dilakukan di laboratorium. Dimulai dari persiapan bahan, yaitu


NaOH dan minyak goreng sawit. Praktikum menggunakan SNI 7709 tahun 2012

1
dalam pengujian asam lemak bebas dalam minyak goreng. Hal ini untuk keamanan
dan ketetapatan pengujian asam lemak bebas pada minyak goreng.

1.2. Rumusan Masalah


1) Mengapa harus dilakukan uji FFA?
2) Apa hubungan FFA dengan prinsip asam basa?
3) Mengapa menggunakan titrasi untuk menentukan kadar FFA?
4) Apa bahaya yang dapat terjadi jika kadar FFA tinggi?

1.3. Tujuan
1) Menjelaskan pentingnya uji FFA.
2) Menjelaskan hubungan FFA dengan prinsip asam basa.
3) Menjelaskan apa kegunaan tirasi dalam menentukan kadar FFA.
4) Menjelaskan bahaya FFA.

2
BAB II
TINJAUAN P
2.1. Free Faty Acid (FFA)

Dikuitp dari Irawan (2013) dengan judul “Pengurangan Kadar Asam Lemak
Bebas (Free Fatty Acid) dan Warna dari Minyak Goreng Bekas dengan Proses
Adsorpsi Menggunakan Campuran Serabut Kelapa dan Sekam Padi”, asam lemak
bebas atau free fatty acid (FFA) adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas
tidak terikat sebagai trigliserida. FFA dihasilkan dari proses hidrolisis dan oksidasi.
Reaksi juga dipercepat, jika dalam pangan mengandung air, menyebabkan terjadinya
reaksi hidrolisis antara air dan minyak goreng.

Pengujian asam lemak bebas sangat penting karena, semakin tinggi pemakaian
minyak goreng, maka semakin tinggi kadar FFA dalam minyak goreng (Irawan,
2013). Semakin tinggi nilai FFA, maka semakin rendah kualitas minyak (Silalahi,
2017). Hal ini akan berdampak bagi tubuh manusia, berupa meningkatkan kolestrol
LDL (low density lipoprotein), menurunkan kolestrol HDL (high density lipoprotein),
dan meningkatkan rasio total kolestrol. Hal ini dapat berkembang menjadi
aterosklorosis, yaitu merupakan kondisi dimana arteri menyempit akibat penumpukan
plak. Dan dapat berkembang lagi menjadi stroke atau serangan jantung (Rianti, 2016).
Dikutip jurnal yang ditulis oleh Budi Untari, dkk. (2020), menyatakan bahwa
penentuan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng menggunakan metode titrasi
asam bebas dan kadungan asam lemak dilakukan dengan metode kromatografi.

2.2. Asam Basa

Asam dan basa merupakan bahan yang sering digunakan manusia untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya basa yang digunakan untuk pembuatan
sabun dan asam digunakan sebagai bahan pembersih kerak lantai di kamar mandi
(Novita, 2022). Asam dan basa bersifat saling menetralkan, jadi ketika dicampurkan
maka keduanya akan menghilangkan sifat asal masing-masing (Novita, 2022). Dikutip
dari modul yang ditulis oleh Dra. Ernaviata, M.Pd dengan judul “Interaksi Asam Basa
dan Kehidupan”, ada tiga teori dari tiga ahli yang menjelaskan mengenai teori asam
basa.

Menurut seorang ahli kimia bernama Svante August Arrhenius dari Swedia
menyatakan bahwa asam adalah semua zat yang dilarutkan dalam air akan terurai

3
menghasilkan ion H+. Sedangkan Basa adalah semua zat yang dilarutkan dalam air
akan terurai menghasilkan io OH-.

Menurut Browsted Lowry, reaksi asam basa adalah reaksi bolak-balik. Lalu
terakhir, menurut Lewis, yang berhasil mengemukakan teori asam basa secara lebih
luas, asam adalah senyawa yang dapat menerima pasangan elektron (akseptor)
sedangkan basa adalah senyawa yang menyumbangkan pasangan electron (donor).
Sehingga reaksi asam basa merupakan reaksi pembentukan senyawa koordinasi.

