Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS INDONESIA

MODUL LOGOTERAPI

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2019

1
BAB 1
TINJAUAN KONSEP LOGOTERAPI VAT

1.1. Definisi
Logoterapi adalah suatu jenis psikoterapi yang pertama kali dikembangkan
oleh Viktor Frankl pada tahun 1938. Pada terapi ini terapis memahami akan
spiritualis klien, seperti halnya naluri yang dikenali Freud dan diterjemahkan
kembali oleh Alder (Ahab, 2003). Menurut Bastaman (2007), kata logos berasal
dalam bahasa Yunani yang berati makna (meaning) dan juga rohani
(spirituality), sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan.
Logoterapi secara umum dapat digambarkan sebagai corak psikologis/psikiatri
yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia disamping ragawi dan
kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat
untuk hidup bermakna (the will to meaning) merupakan motivasi utama manusia
untuk meraih taraf kehidupan bermakna (the meaning life) yang didambakannya.

1.2. Azas Logoterapi


1.2.1. Tiga Asas Pertama
Bastaman (2007) menjelaskan bahwa setiap aliran dalam psikologi
memiliki landasan filsafat kemanusiaan yang mendasari seluruh ajaran,
teori dan penerapannya. Logoterapi juga memiliki filsafat manusia yang
merangkum dan melandasi asas-asas, ajaran dan tujuan logoterapi, yaitu
the freedom of will, the will to meaning dan the meaning of life.
a. The Freedom of Will (Kebebasan Berkehendak)
Kebebasan ini sifatnya bukan tak terbatas karena manusia adalah
mahluk serba terbatas. Manusia sekalipun dianggap sebagai mahluk
yang memiliki berbagai potensi luar biasa, tetapi sekaligus memiliki
juga keterbatasan dalam aspek ragawi, aspek kejiwaan, aspek sosial
budaya.
b. The Will to Meaning (Hasrat untuk Hidup Bermakna).
Setiap orang menginginkan dirinya menjadi orang yang bermartabat
dan berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat

2
sekitar dan berharga di mata Tuhan. Keingian untuk hidup bermakna
memang benar- benar merupakan motivasi utama pada manusia.
Hasrat inilah yang mendorong setiap manusia untuk melakuan
berbagai kegiatan seperti kegiatan bekerja dan bekerja agar hidupnya
dirasakan berarti dan berharga. Hasrat untuk hidup bermakna ini
sama sekali bukan sesuatu yang diada- adakan,melainkan benar-benar
suatu fenomena kejiwaan yang nyata dan dirasakan pentingnya dalam
kehidupan seseorang.
c. The Meaning of Life (Makna Hidup)
Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga
serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan
tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal ini berhasil
dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang
berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia
(happiness). Frankl (2008) menjelaskan bahwa makna hidup bisa
berbeda antara manusia yang satu dengan yang lain dan berbeda setiap
hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang penting bukan makna hidup
secara umum melainkan, makna khusus dari hidup seseorang pada
suatu saat tertentu.

1.2.2. Tiga Asas Ke Dua


Frankl dalam Tomy, 2014 & Bastaman, 2007, menyatakan bahwa makna
hidup dapat dicapai dengan memenuhi 3 kategori dari nilai yaitu :
a. Nilai kreatif, Membuat kontribusi kreatif dalam hidup. Seperti saat
seseorang mengungkapkan kreativitasnya dalam bekerja atau dengan
melakukan sesuatu perbuatan/bertindak sesuai dengan
kemampuan/potensi positif yang masih dimiliki, sehingga makna
hiduo dapat ditemukan dengan cara terlibat atau melakukan sesuatu
kegiatan yang bermanfaat dari kemampuan/potensi yang dimiliki
tersebut.
b. Nilai penghayatan, merujuk kepada pengalam seseorang dengan
keindahan dan kecantikan, maupun cinta, atau hal lain yang yang baik,

3
benar, dan autentik. (bisa juga berupa membangun hubungan
persahabatan atau hubungan di komunitas). Atau nilai yang diperoleh
dengan cara mendapatkan pengalaman tentang sesuatu atau seseorang
yang bernilai bagi kita. Pengalaman dahsyat, estetik maupun
penderitaan.
c. Nilai perilaku, merujuk pada perilaku seseorang ketika dihadapkan
pada situasi yang sulit dan diluar kendali atau kondisi yang hasilnya
tidak menyenangkan dan tidak bisa diubah. Bisa juga dicapai dengan
menemukan nilai-nilai kebaikan seperti kasih sayang, humor dan
keberanian dari diri sendiri, lingkungan maupun orang sekitar.
Seseorang akan merasa memiliki makna dalam hidup.

