Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ANALISIS MATERI HADITS DI MADRASAH TSANAWIYAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits dan Pembelajarannya

Dosen Pengampu: Supala, M.Ag

Disusun oleh kelompok 2 PAI 6B :

Almas Hadian Muhtadi (210414029)

Jihan Putri Salsabila (210414058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya kepada kita. Sholawat serta salam tak lupa
kita berikan kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam,
serta kepada paa sahabatnya, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan orang-orang yang
mengikuti jejaknya sampai hari kiamat.

Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Analisis Hadits semester genap tahun akademik 2024, juga dimaksudkan untuk
memberikan wawasan kepada pembaca untuk lebih mengetahui mengenai Analisi
Hadits pada tingkat Tsanawiyah.

Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Analisis


Hadits, yaitu Bapak Supala, M.Ag serta kepada semua pihak yang membantu
dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyedari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak


kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca demi kebaikan dan kesempurnaan yang
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Bandung, 30 Maret 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
I. KELAS 7...............................................................................................................5
A. BAB I AL-QUR’AN DAN HADITS PEDOMAN HIDUPKU.......................5
B. BAB VI MENGGAPAI KEBAHAGIAAN DENGAN SABAR DAN
SYUKUR (sabar dan Syukur, kunci keberhasilan)...............................................8
II. KELAS VIII....................................................................................................12
A. BAB III KUKUATKAN IMAN MELALUI BERAMAL SALEH DENGAN
BENAR DAN IKHLAS (Hadis Riwayat Bukhari Muslim dari Abu Hurairah
dan Bukhari dari Hakim bin Hizam)....................................................................12
B. BAB V KURAIH KEHIDUPAN AKHIRAT DENGAN MENJAUHI
GAYA HIDUP MATERIALISTIK, HEDONIS, DAN KONSUMTIF...............15
C. BAB VI KUSEIMBANGKAN KEHIDUPAN DUNIA DAN AKHIRAT
DENGAN USAHA DAN IBADAH.......................................................................18
III. KELAS 9.........................................................................................................21
A. BAB III MENGGAPAI KEBERKAHAN HIDUP DENGAN JUJUR
DALAM MUAMALAH (KAJIAN HADIS TENTANG JUJUR DALAM
MUAMALAH).......................................................................................................21
B. BAB VI PANTANG MENYERAH MERAIH KEBAHAGIAAN DENGAN
ILMU.......................................................................................................................23
BAB III...........................................................................................................................27
KESIMPULAN..............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN
Agama Islam merupakan jalan hidup manusia yang paling sempurna dan
berisi ajaran yang membimbing umat manusia menuju kebahagiaan dan
kesejahteraan dunia dan akhirat. AlQur’an adalah sumber utama dan mata air
yang memancarkan ajaran Islam. Ajaran Islam yang terkandung dalam al-Qur’an
diwahyukan oleh Allah swt sebagai pedoman hidup agar manusia mendapat
pegangan yang benar dalam menjalani kehidupan.

Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah sumber hukum Islam. Rosululloh SAW


melnjellaskan selgala selsuatu yang diturunkan kelpadanya belrupa Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi untuk kelmaslahatan umat manusia dan selbagai peldoman hidup
dunia dan akhirat (Rahman, 1995). Islam melmelrintahkan selgala selsuatu yang
melmbawa kelbaikan bagi seltiap Muslim dalam tubuh, pikiran, iman, kekayaan,
kesehatan, dan lainnya (Aziz, 2003).