Jadi bisa disimpulkan bahwa penerapan asam basa dapat kita temui dalam
kehidupan sehari-hari. Pengertian dari asam basa sendiri adalah, asam menghasilkan
ion H+ dan berperan sebagai akseptor, sedangkan basa menghasilkan ion OH -. Asam
dan Basa juga menghasilkan reaksi bolak-balik.

Rentang pH asam berada pada 1 ≤ x <7 dan rentang pH basa berada pada
7< x ≤14 . Jadi 7 merupakan kondisi netral. Asam dan basa terbagi menjadi 2 yaitu,
asam kuat dan lemah, serta basa kuat dan lemah.

2.2.1. Asam Kuat dan Basa Kuat

Asam dan Basa kuat memiliki daya hantar listirik yang kuat karena
terionisasi dengan sempurna dalam air. Daya hantar listrik yang terdapat dalam
larutan bergantung pada konsentrasi ion-ion di dalam larutan tersebut
(Ernaviata, 2018). Berikut adalah tabel daftar zat asam kuat dan basa kuat.

4
Berikut adalah rumus asam kuat:

(Rumus konsentrasi asam kuat)

Keterangan:

1) [H+] = konsentrasi ion H+


2) x = Valensi asam (jumlah ion H+)
3) Ma = molaritas asam
4) Ma = (gr/Mr) × (1000/ml)

pH=−log ⁡¿

(Rumus pH asam kuat)

Berikut adalah rumus basa kuat:

(Rumus konsentrasi basa kuat)

Keterangan:

1) x = valensi basa
2) [OH-] = konsentrasi ion OH-
3) Mb = Molaritas basa
4) Mb = (gr/Mr) × (1000/ml)

pOH =−log ⁡¿

(Rumus pOH basa kuat)

pH =14− pOH

(Rumus pH basa kuat)

2.2.2. Asam Lemah dan Basa Lemah

Asam lemah dan basa lemah hanya terionisasi sebagian saja dalam air,
sehingga tidak menjadi penghantar listrik yang kuat. Hal itu terjadi karena
jumlah ion pada asam lemah dan basa lemah sangat sedikit (Ernaviata, 2018).
Berikut tabel asam lemah dan basa lemah

5
Berikut adalah rumus asam lemah:

(Rumus konsentrasi asam lemah)

Keterangan:

1) Ka = tetapan kesetimbangan asam

(Rumus konsentrasi asam lemah)

Keterangan:

1) ∝ = derajat ionisasi asam

∝=
√ Ka
Ma

(Rumus derajat ionisasi asam lemah)

pH=−log ⁡¿

6
(Rumus pH)

Berikut adalah rumus basa lemah:

(Rumus konsentrasi basa lemah)

Keterangan:

1) Kb = tetapan kesetimbangan asam

(Rumus konsentrasi basa lemah)

Keterangan:

1) ∝ = derajat ionisasi basa

∝=
√ Kb
Mb

(Rumus derajat ionisasi basa)

pOH =−log ⁡¿

(Rumus pOH basa lemah)

pH =14− pOH

(Rumus pH basa lemah)

2.2.3. Penetralan Asam Basa

Penetralan dalam asam basa adalah ketika terjadi reaksi hidrogen yang
berasal dari asam dan hidroksida yang berasal dari basa dan pada akhirnya
menjadi air yang netral. Penetralan juga dapat disebut sebagai reaksi antara
donor proton dari asam, dengan penerima proton yaitu basa (Febrieanto,
2015). Ketika larutan asam dan basa direaksikan maka akan menghasilkan
garam dan air. Pada reaksi untuk menghasilkan keadaan netral, atau disebut
reaksi penetralan, jumlah asam harus ekuivalen dengan jumlah basa, untuk itu
7
perlu ditentukan titik ekuivalen reaksi (Febrieanto, 2015). “Titik ekuivalen
adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat bereaksi habis dengan jumlah
mol basa” (Febrieanto, 2015). Jadi reaksi penetralan adalah ketika jumlah mol
asam dapat habis bereaksi dengan jumlah mol basa dan menghasilkan garam
dan air sebagai hasil akhir dari reaksi penetralan. Dapat juga mengukur titik
ekuivalen menggunakan yang namanya indikator asam basa.

