Anda di halaman 1dari 7

Kasus 1

Seorang perempuan berusia 53 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan mual,
muntah, kram perut dan diare. Diare yang dirasakan pasien sejak 5 hari yang lalu. Diketahui
pasien telah mengkonsumsi omeprazole untuk mengurangi keluhan mual dan kram perut
yang dirasakan. Beberapa hari sebelum ke rumah sakit pasien merasa kelelahan, badannya
hangat dan suhu tubuhnya mencapai 38,20C. Pasien terus mengalami mual, muntah, demam
dan diare dengan konsistensi tinja cair. Berdasarkan pemeriksaan Tekanan darah pasien
135/92 mmHg, RR 16x/menit, BB 65 kg dan turgor kulit kembali lambat, mata cekung.
Pemeriksaan feses maksroskopis didapatkan warna abu-abu, konsistensi cair, bau khas, lendir
(+), darah (-), dan mikroskopis didapatkan eritrosit 4-7, leukosit 10-15, epitel 4-8 dan sisa
tumbuhan (+). Hasil kultur feses ditemukan bakteri Vibrio cholerae dan dilakukan uji
resistensi bakteri terhadap antibiotik didapatkan hasil resisten terhadap azitromisisn dan
doxycyclin.
1. Apakah permasalahan pada kasus tersebut?
2. Apa tujuan terapi pada kasus?
3. Bagaimana tatalaksana terapi pada kasus?
4. Apa terapi antibiotik yang direkomendasikan untuk kasus diatas? (catatan: Setiap
pemilihan terapi disertakan dengan sumber/guideline yang menjadi acuan)
5. Bagaimana evaluasi terapi pada kasus diatas?

Kasus 2

Pasien anak M, usia 6 tahun 10


bulan, bebrat badan 20 kg,
pamjang badan 117cm, datang
dengan keluhan BAB cair
sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit (SMRS). BAB
cair di rasakan
pasien sebanyak 7 kali dalam
satu hari berwarna kuning,
kosistensi cair, tidak terdapat
ampas, bebau
kecut menyengat, tidak ada
darah dan juga lendir. Pasien
juga mengeluhkan muntah
sebanyak 3 kali
dalam sehari berisi makanan.
Pasien juga mengekuhkan
batuk dan juga nafsu makan
berjurang selain
iu pasien juga merasakan
demam sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit (SMRS).
Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah
90/80mmhg, nadi 148 x/menit,
nafas 24x/menit, suhu 38,4°C,
akral.
Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan
hitung jenis neutrofil segmen
meningkat dan kalsium ion
menurun. Pemeriksaan feses
lengkap di dapatkan bakteri
posistif pada feses.
Pasien anak M, usia 6 tahun 10
bulan, bebrat badan 20 kg,
pamjang badan 117cm, datang
dengan keluhan BAB cair
sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit (SMRS). BAB
cair di rasakan
pasien sebanyak 7 kali dalam
satu hari berwarna kuning,
kosistensi cair, tidak terdapat
ampas, bebau
kecut menyengat, tidak ada
darah dan juga lendir. Pasien
juga mengeluhkan muntah
sebanyak 3 kali
dalam sehari berisi makanan.
Pasien juga mengekuhkan
batuk dan juga nafsu makan
berjurang selain
iu pasien juga merasakan
demam sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit (SMRS).
Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah
90/80mmhg, nadi 148 x/menit,
nafas 24x/menit, suhu 38,4°C,
akral.
Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan
hitung jenis neutrofil segmen
meningkat dan kalsium ion
menurun. Pemeriksaan feses
lengkap di dapatkan bakteri
posistif pada feses.
Seorang anak perempuan usia 6 tahun 10 bulan, berat badan 20 kg, tinggi badan 117 cm
masuk rumah sakit dengan keluhan BAB cair sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. BAB
cair dirasakan pasien sebanyak 7 kali dalam satu hari berwarna kuning, konsistensi cair,
berbau menyengat, tidak berlendir dan berdarah. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut,
muntah sebanyak 3 kali dalam sehari berisi makanan. Nafsu makan berkurang dan pasien
merasakan demam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 90/80 mmHg, nadi
148x/menit, suhu 38,40C. Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb 12,5 g/dL,
trombosit 222x103/ µL dan leukosit 16x103µL. Hasil pemeriksaan feses lengkap didapatkan
bakteri positif pada feses, dan hasil kultur menunjukkan positif bakteri Campilobacter.
1. Apakah permasalahan pada kasus tersebut?
2. Apa tujuan terapi pada kasus?
3. Bagaimana tatalaksana terapi pada kasus?
4. Apa terapi antibiotik yang direkomendasikan untuk kasus diatas? (catatan: Setiap
pemilihan terapi disertakan dengan sumber/guideline yang menjadi acuan)
5. Bagaimana evaluasi terapi pada kasus diatas?