1.2.3. Tiga Asas Ke Tiga (Third Triad – Tragic Triad)


Asas ketiga ini merupakan ancaman bagi seseorang dalam menemukan
makna hidup
a. Penderitaan baik fisik maupun psikis
b. Rasa bersalah yang muncul ketika seseorang gagal menjalani hidup
yang sebenarnya. Atau ketidakmampuan menerima kenyataan
hidup.
c. Kesadaran akan Proses/perjalanan mencari eksistensi manusia

4
1.3. Tujuan
Samiun (2007) menjelaskan bahwa terapis pertama-tama harus memperlebar
dan memperluas medan visual dari klien sehingga seluruh spektrum makna
dan nilai- nilai disadari dan kelihatan olehnya. Dengan demikian, usaha
klien untuk berpusat pada dirinya sendiri dipecahkan karena ia
dikonfrontasikan dan diarahkan kepada makna hidupnya. Pemenuhan diri
sendiri hanya bisa tercapai sejauh manusia telah memenuhi makna konkret
dari keberadaan pribadinya.

Terapis juga membantu pengalaman individu yang nyata dari klien sehingga
ia dapat mengikuti potensi-potensinya dan melampaui keadaannya yang
tidak wajar (menghasilkan dalam diri klien keadaan manusia yang pada
dasarnya adalah trensendensi diri). Akhirnya, terapis harus membantu
klien menghilangkan kecemasan dan neurosis kompulsif ekspresif. Terapis
harus mengingat bahwa logoterapi bukan treatment simtomatik terhadap
neurosis, melainkan menangani sikap klien terhadap simtom-simtom. Jadi,
seseorang dengan gangguan fisik tetap bertanggung jawab terhadap
optimal atau eksistensial terhadap keadaannya.

Pandia (2007) menjelaskan lebih lanjut bahwa tujuan logoterapi adalah


membangkitkan “kemauan untuk bermakna” dalam individu tersebut, yang
bersifat khusus dan pribadi bagi masing-masing orang. Seseorang dapat
bertahan dalam kondisi yang paling tidak menguntungkan hanya bila tujuan
ini terpenuhi. Dengan logoterapi, klien yang menhadapi kesukaran
menakutkan atau berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan
beraktivitas dan berkreativitas dibantu untuk menemukan makna hidupnya
dengan cara bagaimana ia menghadapi kondisi tersebut dan bagaimana ia
mengatasi penderitaannya.

Melalui logoterapi, klien dibantu untuk menggunakan kejengkelan dan


penderitaannya sehari-hari sebagai alat untuk menemukan tujuan hidupnya.
Peradaban kita saat ini meyakinkan, banyak orang untuk melihat penderitaan
sebagai satu takdir yang tidak dapat dicegah dan dielakkan. Akan
tetapi logoterapi mengajarkan kepada klien untuk melihat nilai positif dari

5
penderitaan dan memberikan kesempatan untuk merasa bangga terhadap
penderitaannya.

1.4. Indikasi
Pelaksanaan logoterapi bermanfaat untuk mengatasi fobia, ansietas, gangguan
obsesi konpulsif dan pelayanan medis lainnya. Melalui metode konseling,
terapis akan membantu dalam menemukan makna hidup (Bastaman, 2007).
Menurut Issacs (2001), terapi ini berfokus pada masalah-masalah hidup yang
berkaitan dengan kebebasan, ketidakberdayaan, kehilangan, isolasi, kesepian,
ansietas dan kematian. Melalui logoterapi, klien menemukan makna dari
keberadaannya sendiri.