Penetralan terjadi dalam 2 reaksi, yaitu asidimetri dan alkalimetri.


Asidimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa yang
bersifat basa dengan menggunakan larutan asam, sedangkan Alkalimetri
menggunakan larutan basa untuk menentukan senyawa-senyawa yang bersifat
asam (Febrieanto, 2015).

2.2.4. Asam Basa dan Asam Lemak Bebas


Penentuan kadar asam lemak bebas pada minyak goreg membutuhkan
metode titrasi asam basa. Karena dalam penentuan asam lemak bebas
membutuhkan NaOH, yang dimana NaOH masuk dalam kategori basa. Nanti
dalam proses titrasi juga akan terjadi perubahan warna kemerah-merahan yang
terjadi karena asam telah habis oleh basa.
2.3. Indikator Asam Basa

Indikator asam basa adalah parameter untuk mengukur kadar pH dan pOH pada
suatu larutan. Terdapat berbagai macam indikator asam basa. Terdapat indikator
tunggal, indikator alam, pH meter, indikator universal, larutan indikator, dan juga
indikator campuran.

2.3.1. Macam-macam Indikator Asam Basa


1) Indikator Tunggal

Indikator tunggal tidak dapat mengukur atau mengetahui harga pH


atau pOH, namun hanya dapat membedakan larutan bersifat asam atau
basa (Bitar, 2023). Yang termasuk indikator tunggal adalah lakmus merah
dan biru, fenolftlein, metil jingga, metil merah, bromtimol biru. Berikut

8
daftar perubahan warna yang terjadi.

2) Indikator Alami
Pengukuran rentang pH dan pOH asam dan basa bisa menggunakan
bahan alami yaitu tumbuh-tumbuhan. Tetapi sebelum digunakan sebagai
indikator, tumbuh-tumbuhan tersebut harus diekstrak terlebih dahulu dan
membuatnya dalam bentuk larutan (Bitar, 2023). Berikut adalah daftar
tumbuh-tumbuhan tersebut: 1) Bunga sepatu; 2) Hydrangea; 3) Kunyit; 4)
Bunga Terompet; 4) Wortel: 5) Kol merah; 6) Kulit manggis; dan 7)
Kubis ungu. Dan berikut daftar perubahan warna dari ekstrak tanaman

9
dalam larutan asam dan basa.

3) pH Meter

Sebuah alat yang digunakan untuk mengukur pH larutan, cukup


dengan mencelupkan electrode ke dalam larutan. pH meter akan
mengukur banyaknya ion hidrogen yang ditunjukan pada skala pH meter
(Bitar 2023).

4) Indikator Universal

Indikator universal dapat dalam bentuk kertas dan cairan. Cara


kerjanya adalah dengan mencocokan perubahan warna kertas indikator
pada tabel warna warna indikator universal (Bitar, 2023). Berikut adalah

10
tabel warna indikator universal pada berbagai pH

5) Larutan Indikator

Larutan indikator biasanya digunakan untuk titrasi larutan. Larutan


indikator yang paling banyak diguanakan adalah fenolptalein, metil
merah, metil jingga, dan juga bromtimol blue. Dalam melakukan proses
titrasi, harus dilakukan dengan sangat teliti. Karena perubahan warna
dapat terjadi hanya dengan berapa ml saja (Bitar, 2023). Berikut
merupakan penjelasan dari masing-masing larutan indikator:

 Phenol Ptalein

“Indikator ini dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein atau asam
ftalat dengan fenol. Memiliki trayek pH sebesar 8,2 – 10,0 dengan asam
yang tidak berwarna dan berwarna merah muda pada larutan basa” (Bitar,
2023).