Kasus 3
Seorang pasien perempuan berusia 18 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan demam
sejak 15 hari yang lalu disertai dengan sakit kepala, kelemahan, jantung berdebar, sakit perut,
dan diare seminggu kemudian. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39 oC, nadi :
92/menit, ritmis, frekuensi nafas: 24/menit, tekanan darah : 100/60 mmHg. Pada pemeriksaan
laboratorium: leukosit 2.500/mm3, eritrosit: 3.360.000/mm3, Hb: 9,9 gr/dl, Htc: 27,8%,
trombosit: 31.000/mm3, AST: 161 U/ L, ALT: 67 U/L, bilirubin total: 2,05 mg/dl, BUN: 19
mg/dl, kreatinin: 0,8 mg/dl, Na: 131 mEq/l, K: 2,52 mEq/l, Ca: 6,1 mg/dl, Mg: 1,51 mg/dl.
Hasil pemeriksaan feses darah samar pada feses ++ positif, pada pemeriksaan feses terdapat
leukosit dan eritrosit yang. Pada uji Gruber Widal ditemukan antibodi TO 1:200 dan antibodi
TH 1:100 dan ditemukan Salmonella typhi dalam kultur darah. Dalam pengujian kepekaan
antibiotik pasien diketahui resistensi terhadap kloramfenikol. Pasien dirawat di rumah sakit
dengan diagnosis demam tifoid.
1. Apakah permasalahan pada kasus diatas?
2. Apa tujuan terapi?
3. Bagaiama tatalaksana terapi sesuai kasus?
4. Apa terapi antibiotik yang direkomendasikan untuk kasus diatas? (catatan: Setiap
pemilihan terapi disertakan dengan sumber/guideline yang menjadi acuan)
5. Bagaimana evaluasi terapi pada kasus diatas?

Kasus 4
Seorang anak laki-laki usia 6 tahun mengelihkan demam hingga 41°C dari dua minggu yang
lalu, yang gejalanya berkurang sedikit setelah mengkonsumsi parasetamol. Demam dikaitkan
dengan sakit perut, sakit kepala dan tinja berair berulang tanpa darah. Beberapa hari sebelum
konsultasi pasien mengalami anoreksia, astenia, mual dan muntah. Awalnya dia ditangani
dengan hidrasi, analgesia dan antipiretik, tanpa perbaikan, jadi diputuskan rawat inap.
Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien demam, pucat, dehidrasi sedang, kulit tanpa lesi.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan: CRP 14,68 mg/l, hematokrit 25,6%, hemoglobin
9,9 g/dL, jumlah sel darah putih 11.000 sel/mm3, jumlah trombosit 157.000 / mm3, laju
sedimentasi eritrosit (VHS) 23 mm/jam, GOT (aspartate aminotransferase) 180,9 mg/dl, GPT
(alanine aminotransferase) 67,8 mg/dl, albumin 2,4 g/dl, kalsium terkoreksi 8,8 mg/dl. Tes
darah dalam tinja positif. Secara klinis, pasien dicurigai demam enteric, dua kultur darah
yang ditunjukkan saat masuk akhirnya positif Salmonella typhi. Didiagnosis dan pengobatan
antibiotik disesuaikan dengan sensitivitas yang ditunjukkan pada antibiogram.
1. Apakah permasalahan pada kasus diatas?
2. Apa tujuan terapi?
3. Bagaiama tatalaksana terapi sesuai kasus?
4. Apa terapi antibiotik yang direkomendasikan untuk kasus diatas? (catatan: Setiap
pemilihan terapi disertakan dengan sumber/guideline yang menjadi acuan)
5. Bagaimana evaluasi terapi pada kasus diatas?

Kasus 5
Tn. K, 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk berdahak.
Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi atau
siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Pasien telah mengobati
sendiri dengan antitusif yang dijual bebas tanpa bantuan, tetapi dia mengalami hemoptisis
pagi ini. Dia juga mengeluhkan demam, menggigil, keringat malam, dispnea saat beraktivitas,
kelelahan, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi
47 kg dalam satu bulan. Pasien memiliki riwayat merokok 20 bungkus setahun dan minum
alkohol.Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil berat badan
pasien 47 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight). Tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu tubuh 37,0o C.
Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan,
tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh
pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang
lembab. Di RS pasien telah dilakukan pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP) dan
didapatkan adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan foto rontgen,
pasien datang ke Puskesmas untuk pengambilan dahak. Pengambilan dahak dilakukan
sebanyak dua kali dengan hasil yang pertama negatif kemudian diulangi dan didapatkan
hasilnya +2.
1. Apakah permasalahan pada kasus diatas?
2. Apa tujuan terapi?
3. Apa terapi yang direkomendasikan untuk kasus diatas? (catatan: Setiap pemilihan terapi
disertakan dengan sumber/guideline yang menjadi acuan)
4. Bagaimana evaluasi terapi pada kasus diatas?

Anda mungkin juga menyukai