1.5. Jenis
Dalam rangka menangani manusia dengan ketiga dimensinya (fisik,
psikis, spirit) logoterapi setidaknya mengembangkan metode terapi : medical
ministry untuk gangguan-gangguan perasaan yang terkait ragawi;
paradoxixal intention dan direflection untuk penanganan kasus-kasus
berkenaan gangguan-gangguan yang bersifat psikologis; dan existantial
analysis yaitu untuk menangani gangguan yang disebabkan karena
terpenuhinya hasrat hidup bermakna atau gangguan neurosis noogenik
(Bastaman, 2007). Berikut ditampilkan tiga jenis logoterapi yaitu :
a. Logoterapi VAT
Value awareness technique (VAT) merupakan teknik yang membantu
individu menyadari nilai-nilai atau potensi yang masih dimiliki dan dapat
digunakan walaupun dalam kondisi yang sulit. Terapi ini terdiri dari 4
sesi, tujuan dar logoterapi VAT mengaktualisasikan nilai-nilai yang
dimiliki sehingga dapat mengembangkan karakter dan sikap dalam
memaknai hidup, meningkatkan makna pengalaman hidup individu yang
diarahkan kepada pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.
Values Awareness Technique terdiri dari 3 langkah umum yaitu
mengembangkan kesadaran diri, stimulasi imajinasi kreatif, dan proyeksi
nilai diri.

6
b. Logoterapi Medical ministry
Logoterapi dengan mengarahkan klien untuk berusaha mengembangkan
sikap (attitude) yang tepat dan positif dan merealisasikan nilai-nilai
bersikap (attitudinalvalues) sebagai salah satu sumber makna hidup
disebutmedical ministry. Tujuan utama teknik ini adalah membantu
seseorang menemukan makna hidup dari penderitaannya. Penderitaan
memang dapat memberikan makna dan manfaat apabila seseorang dapat
mengubah sikap terhadap penderitaan itu menjadi lebih baik lagi
(Bastaman, 2007).
c. Logoterapi Paradoxical intention
Teknik pelaksanaan logoterapi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Paradoxical Intention (PI) berdasarkan konsep kebebasan
berkeinginan (freedom of will). Penelitian yang pernah dilakukan oleh
Ataoglu, dkk (1998) menunjukkan bahwa melalui intervensi PI
didapatkan nilai perbedaan yang signifikan pada kelompok yang
mendapatkan PI daripada yang mendapatkan anti ansietas. Setelah
diukur dengan Hamilton Rating Scale (HRSC) pada kedua kelompok,
ternyata hasilnya menunjukkan bahwa tingkat ansietas kelompok dengan
intervensi PI menurun dibandingkan dengan kelompok yang
menggunakan obat anti ansietas.

.
.

7
BAB 2
IMPLEMENTASI LOGOTHERAPY VAT
(Value Awareness Technique)

SESI I : Identifikasi Masalah


Tujuan
1. Klien mampu mengenali masalah yang dihadapi
2. Klien mampu menyebutkan penyebab timbulnya masalah
3. Klien mampu menyebutkan harapan saat ini
Setting
1. Pertemuan dilakukan di salah satu ruangan
2. Suasana ruangan harus tenang
3. Klien dan terapis duduk dalam bentuk lingkaran kelompok
Alat
1. Alat tulis
2. Format evaluasi proses
3. Format dokumentasi
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Curah pendapat

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
A. Persiapan
1. Memasukkan Klien ke dalam kelompok yang telah ditetapkan sebelumnya
2. Mengingatkan kontrak yang telah ditetapkan sebelumnya dengan klien
satu jam sebelum pelaksanaan terapi bahwa terapi akan dilaksanakan
sebanyak 4 sesi dengan 7 kali pertemuan, masing-masing sesi dilakukan
selama 60 menit dan saat ini akan dilaksanakan sesi pertama.
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

8
B. Pelaksanaan
1. OrientasiI
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis
2) Perkenalan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3) Menanyakan nama dan panggilan klien (pakai papan nama)
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apa yang menjadi masalah bagi klien
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan pertemuan pertama yaitu menggali
permasalahan klien, penyebab masalah timbul, mengidentifikasi
harapan saat ini.
2) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut :
a) Lama kegiatan 60 menit
b) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
2. Fase Kerja
a. Diskusikan masalah yang dihadapi klien : beri kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan masalahnya masing-masing.
b. Diskusikan penyebab masalah yang dihadapi klien : beri kesempatan
kepada klien untuk mengungkapkan masalahnya masing-masing.
c. Motivasi kelompok untuk berdiskusi mencari cara penyelesaian
masalah yang dihadapi ;
1) Beri kesempatan kepada klien untuk berbagi pengalamannya
2) Beri kesempatan kepada anggota kelompok untuk mengambil
keputusan cara yang digunakan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
d. Diskusikan harapan klien terhadap kehidupannnya saat ini.