 Metil Merah

“Indikator metil merah adalah salah satu indikator asam basa yang
memiliki warnah merah dalam asam dan jingga dalam basa dengan trayek
pH 3,1 - 4,4” (Bitar, 2023).

11
 Metil Jingga.

“Indikator metil jingga merupakan salah satu indikator asam basa yang
akan berwarna merah dalam asam dan berwarna jingga dalam basa dengan
trayek pH 3,1 – 4,4” (Bitar, 2023).

 Bromtimol Blue

“Indikator BTB merupakan salah satu indikator yang akan berwarna


merah kuning dalam larutan asam dan biru dalam larutan yang bersifat
basa dengan trayek pH 6,0 – 7,6” (Bitar, 2023).

6) Indikator Campuran

Indikator campuran adalah campuran antara dua jenis indikator.


Karena untuk beberapa titrasi tertentu, kadang harus menggunakan
indikator campuran. Karena dalam beberapa kasus ketika indikator biasa
tidak dapat menunjukkan perbedaan warna asam dan basa dengan jelas,
sehingga perubahan warna yang terjadi pun tidak terlihat jelas (Bitar,
2023).

2.3.2. Penggunaan Fenoftalain dalam Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas

Pada prinsipnya untuk menganalisa kadar asam lemak bebas pada


minyak goreng perlu ditritasi dengan asam basa kuat dengan pH larutan berada
pada titik ekivalen 8-10. Indikator yang paling tepat untuk digunakan adalah
fenoltalain karena akan terjadi perubahan warna merah jambu pada titik akhir
tritasi (Mardiana, 2020).

2.4. Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa, yang digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan suatu zat
dengan mereaksikannya dengan larutan yang zat nya diketahui konsentrasinya secara
tepat. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi netralisasi asam basa
(Arzaq, 2016). Dalam proses titrasi dilakukan akan terjadi perubahan pH. Dan dalam
proses titrasi, perlu diukur titik ekuivalennya. “Titik ekuivalen pada titrasi asam basa
adalah pada saat dimana sejumlah asam dinetralkan oleh sejumlah basa” (Arzaq,
2016). Pada umumnya titik ekuivalen sulit untuk diukur, yang mudah diukur adalah
titik akhirnya yang ditandai dengan perubahan warna selama proses titrasi. Namun

12
titik akhir titrasi tidak selalu berhimpit dengan titik ekuivalen. Oleh karena itu dengan
pemilihan indikator yang tepat kita dapat memperkecil kesalahan (Arzaq, 2016).

Pada proses titrasi, penentuan kadar larutan dilakukan dengan penetesan larutan
yang telah diketahui konsentrasinya melalui buret ke larutan lain yang ingin diketahui
konsentrasinya pada Erlenmeyer hingga mencapai titik ekuivalen dan titik akhir titrasi
(Husniyyah, 2021). Larutan yang digunakan untuk mengukur disebut larutan standar.
Larutan standar dibagi menjadi 2, berdasarkan tingkat kemuriniannya yaitu, larutan
standar primer dan sekunder. Larutan standar primer didapatkan dengan cara
menimbang dan melarutkan suatu zat dengan kemurnian tinggi, sedangkan larutan
standar sekunder diperoleh dengan menimbang dan melarutkan suatu zat yang tingkat
kemurniannya relative rendah sehingga konden cepat (Husniyyah, 2021). Terdapat
beberapa syarat untu larutan standar bisa digunakan diantaranya adalah mempunyai
tingkat kemurnian tinggi, memiliki rumus molekul yang pasti, tidak bersifat
higroskopis dan mudah ditimbang, larutan bersifat stabil, memiliki Mr (massa
molekul relative) tinggi namun muatan ionnya rendah (Husniyyah, 2021).

Pada titrasi asam basa, maupun titrasi lainnya, terdapat yang namanya titik
ekuivalen dan titik akhir titrasi. “Titik ekuivalen adalah titik teoritis, tidak dapat
ditentukan berdasarkan eksperimen/percobaan namun ditentukan melalui pengamatn
perubahan warna, perubahan besar partikel (terbentuknya endapan), dan perubahan
beda potesial” (Husniyyah, 2021). Sedangkan titik akhir adalah titik dimana proses
titrasi berakhir yang disertai perubahan warna dan umumnya dideteksi dengan
penambahan indikator yang akan berubah pada kondisi lingkungan tertentu (misal,
kondisi asam) (Husniyyah, 2021).