4
BAB II

PEMBAHASAN
I. KELAS 7
A. BAB I AL-QUR’AN DAN HADITS PEDOMAN HIDUPKU
1. Pengertian
Secara bahasa, hadis artinya baru, tidak lama, ucapan pembicaraan,
cerita. Menurut para ulama, hadis merupakan sinonim dari sunah yaitu
setiap sesuatu yang diriwayatkan atau dinisbahkan kepada diri Rasulullah
Saw. baik berupa perkataan, perbuatan, dan penetapan, sifat atau
perjalanan nabi baik sebelum atau sesudah diutus menjadi rasul.
a. Perkataan Yang dimaksud dengan perkataan adalah segala perkataan
yang pernah diucapkan oleh Nabi Muhammad Saw. dalam berbagai
bidang, seperti bidang syariah, akhlaq, aqidah, pendidikan dan
sebagainya.
b. Perbuatan adalah penjelasan-penjelasan praktis Nabi Muhammad Saw.
terhadap peraturan-peraturan syara‟ yang belum jelas teknis
pelaksanaannya. Seperti halnya jumlah rakaat, cara mengerjakan haji,
cara berzakat dan lain-lain. Perbuatan nabi yang merupakan penjelas
tersebut haruslah diikuti dan dipertegas dengan sebuah sabdanya.
c. Taqrir adalah keadaan beliau yang mendiamkan atau tidak
mengadakan sanggahan dan reaksi terhadap tindakan atau perilaku
para sahabatnya serta menyetujui apa yang dilakukan oleh para
sahabatnya itu.
d. Sifat-sifat, keadaan, dan himmah Nabi Muhammad SAW adalah
merupakan komponen hadis yang meliputi:
1) Sifat-sifat Nabi yang digambarkan dan dituliskan oleh para
sahabatnya dan para ahli sejarah baik mengenai sifat jasmani
ataupun moral/akhlaknya
2) Silsilah (nasab), nama-nama dan tahun kelahirannya yang
ditetapkan oleh para sejarawan

5
3) Himmah (keinginan) Nabi untuk melaksanakan suatu hal, seperti
keinginan beliau untuk berpuasa setiap tanggal 9 Muharram.
Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari asyura dan
memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka (para shahabat)
berkata: "Ya Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi
dan Nasrani". Maka Rasulullah Saw. pun bersabda: "Jika tahun
depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa
pada hari kesembilan (tanggal sembilan).” (H.R. Bukhari dan
Muslim)

2. Fungsi hadits dalam islam

Hadis merupakan sumber hukum kedua ajaran Islam setelah al-Qur’an


dan merupakan rujukan umat Islam dalam memahami syariat.

3. Fungsi hadits terhadap al-qur’an


1) Menguatkan/mengukuhkan dan menegaskan hukum yang terdapat
dalam al-Qur‟an. Dalam hal ini, hadis mengulang perintah atau
larangan yang sudah disebutkan di dalam al-Qur‟an. Misalnya,
Rasulullah Saw. memerintahkan untuk melaksanakann puasa, Perintah
melaksanakan puasa sudah ada di dalam al-Qur‟an, sehinga dalam hal
ini hadis sifatnya mempertegas perintah yang telah ada di dalam (QS.
alBaqarah (2): 183)

‫َآٰيَهُّيا اِذَّل ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُكِتَب َعَلْي ُمُك الِّص َياُم اَمَك ُكِتَب َعىَل اِذَّل ْيَن ِم ْن َقْبِلْمُك َلَع َّلْمُك َتَّتُقْو َۙن‬

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu


berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa.” (QS. alBaqarah (2): 183)

Hadis Rasulullah, diantaranya:

6
‫ إال أن‬، ‫قال أْخ ْرِب ىِن ما َفَر َض هللا عٌىل ِم ن الصيام فقال صىل هللا عليه وسمل ( شهَر رمضاَن‬
) ‫تطَّو َع شيئا‬

Sahabat bertanya: “Kabarkan kepada saya apa yang diwajibkan


bagi saya untuk puasa?” Nabi Saw. menjawab: “Puasa bulan
Ramadhan, kecuali jika engkau berpuasa sunah” (HR Al-Bukhari)