9
1) Pertanyaan yang diajukan untuk tiap klien mungkin berbeda,
sampai klien dapat menemukan suatu harapan yang penuh makna
dalam hidup yang mungkin didapat dari kegiatan sehari-hari.
Contoh pertanyaan : “Apa harapan Bapak/ibu saat ini?”. Apabila
tidak bisa menjawab, bisa ditanyakan hal berikut ini : 1. “Apa yang
bapak/ibu ingat pertama kali kalau saya bertanya : bapak/ibu
ingin jadi apa? 2. “Pekerjaan apa yang pernah bapak/ibu tangani
paling lama?”
2) Catat seluruh jawaban dan bantu klien memilih satu jawaban yang
mempunyai makna tertentu bagi klien.
e. Berikan pujian pada setiap peran serta masing-masing klien.
f. Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas yaitu tentang
masalah, penyebab masalah, cara mengatasi masalah dan harapan saat
ini.
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
2) Memberikan umpan balik positif atas kerjasama klien yang baik
b. Tindak lanjut
1) Motivasi klien untuk menemukan harapan lain yang diinginkan
2) Menganjurkan klien memikirkan alasan-alasan mengapa harapan
yang diberikan terasa bermakna baginya.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kontrak yaitu menyebutkan alasan memilih harapan
yang paling bermakna dalam hidup
2) Menyepakati waktu dan tempat pertemuan

SESI II : Stimulasi Imaginasi yang Kreatif


Tujuan
1. Mengidentifikasi alasan-alasan memilih harapan yang paling bermakna
2. Membayangkan makna yang ada pada tiap alasan yang dikemukakan klien
Setting

1
1. Pertemuan dilakukan di salah satu ruangan yang ada
2. Suasana ruangan harus tenang
3. klien dan terapis duduk dalam lingkaran kelompok
Alat
1. Alat tulis
2. Format evaluasi
3. Format dokumentasi (perawat dan klien)
Metode
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Dinamika kelompok
3. Curah pendapat

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
A. Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan klien satu jam sebelum terapi bahwa terapi
sesi II akan dilakukan sesuai dengan waktu dan tempat yang telah
disepakati
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

B. Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Terapis dan klien menggunakan papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini
2) Menanyakan tentang harapan-harapan yang paling bermakna
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan pertemuan kedua yaitu mengidentifikasi alasan-
alasan memilih harapan yang paling bermakna
2) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut :
a) Lama kegiatan 60 menit

1
b) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin pada terapis.
2. Fase Kerja
a. Diskusikan bersama klien alasan-alasan mengapa harapan yang
diinginkan sangat bermakna bagi klien.
b. Bantu klien mengidentifikasi dan membayangkan nilai/makna yang ada
pada setiap alasan-alasan yang disampaikan. (contoh : harapan klien
adalah pulang ke kota tempat tinggalnya dulu. Tanyakan : “Mengapa
bapak/ibu ingin sekali pulang?” “Ingin berkumpul dengan keluarga?”
“Apa yang menyebabkan Bapak/ibu merasa sangat penting berkumpul
dengan keluarga? Dapat menceritakan pekerjaan dulu? Apakah
dengan bercerita tentang pekerjaan Bapak/ibu itu membuat Bapak/ibu
menjadi bangga? Merasa dicintai? Merasa dibutuhkan?” Makna yang
ditemukan adalah perasaan bangga, rasa cinta, dibutuhkan. Contoh lain
: Harapan ingin menjadi petani dengan alasan karena orang tuanya
adalah petani dan senang dapat menghasilkan sesuatu untuk dimakan
keluarganya. Makna yang ditemukan adalah kekeluargaan, menolong
mengembangkan sesuatu, menghasilkan sesuatu yang berguna,
tanggung jawab dan menolonmg orang lain).
1) Beri kesempatan klien mengungkapkan pendapatnya
2) Beri kesempatan kepada anggota kelompok klien untuk memberi
tanggapan tentang makna lain sehubungan dengan alasan harapan
yang dipilih.
c. Berikan pujian pada setiap peran serta masing-masing klien
d. Berikan kesimpulan tentang topic yang telah dibahas yaitu alasan-
alasan memilih harapan yang paling bermakna dan makna yang
ditemukan.
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
2) Terapis memberikan pujian kepada kelompok

1
b. Tindak lanjut
Memotivasi, mengidentifikasi makna lain yang ditemukan.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati topik yang akan datang
a) Memilih 3 makna yang paling penting dalam kehidupan sehari-
hari
b) Mempraktikkan nilai-nilai yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari
2) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke tiga