Terdapat 2 macam titrasi yaitu titrasi asidimetri dan alkalimetri. Asidemetri


adalah salah satu metode penentuan konsentrasi suatu larutan dengan menggunakan
larutan asam sebagai larutan standarnya sedangkan alkalimetri menggunakan larutan
basa sebagai larutan standarnya dan phenolphthalein sebagai indikatornya
(Husniyyah, 2021). Larutan asam standar yang digunakan adalah asam klorida dan
asam sulfat. Kelebihan dari asam klorida adalah mudah larut dalam air dan tidak
membentuk garam sukar larut. Sedangkan larutan basa yang biasanya digunakan
sebagai standar adalah natrium hidrokisida, karena mudah larut dalam air, murah, dan
memiliki tingkat kemurnian yang tinggi (Husniyyah, 2021).

13
Mengidentifikasi kandungan asam lemak bebas pada minyak goreng diperlukan
metode titrasi penetralan, karena hanya dengan metode titrasi asam basa maka kadar
asam lemak bebas pada minyak goreng dapat diukur. Dalam kasus ini, titrasi yang
digunakan adalah alkalimetri.

Terdapat juga istilah titrasi penetralan. Titrasi penetralan adalah penetralan asam
basa yang sebenarnya adalah titrasi asam basa. Jadi prinsipnya ialah menetralkan
asam atau basa dengan cara titrasi sehingga bisa didapatkan titik ekuivalennya
(Ramadhan, 2022). Berikut adalah jenis-jenis titrasi penetralan.

2.4.1. Penetralan Asam Kuat oleh Basa Kuat

Terjadi perubahan pada titik ekuivalen secara drastis, disebabkan karena


mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit. Titik ekuivalen terletak pada
saat pH larutan 7, dimana asam dan basa telah habis bereaksi. Kemudian untuk
indikatornya dapat menggunakan metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein.
Fenolftalein lebih sering digunakan karena memberikan perubahan warna yang
begitu tajam pada sekitar titik ekuivalen (Febrieanto, 2015).

2.4.2. Penetralan Asam Lemah oleh Basa Kuat

Titik ekuivalen berada diatas 7. Diantara rentang pH ± 7 sampai pH ± 10.


Sebagai indikator digunakan fenolftalein (Febrieanto, 2015).

2.4.3. Penetralan Basa Lemah oleh Asam Kuat

Titik ekuivalen berada dibawah 7, yaitu antara pH ± 7 sampai pH ± 4 .


Metil merah digunakan sebagai indikator

14
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian

Praktikum dilakukan 3 kali. Praktikum pertama adalah pembuatan NaOH,


berlokasi di laboratorium SDH Manado pada …, tidak ada sampel yang digunakan.
Praktikum kedua adalah pengujian NaOH, berlokasi di laboratorium SDH Manado
pada …, tidak ada sampel yang digunakan. Dan praktikum ketiga adalah pengujian
FFA minyak goreng A dan B, berlokasi di laboratorium SDH Manado pada….

15
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Prosedur Kerja
4.1.1. Praktikum 1

Alat:

1) Gelas kimia
2) Timbangan kimia
3) Labu ukur 100 ml
4) Pipet tetes

Bahan:

1) Aquades
2) NaOH Praktikum dimulai dengan perhitungan massa NaOH yang
akan digunakan jika larutan NaOH dengan 0,1 molar sebanyak 100
ml. Jadi menggunakan rumus massa=mol × mr . Dan mendapatkan
hasil 0,4 gram.