2) Menguraikan/menjelaskan dan merincikan ayat yang global (mujmal),


Banyak ayat (perintah/larangan) al-Qur’an yang sifatnya masih umum,
belum terinci. al-Qur’an memerintahkan untuk mengerjakan suatu
perbuatan, namun belum ada ayat yang menjelaskan bagaimana cara
melaksanakannya. sehingga perintah yang ada belum bisa
dilaksanakan. Misalnya, perintah melaksanakan Shalat ini
diperintahkan dalam (QS. alBaqarah (2): 83) dan di beberapa surah
dan ayat yang lain. namun tidak ada satu pun ayat dalam alQur’an
yang menjelaskan bagaimana cara melaksanakan shalat. Tata cara
pelaksanaan Shalat secara lengkap diajarkan dan dicontohkan langsung
oleh Rasullah Saw. sebagaimana sabdanya

‫صلوا كام رأيمتوين أصيل‬

“Shalatlah kalian semua sebagaimana kalian lihat aku shalat”, (HR.


Bukhari)

3) Menetapkan dan mengadakan hukum yang tidak disebutkan di dalam


Al-Qur’an. Dalam hal ini, Hukum yang ada adalah merupakan produk
hadis/sunah yang tidak ditunjukan oleh Al-Qur‟an. Misalnya, haram
memakan burung yang berkuku tajam, haram memakai cincin emas
dan kain sutra bagi laki-laki dan lain-lain.

‫ُّلُك ِذ ي اَن ٍب ِم ْن الِّس َباِع َفَأُلْكُه َح َر اٌم‬

7
“Setiap binatang buas yang bertaring, maka memakannya adalah
haram.” (HR. Muslim)

3. Membatasi keumuman ayat Al-Qur‟an. Banyak perintah di dalam al-


Qur’an yang mengisyaratkan berlaku secara umum, seluruh manusia/Umat
Islam baik laki-laki maupun perempuan, besar maupun kecil, sehat maupun
sakit, sedang bepergian maupun di rumah, dan lain-lan. Rasulullah Saw.
mengecualikan (menghususkannya). Misalnya, Allah Swt. memerintahkan
seluruh orang beriman untuk melaksanakan Shalat Jum‟at, (QS. al-Jumuah:
9),

‫َآٰيَهُّيا اِذَّل ْيَن ٰا َم ُنْٓوا ِا َذ ا ُنْو ِد َي ِللَّص ٰلوِة ِم ْن َّيْو ِم اْلُج ُم َع ِة َفاْس َع ْو ا ِاىٰل ِذْك ِر اِهّٰلل َو َذ ُر وا اْلَبْي َۗع ٰذِلْمُك َخٌرْي‬
‫َّلْمُك ِاْن ُكْنْمُت َتْع َلُمْو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
pada hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.” (QS. Al-Jumuah [62] :9)

Berdasar ayat tersebut, Shalat Jumat merupakan kewajiban bagi seorang


muslim, baligh, berakal dan mukim, tanpa kecuali. Bahkan Rasul Saw.
memberikan ancaman bagi orang yang meninggalkan Shalat Jumat dengan
dianggap kelompok yang mengingkari agama.

Lalu, adakah kekhususan/pengecualian bagi orang tertentu, sehingga


diperbolehkan meninggalkan shalat Jumat? Jawabnya, ada. di dalam hadis
riwayat Abu Daud dijelaskan:

‫اْلُج ُم َع ُة َح ٌّق َو اِج ٌب َعىَل ِّلُك ُم ْس ٍمِل إ اَّل َأْر َبَع ًة َع ْب ٌد َم ْم ُلوٌك َأْو اْم َر َأٌة َأْو َص ٌّيِب َأْو َمِر يٌض‬

“Jumat adalah kewajiban bagi setiap Muslim kecuali empat orang: hamba
sahaya yang dimiliki, perempuan, anak kecil, dan orang sakit,” (HR Abu
Daud).