SESI III : Menghadirkan Situasi yang memberi


makna Tujuan
1. Memilih 3 makna yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari
2. Menentukan situasi yang dapat memunculkan makna
3. Mempraktekkan makna dalam kehidupan sehari-hari
Setting
1. Pertemuan dilakukan di salah satu ruangan yang ada
2. Suasana ruangan harus tenang
3. Klien dan terapis duduk dalam satu kelompoks
Alat
1. Alat tulis
2. Format evaluasi
3. Format dokumentasi
4. Jadwal kegiatan
Metode
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Dinamika kelompok
3. Curah pendapat

1
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
A. Persiapan
1. Mengingatkan kontrak dengan klien satu jam sebelum terapi bahwa terapi
sesi III akan dilakukan sesuai dengan waktu dan tempat yang telah
disepakati
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

B. Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Terapis dan klien memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan bagaiamana perasaan klien saat ini
2) Mendiskusikan makna lain yang terdapat dalam kehidupan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan pertemuan ketiga yaitu memilih 3 makna yang
paling penting dalam kehidupan sehari-hari, situasi yang dapat
memunculkan makna dan cara mempraktikkannya dalam
kehidupan sehari-hari
2) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut :
a) Lama kegiatan 60 menit
b) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin pada terapis.
2. Fase Kerja
a. Diskusikan 3 makna yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari
1) Beri kesempatan kepada klien untuk memilih 3 makna yang paling
penting
2) Beri kesempatan kepada anggota kelompok klien untuk memberi
tanggapan tentang makna yang paling penting

1
b. Diskusikan situasi di panti yang dapat mendukung untuk
mempraktikkan 3 makna yang telah dipilih
1) Beri kesempatan kepada klien menentukan situasi yang dapat
mendukung munculnya makna yang paling penting
2) Beri kesempatan kepada anggota kelompok klien memberi
tanggapan tentang situasi yang mendukung
c. Motivasi klien untuk mempraktikkan 3 makna yang dipilih
1) Beri kesempatan kepada setiap klien mempraktikkan makna yang
dipilih dalam kelompok
2) Beri kesempatan kepada anggota kelompok klien untuk memberi
tanggapan terhadap tindakan yang dilakukan.
d. Beri pujian pada setiap peran serta masing-masing klien
e. Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas yaitu 3 makna
yang paling penting yang akan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-
hari di panti.
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Tanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
2) Berikan pujian kepada kelompok
b. Tindak lanjut
1) Memotivasi klien untuk mempraktikkan makna hidup sesuai situasi
di ruangan
2) Mencatat kegiatan dalam jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati topik yang akan datang yaitu hasil dari praktik dan
perpisahan
2) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan ke empat.

1
SESI IV : Makna Hidup
Tujuan
1. Mengevaluasi hasil dari praktik yang dilakukan
2. Lansia mampu menerima perpisahan
Setting
1. Pertemuan dilakukan di salah satu ruangan yang ada di panti wreda
2. Suasana ruangan harus tenang
3. Lansia dan terapis duduk dalam kelompok
Alat
1. Alat tulis
2. Format evaluasi
3. Format dokumentasi
4. Jadwal kegiatan harian
Metode
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Curah pendapat

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
A. Persiapan
1. Mengingatkan montrak dengan lansia satu jam sebelum terapi bahwa
terapi sesi IV akan dilakukan sesuai dengan waktu dan tempat yang telah
disepakati dan merupakan pertemuan terakhir
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

B. Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada lansia
2) Terapis dan lansia menggunakan papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan lansia
2) Menanyakan tentang kegiatan mempraktikkan makna di panti

1
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan pertemuan keempat yaitu menilai hasil praktik
makna hidup dan menerima perpisahan
2) Terapis menjelaskan aturan kelompok sebagai berikut :
a) Lama kegiatan 60 menit
b) Lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c) Jika ada lansia yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta pada izin pada terapis
2. Fase Kerja
a. Diskusikan makna yang ditemukan dalam tiap kegiatan yang
dilakukan.
1) Beri kesempatan setiap lansia mengidentifikasi makna yang paling
sering muncul pada saat melakukan kegiatan
2) Beri kesempatan kepada anggota kelompok lansia memberi
tanggapan tentang makna lain yang muncul dari kegiatan yang
sama
3) Beri kesempatan setiap lansia mengungkapkan perasaan setelah
menemukan makna dalam kehidupan
b. Beri pujian pada setiap peran serta masing-masing lansia
1) Beri kesempatan kepada anggota kelompok lansia memberi
tanggapan tentang pentingnya pembentukankalompok lansia
2) Sepakati pembentukan kelompok dan jadwal pertemuan
c. Berikan kesimpulan tentang topik yang telah dibahas yaitu pentingnya
melakukan kegiatan yang menimbulkan makna dalam kehidupan
lansia dan pembentukan kelompok lansia di panti wreda.
3. TerminasiI
a. Evaluasi
1) Tanyakan perasaan lansia setelah mengikuti seluruh kegiatan
2) Tanyakan pada lansia makna apa yang ditemukan dalam kegiatan
terapi
3) Berikan pujian untuk jawaban lansia