Urutan pembuatan:

1) Kemudian, mengambil NaOH dan meletakkannya di dalam gelas


kimia dan mengukurnya dalam timbangan kimia sampai 0,4 gram.
2) Kemudian masukkan aquades kedalam gelas kimia yang berisikan
NaOH dan dilarutkan.
3) Lalu masukkan NaOH yang telah larut dalam aquades ke labu ukur
sebannyak 100 ml.
4) Gunakanlah pipet tetes ketika telah masuk leher labu ukur
5) Setelah itu NaOH akan diuji.
4.1.2. Praktikum 2

Alat:

1) Gelas ukur kimia


2) Pipet ukur
3) Pipet tetes kimia

16
4) Erlenmeyer
5) Buret

Bahan:

1) Larutan NaOH yang telah dibuat


2) Aquades
3) Fenolftalein

Berikut adalah urutan dari praktikum pengujian NaOH:

6) Buatlah larutan HCL sebesar 0,1 M dan masukkan ke dalam buret


7) Tuangkan kedalam Erlenmeyer dan teteskan sebanyak 2-3 tetes
fenolftalein
8) Lalu gunakan gelas ukur kimia dan ukur sebanyak 50 ml larutan
NaOH
9) Tuangkanlah NaOH ke dalam Erlenmeyer
10) Lalu lakukanlah titrasi. Secara perlahan buka tutup yang
membatasi buret dan teteskan titik per titik.
11) Ketika warna mulai berubah menjadi keungu-unguan segerah
hentikan titrasi
12) Goyangkan Erlenmeyer selama 30 detik dan jika warnanya hilang
ulangi lagi langkah ke-6. Jika warnanya masih tetap ada maka
titrasi berhasil
13) Perhatikanlah pengurangan larutan pada buret dan catat
4.1.3. Praktikum 3

Alat:

1) Buret
2) Erlenmeyer
3) Pipet tetes kimia
4) Timbangan kimia
5) Alat pembakar cairan kimia
6) Gelas ukur kimia.

Bahan:

17
1) Larutan NaOH yang telah dibuat
2) Fenolftalein
3) Aquades
4) Minyak goreng
5) Etanol 70% (95% kalau ada)

Berikut adalah urutan pengujian asam lemak bebas pada minyak


goreng:

1) Tuangkan etanol sebanyak 50 ml pada gelas ukur kimia


2) Lalu tuangkan ke Erelenmeyer dan teteskan 2-3 tetes fenolftalein
menggunakan pipet tetes
3) Larutan NaOH dimasukkan ke dalam Erlenmeyer sebanyak 50 ml
4) Kemudian masukkan ke dalam buret.
5) Lalu titrasikan etanol dengan NaOH secara perlahan sampai terjadi
perubahan warna kemerah-merahan
6) Kemudian ketika telah terjadi perubahan warna, larutan
dipanaskan dalam alat pembakar cairan kimia sampai berbuih
7) Sementara memanaskan, timbang minyak goreng sebesar 10 gram
di dalam timbangan kimia
8) Lalu ketika selesai proses pemanasan, tuangkan larutan tersebut ke
dalam minyak goreng dan dicampur
9) Kemudian titrasikanlah larutan yang telah dicampur dengan
minyak goreng dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna
10) Ketika telah terjadi perubahan warna, aduklah selama 30 detik,
kalau warna memudar, titrasikan lagi, kalau warna tetap, maka
pengujian berhasil

4.2. Hasil Pengamatan


4.2.1. Hasil Pengamatan Pembuatan NaOH
1) Massa NaOH yang ditimbang adalah 0,402
2) Membuat larutan NaOH sebanyak 100 ml dalam labu ukur

18
4.2.2. Hasil Pengamatan Pengujian NaOH
1) Terjadi perubahan warna keungu-unguan ketika tersisa sebanyak 31 ml
NaOH dalam buret
2) Artinya dibutuhkan 19 ml NaOH untuk terjadi perubahan warna
4.2.3. Hasil Pengamatan Pengujian Asam Lemak Bebas dalam Minyak Goreng
1) Pada percobaan minyak goreng A diperoleh massa minyak 10,43 gram
2) Pada percobaan minyak goreng B diperoleh massa minyak 10,304 gram
3) Terjadi perubahan warna merah jambu ketika tersisa 49,8 ml NaOH dalam
buret
4) Artinya dibutuhkan 0,2 ml NaOH untuk terjadi perubahan warna
4.3. Pembahasan