8
B. BAB VI MENGGAPAI KEBAHAGIAAN DENGAN SABAR DAN
SYUKUR (sabar dan Syukur, kunci keberhasilan)
1. Isi Kandungan Hadis Riwayat Muslim dari Abu Yahya Shuhaib Bin Sinan,
(Indahnya Sabar dan Syukur)

‫ ِإ ْن َأَص اَبْتُه َّرَس اُء َش َكَر‬، ‫َجَع ًباِ َألْمِر اْلُم ْؤ ِم ِن إ َّن َأْم َر ُه َّلُكُه ُهَل َخٌرْي َو َلْيَس َذ َكِل ِ َألَح ٍد ِإ َّال ِلْلُم ْؤ ِم ِن‬
‫ َو ْن َأَص اَبْتُه َّرَض اُء َص َرَب َفاَك َن َخ رْي ًا ُهَل‬،‫َفاَك َن َخ ًرْي ا ُهَل‬
‫ِإ‬
Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan ra. Berkata: Rasulullah Saw. bersabda:
“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua
keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada
seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur,
maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan
bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya” (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan besarnya keutamaan bersyukur di saat senang dan


bersabar di saat susah, bahkan kedua sifat inilah yang merupakan
penyempurna keimanan seorang hamba.

Abdullah bin Mas‟ud berkata: “Iman itu terbagi menjadi dua bagian;
sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur”.

Dalam al-Qur‟an, Allah Swt. memuji secara khusus hamba-hamba-Nya


yang memiliki dua sifat ini sebagai orang-orang yang bisa mengambil
pelajaran ketika menyaksikan tanda-tanda kemahakuasaan Allah.

‫َاَلْم َتَر َاَّن اْلُفَكْل ْجَت ِرْي ىِف اْلَبْح ِر ِبِنْع َم ِت اِهّٰلل ِلِرُي َيْمُك ِّم ْن ٰا ٰيِتٖۗه ِاَّن ْيِف ٰذ َكِل ٰاَلٰيٍت ِّلِّلُك َص َّباٍر َش ُكْو ٍر‬

“Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar


di laut berkat nikmat Allah agar Dia memperlihatkan kepadamu sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak
bersyukur.” (QS Luqmaan: 31).

9
Seorang hamba yang sempurna imannya akan selalu bersyukur kepada
Allah Swt. ketika senang dan bersabar ketika susah, maka dalam semua
keadaan dia senantiasa ridha kepada Allah Swt. dalam segala ketentuan
takdirNya, sehingga kesusahan dan musibah yang menimpanya berubah
menjadi nikmat dan anugerah baginya.

Sedangkan syukur merupakan bagian dari akhlak mulia, yang muncul


karena adanya rasa kecintaan dan keridaan terhadap Allah Swt., Sang
Pemberi Nikmat. Seseorang yang diberikan nikmat oleh-Nya walaupun
sedikit, tidak mungkin akan bersyukur kalau tidak ada keridaan di hatinya.

Barangsiapa yang menyadari adanya nikmat dan mengetahui Sang


Pemberi nikmat lalu mengakui kenikmatan tersebut dan tunduk serta cinta
pada-Nya. Kemudian mempergunakan kenikmatan tersebut dalam hal-hal
yang dicintai Allah Swt. inilah orang-orang yang dianggap bersyukur.

2. Isi Kandungan Hadis Riwayat Tirmidzi dari Abdullah Bin Abbas


Pertolongan Allah Swt. senantiasa bersama kesabaran, kesulitan, dan
kesusahan

‫َقاَل َر ُس ْو ُل الَّٰل ِه َص ىَّل اُهّٰلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل َو اْعْمَل َأَّن‬: ‫َع ْن َع ْب ِد اِهّٰلل ْبِن َع َّباس َر َيِض اُهّٰلل َع ُهْنَم ا َقاَل‬
‫الَّنَرْص َم َع الَّص ِرْب َو َأَّن الَفَر َج َم َع الَكْر ِب َو َأَّن َم َع الُع ِرْس ُيرْس ًا‬