1
b. Tindak lanjut
1) Motivasi anggota kelompok untuk tetap melakukan kegiatan yang
menimbulkan makna baginya dan selalu mengidentifikasi
kegiatan lain yang menimbulkan makna dalam kehidupannya
2) Motivasi melaksanakan pertemuan kelompok lansia sesuai jadwal
3) Bekerjasama dengan pihak panti dalam mempertahankan
kelompok lansia dalam meningkatkan makna hidup
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan logoterapi dan melaporkan pembentukan
kelompok lansia.

1
DAFTAR PUSTAKA

Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi: Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup


dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: Rajawali Pers

Black,J.M., & Hawk,J.H. (2005). Medical surgical nursing: Clinical


management forpositif outcomes. (7 th Ed). St. Louis: Elsevier.Inc.

Brem.S.BA & Kumar.B.N. (2011). Management of treatment –related symptoms


in patient with breast cancer. Clinical journal of Oncology Nursing.
15 , 63-71.

Kaplan, H.I., Sadock,B.J., & Grebb,J.A. (2010). Buku ajar psikiatri. Edisi 2.
Jakarta : ECG.

Kwekkeboom.L.K, Gretarsdottir. E.(2006). Systematic Review of


RelaxationIntervention fir Pain. Journal of Nursing Scholarship.
38(3), 269-277.

LeMone, P., & Burke, K. (2008). Medical surgical nursing: critical thinking in
client care (4th ed). New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Maryani, A. (2008). Pengaruh progressive muscle relaxation


terhadapkecemasan, mual dan muntah setelah kemoterapi pada
pasien kankerpayudara Di RS DR Hasan Sadikin Bandung. Tesis.
Tidak Dipublikasikan.

Maryatun, S., Hamid, A.Y., &Mustikasari. (2011). Pengaruh Logoterapi terhadap


perubahan harga diri narapidana perempuan dengan narkotika di lembaga
pemasyarakatan kelas IIA Palembang. Thesis. Universitas Indonesia.
Tidak di publikasikan.

Ramdhani, N., & Putra, A.A. (2008). Pengembangan multimedia


relaksasi.

Jogyakarta: Bagian Psikologis Klinis Fakultas Psikologi UGM.


http://Neila.staf.ugm.ac.id/wordpress/wpcontent/uploads. diunduh
pada tanggal 3 Februari 2016.

Snyder, M & Linquist, R. (2002). Complementary alternative therapies in


nursing.New York: Springer Publishing Company.

Spiegel.D & Davis.G.J. (2003). Depression and Cancer : Mechanism and


Disease Progression. Society of Biological Psychiatry. 54, 269-282.

Supriatin, L. (2010). Pengaruh terapi tought stopping dan progresive muscle


relaxation terhadap ansietas pada klien dengan gangguan fisik di

1
RSUD Dr. Soedono Madiun. Tesis. Tidak Dipublikasikan.

Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric
nursing (8th edition). St.Louis: Mosby.
Stuart, G.W. (2009). Principles and practice of psychiatric nursing (9th
Edition).St.Louis: Mosby.

Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2013). Principles and practice of psychiatric
th
nursing (10 edition). St.Louis: Mosby.

Wong, P. (2002). Logoterapi. Encyclopedia of Psychotherapy. (2), 107-111.


Trinity Western University. British. Columbia. Canada.

Robatmili, S., Sohrabi, F., Shahrak, M.A., Talepasand, S., Nokani, M., & Hasani
M. (2015). The effect of group logotherapy on meaning in life and
depression levels of iranian students. International Journal Advance
Counselling, 37, 54–62. DOI:10.1007/s10447-014-9225-0.

Tomy, A. (2014). Logotherapy: A Means of finding meaning to life. Journal of


Psychiatric Nursing, 3(1), 33-40.

2
2

Anda mungkin juga menyukai