Jadi seperti yang diketahui, larutan NaOH berkonsentrasi sebesar 0,1 molar
sebanyak 50 ml. lalu dilakukan pengujian dengan di titrasi dengan larutan HCl yang
belum diketahui konsentrasinya Berdasarkan data yang didapatkan praktikan, butuh
19 ml NaOH sampai terjadi perubahan warna keungu-unguan. Dan dalam perhitungan
kali ini kita akan menghitung jumlah konsentrasi larutan HCl, menggunakan rumus:

M 1 × V 1=M 2 × V 2

Keterangan:

1) M1 = Konsentrasi larutan pertama


2) V1 = Volume larutan pertama
3) M2 = Konsentrasi larutan kedua

19
4) V2 = Volume larutan kedua

Dalam hal ini kita akan menghitung konsentrasi larutan pertama yaitu HCl
dengan volume 50 ml. Telah diketahui adalah V 1, M2, V2. Dan berdasarkan
perhitungan dari praktikan, diketahui bahwa konsentrasi larutan HCl adalah 0,038 M.
Dan jika kita hitung pHnya berada pada kisaran 1,42.

Pada titrasi awal, yang menggunakan minyak goreng A dengan massa 10,43
gram hanya perlu sebanyak 0,3 ml sampai terjadi perubahan warna menjadi kemerah-
merahan. Untuk perhitungan uji coba menggunakan rumus:

25 ,6 × V × N
W

Keterangan:

1) V = Volume
2) N = Normalitas
3) W = Berat (gram)

Ketika dimasukkan ke dalam rumus maka diperoleh hasil 0,074 Artinya hal itu
merupakan kadar FFA pada minyak goreng. Hal ini juga tentu masuk kategori sehat
sesuai dengan standar SNI 7709 2012 minyak goreng sawit, yaitu dengan maksimal
asam lemak bebas adalah 0,3%.

Pada titrasi kedua, menggunakan minyak goreng B dengan massa 10,304 hanya
perlu sebanyak 0,2 ml sampai terjadi perubahan warna menjadi kemerah-merahan.
Untuk perhitungan uji coba menggunakan rumus:

25 ,6 × V × N
W

Keterangan:

4) V = Volume
5) N = Normalitas
6) W = Berat (gram)

Ketika dimasukkan ke dalam rumus maka diperoleh hasil 0,05. Artinya hal itu
merupakan kadar FFA pada minyak goreng. Hal ini juga tentu masuk kategori sehat

20
sesuai dengan standar SNI 7709 2012 minyak goreng sawit, yaitu dengan maksimal
asam lemak bebas adalah 0,3%.

Pengujian FFA penting untuk dilakukan untuk menguji minyak yang kita
pakai sehari-hari. Apakah sudah sesuai dengan ketentuan SNI, yaitu 0,3% kadar FFA
maks pada minyak goreng. Minyak goreng perlu diuji menggunakan metode titrasi
untuk menghilangkan kadar FFA pada minyak goreng dan dilihat butuh berapa ml
larutan NaOH untuk menghilangkannya. Hal itu yang menjadi bilangan asamnya.
Penetralan ini menggunakan tipe penetralan alkalimetri. Dimana pH asam pada
minyak goreng menjadi basa.
Titik akhir dari titrasi pengujian FFA pada minyak goreng adalah ketika terjadi
perubahan warna merah jambu. FFA masuk ke dalam tipe asam lemah, karena hanya
memerlukan beberapa larutan NaOH saja untuk menetralkan asam dalam minyak
goreng menjadi basa. Kadar FFA yang tinggi pada minyak goreng tentu bahaya bagi
kesehatan tubuh. Karena sejatinya dapat menyebabkan kolestrol meningkat. Lalu
dapat berkembang lebih jauh menjadi aterosklorosis, yaitu penumpukan plak pada
arteri, dan dapat berkembang lebih jauh lagi menjadi stroke dan penyakit jantung