Dari Abdullah bin Abbas ra. Berkata, Rasulullah Saw. Bersabda:


ketahuilah, sesungguhnya pertolongan (dari Allah Swt.) itu selalu
menyertai kesabaran, dan jalan keluar (dari kesulitan) selalu menyertai
kesulitan, dan kemudahan selalu menyertai kesusahan.” (HR. Tirmidzi)

Hadis ini menjelaskan bahwa, apabila kita menghendaki pertolongan Allah


Swt., maka kita harus bersabar. Sebagaimana firman Allah Swt. QS. al-
Baqarah (2): 153, yang telah diuraikan pada bab sebelumnya:

‫َآٰيَهُّيا اِذَّل ْيَن ٰا َمُنوا اْس َتِع ْي ُنْو ا اِب لَّص ِرْب َو الَّص ٰلوِۗة ِاَّن اَهّٰلل َم َع الّٰص ِرِب ْيَن‬

10
“Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS.
Al-Baqarah [2]: 153)

Dalam hadis ini juga dijelaskan bahwa, jalan keluar (solusi dari
permasalahan) itu bersama kesulitan. Maknanya apabila seseorang ingin
mendapatkan solusi dari berbagai permasalahan yang menderanya, maka
ia harus mau menghadapi kesulitan-kesulitan yang ia hadapi. Di akhir
hadis ini, Rasulullah Saw. mengingatkan bahwa bersama kesulitan itu ada
kemudahan. Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Insyirah (94): 5
Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.

3. Isi Kandungan Hadis Riwayat Bukhari Muslim dari Abu Hurairah


Mengharap Pahala dari Setiap Musibah

‫َم ا ُيِص يُب اْلُمْس َمِل ِم ْن َنَص ٍب َو اَل َو َص ٍب َو اَل ٍّمَه َو اَل ُح ْز ٍن َو اَل َأًذ ى َو اَل ٍّمَغ َح ىَّت الَّش ْو َكِة ُيَش اُكَها‬

“Tidaklah seorang muslim tertimpa rasa letih, penyakit, kesedihan,


gundah gulana, gangguan, sesuatu yang menyesakkan hati, hingga duri
yang menusuknya, melainkan dengan semua itu Allah akan menghapuskan
sebagian dari dosa-dosanya.” (HR. Al-Bukhari, no. 5641 dan Muslim, no.
2573)

‫َم ا ِم ْن ُم ْس ٍمِل ُيِص ْيُبُه َأًذ ى ِم ْن َم َر ٍض َفَم ا ِس َو اُه َّال َح َّط ُهللا ِبِه َس ِّيَئاِتِه اَمَك ُحَت ُّط‬
‫ِإ‬
Tidaklah seorang muslim mendapatkan gangguan seperti suatu penyakit
atau selainnya, melainkan dengan sebab itu Allah akan menggugurkan
dosa-dosanya, seperti pohon yang menggugurkan dedaunannya. (HR.
Bukhari & Muslim)

Hadis tersebut menjelaskan bahwa penyakit merupakan sebab


pengampunan atas kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan dengan
hati, pendengaran, penglihatan, lisan dan dengan seluruh anggota tubuh.

11
Terkadang penyakit itu juga merupakan hukuman dari dosa yang pernah
dilakukan. Sebagaimana firman Allah Swt. (QS. asy-Syuura [42]: 30)

‫َو َم ٓا َاَص اَبْمُك ِّم ْن ُّم ِص ْيَبٍة َفِب َم ا َكَس َبْت َاْيِد ْيْمُك َو َيْع ُفْو ا َع ْن َكِثٍۗرْي‬

“Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahankesalahanmu).” (QS. asy-Syuura [42]: 30)

4. Analisis tema materi menggapai kebahagiaan dengan sabar dan syukur

Hadis-hadis ini memberikan pesan yang sangat penting tentang pentingnya


sikap sabar dan bersyukur dalam menghadapi ujian hidup dan mencapai
kebahagiaan sejati.

Hadis-hadis ini dapat digunakan dalam pembelajaran untuk membahas


konsep-konsep seperti sabar, syukur, keimanan, dan kebahagiaan dalam
Islam. Siswa dapat memahami bahwa kesabaran dan rasa syukur adalah
kunci untuk mengatasi cobaan dan mencapai kebahagiaan yang sejati
dalam kehidupan mereka.

Pembelajaran menggunakan hadis-hadis ini juga dapat melibatkan diskusi


tentang bagaimana siswa dapat menghadapi berbagai tantangan dalam
kehidupan mereka dengan sikap sabar dan rasa syukur, serta bagaimana
sikap-sikap ini dapat membantu mereka menjalani kehidupan dengan lebih
tenang dan bahagia.

II. KELAS VIII


A. BAB III KUKUATKAN IMAN MELALUI BERAMAL SALEH
DENGAN BENAR DAN IKHLAS (Hadis Riwayat Bukhari Muslim
dari Abu Hurairah dan Bukhari dari Hakim bin Hizam)
Iman adalah dasar segala aktivitas umat Islam. Orang beriman pasti
meyakini bahwa rezeki adalah anugerah dari Allah Swt. sekaligus sebagai
amanah terhadapnya. Oleh karenanya rezeki yang diterimanya akan
dipergunakan sebaik-baiknya sesuai dengan perintah-Nya. Infak dan
sedekah adalah salah satu bentuk amalan yang lahir dari keimanan.

12
Dengan keimanannya pula orang beriman akan mendermakan rezekinya
dengan ikhlas karena Allah Swt., tanpa berharap pujian, popularitas atau
balasan apapun. Orang yang beriman meyakini bahwa Allah Swt. akan
membalas infaknya dan sedekahnya dengan mencukupkan dan
menyucikan dirinya.

Terdapat banyak ayat al-Qur‘an dan hadis yang menerangkan infak


dan sedekah. Dalam bab ini kalian akan mempelajari hadis riwayat
Bukhari Muslim dari Abu Hurairah dan hadis riwayat Bukhari dari Hakim
bin Hizam tentang infak dan sedekah

1. Hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abu Hurairah

‫َع ْن َأيِب ُه َر ْيَر َة َر َيِض اُهَّلل َع ْنُه َأَّن الَّنَّيِب َص ىَّل اُهَّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل َقاَل َم ا ِم ْن َيْو ٍم ُيْص ِب ُح اْلِع َباُد ِف يِه اَّل‬
‫ِإ‬
‫َم َلاَك ِن َيِزْن اَل ِن َفَيُقوُل َأَح ُد َمُها الَّلُهَّم َأْعِط ُم ْنِفًقا َخ َلًفا َو َيُقوُل اآْلَخ ُر الَّلُهَّم َأْعِط ُم ْم ِس اًك َتَلًفا‬

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Nabi Saw. bersabda:


"Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali
akan turun (datang) dua malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata;
"Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya",
sedangkan yang satunya lagi berkata; "Ya Allah berikanlah kehancuran
(kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil)”. (HR.
Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah,


Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa sesungguhnya para malaikat berdoa
agar Allah Swt. mengganti harta orang-orang yang berinfak. Allah Swt.
akan mengganti dengan kebaikan di dunia dan pahala di akhirat. Firman
Allah dalam QS. Saba (34): 39

‫ُقْل ِاَّن َر ْيِّب َيْبُس ُط الِّرْز َق ِلَم ْن َّيَش ۤا ُء ِم ْن ِع َباِد ٖه َو َيْقِد ُر ٗهَل ۗ َو َم ٓا َاْنَفْقْمُت ِّم ْن ْيَش ٍء َفُهَو ْخُي ِلُفٗه ۚ َو ُه َو‬
‫َخُرْي الّٰر ِز ِق َنْي‬