21
BAB V

KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan

Jadi FFA merupakan kandungan dalam minyak goreng yang tidak boleh
berlebihan, karena dapat menyebabkan penyakit-penyakit seperti kolestrol,
aterosklorosis, stroke, dan penyakit jantung. Penambahan kadar FFA dalam minyak
terjadi karena minyak yang dipakai berulang kali dalam menggoreng. Minyak goreng
yang dipakai berulang menyebabkan terjadi perubahan fisika maupun kimia pada
minyak goreng. Oleh karena itu pengujian FFA perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah minyak yang dikonsumsi sehat atau tidak.

Dari penelitian yang telah dilakukan praktikan, kandungan FFA pada kedua
sempel minyak goreng A dan B berada pada tahap aman untuk dikonsumsi, dengan
berada pada 0,07% dan 0,05% dimana batas maksimalnya adalah 0,3%. Walaupun
FFA berada pada kategori asam lemah, tetap konsumsi FFA yang berlebih dapat
menjadi racun bagi tubuh.

22
DAFTAR PUSTAKA
Arief F. (2015). Titrasi Penetralan dan Aplikasinya.
https://www.scribd.com/doc/292059253/Dasar-Teori-Penetralan#

Dra. Ernaviata (2018). Interaksi Asam Basa dan Kehidupan.


https://emodul.kemdikbud.go.id/C-Kimia-8/C-Kimia-8.pdf

Cicik Novita (2022). Materi Asam-Basa: Pengertian, Ciri-ciri, Contoh, & Rangkuman.
Mhttps://tirto.id/materi-asam-basa-pengertian-ciri-ciri-contoh-rangkuman-gbLp

Bitar (2023). Makalah Teori Indikator Asam Basa: Indikator, Ciri, Contoh, dan Fungsinya.
https://www.gurupendidikan.co.id/indikator-asam-basa/

Robih M. A. (2016). Titrasi Asam Basa.


https://mahasiswa.ung.ac.id/421415063/home/2016/8/12/laporan-titrasi-asam-
basa.html

Rizky, dkk. (2017). Pengujian Free Fatty Acid (FFA) dan Colour untuk Mengendalikan
Mutu Minyak Goreng Produksi PT. XYZ. file:///C:/Users/User/Downloads/243-759-
1-PB.pdf
Rizki A. R. (2022). Perhitungan Lengkap Titrasi Penetralan dan Contohnya.
https://www.utakatikotak.com/Perhitungan-Lengkap-Titrasi-Penetralan-dan
Contohnnya/kongkow/detail/10505#:~:text=Titrasi%20Penetralan%20merupakan
%20penetralan%20antara,titrasi%20Redoks%2C%20dan%20titrasi
%20kompleksometri.
Chairul, dkk. (2013). Pengurangan Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) dan Warna
dari Minyak Goreng Bekas dengan Proses Adsorpsi Menggunakan Campuran
Serabut Kelapa dan Sekam Padi
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/konversi/article/download/82/35

Syarief (2020). Cara Menghitung pH Asam, Basa, Pengenceran, Pencampuran, Reaksi.


https://www.chem8sci.com/menghitung-ph-asam-basa/#Cara_Menghitung_pH_Asa
m

Gia A. A. R. (2016). Bahaya Minyak Jelantah bagi Kesehatan


https://www.tribunnews.com/tribunners/2016/02/24/bahaya-minyak-jelantah-bagi-
kesehatan

23
Rosa, dkk. (2020). Analisa Kadar Asam Lemak Bebas Dalam Minyak Goreng Curah Secara
Alkalimetri https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/jharma/article/download/85/59

Budi, dkk. (2020). Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Kandungan Jenis Asam Lemak
dalam Minyak yang Dipanaskan dengan MetodeTitrasi Asam Basa dan
Kromatografi Gas https://ejournal.stifibp.ac.id/index.php/jibf/article/view/58/57

24

Anda mungkin juga menyukai