13
Artinya: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya, dan Dia-lah pemberi rezeki sebaik-baiknya.”

2. Hadits riwayat Bukhari dari Hakim bin Hizam


‫َح َّد َثَنا ُم وىَس ْبُن َمْس اِع يَل َح َّد َثَنا ُو َه ْي ٌب َح َّد َثَنا ِه َش اٌم َع ْن َأِبيِه َع ْن َح ِكِمي ْبِن ِح َز اٍم َر َيِض اُهَّلل‬
‫ِإ‬
‫َع ْنُه َع ْن الَّنِّيِب َص ىَّل اُهَّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل َقاَل اْلَيُد اْلُع ْلَيا َخٌرْي ِم ْن اْلَيِد الُّس ْفىَل َو اْبَد ْأ ِبَم ْن َتُع وُل َو َخُرْي‬
‫َو َمْن َيْس َتْع ِفْف ُيِع َّفُه اُهَّلل َو َمْن َيْس َتْغِن ُيْغِنِه اُهَّلل َو َع ْن ُو َه ْي ٍب َقاَل َأْخ َرَب اَن‬ ‫الَّص َد َقِة َع ْن َظ ْهِر ِغ ىًن‬
‫ُه َر ْيَر َة َر َيِض اُهَّلل َع ْنُه َع ْن الَّنِّيِب َص ىَّل اُهَّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل َهِبَذ ا‬ ‫ِه َش اٌم َع ْن َأِبيِه َع ْن َأيِب‬
Dari Hakim bin Hizam radliallahu 'anhu dari Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam berkata,: "Tangan yang diatas lebih baik dari
pada tangan yang di bawah, maka mulailah untuk orang-orang yang
menjadi tanggunganmu dan shadaqah yang paling baik adalah dari orang
yang sudah cukup (untuk kebutuhan dirinya). Maka barangsiapa yang
berusaha memelihara dirinya, Allah akan memeliharanya dan barangsiapa
yang berusaha mencukupkan dirinya maka Allah akan mencukupkannya".
(HR. Bukhari)
3. Analisis tema materi
Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah,
Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa sesungguhnya para malaikat berdoa
agar Allah Swt. mengganti harta orang-orang yang berinfak. akan
mengganti dengan kebaikan di dunia dan pahala di akhirat. Firman Allah
dalam QS. Saba (34 ) : 39
‫َو َم ٓا َاْنَفْقْمُت ِّم ْن ْيَش ٍء َفُهَو ْخُي ِلُفٗه ۚ َو ُه َو َخُرْي الّٰر ِز ِق َنْي‬
Artinya: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya, dan Dia-lah pemberi rezeki sebaik-baiknya.”
Penjelasan ayat tersebut, sesungguhnya harta yang diinfakkan
tidaklah hilang dari genggaman kita, tetapi sebaliknya Allah Swt. akan
menggantinya, bahkan yang lebih baik dari yang diinfakkan. Dan demikian
pula Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa para malaikat mendoakan agar

14
Allah Swt. melaknat dengan menghancurkan atau membinasakan orang-
orang yang bakhil atau kikir terhadap hartanya. Sebagai orang yang
beriman, yakinlah bahwa doa para malaikat pasti dikabulkan oleh Allah
Swt. Sudah banyak contoh kejadian dalam kisah-kisah terdahulu
bagaimana Allah Swt. menghancurkan orang-orang yang bakhil terhadap
hartanya. Dan begitu pun sebaliknya bagaimana Allah Swt. membalas
kedermawanan orang-orang yang berinfak di jalan Allah Swt.
Sedangkan Dalam hadis riwayat Bukhari dari Hakim bin Hizam,
Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa “Tangan yang di atas lebih baik dari
tangan yang di bawah”, maksudnya bahwa orang yang memberi lebih baik
daripada yang menerima. Namun demikian bukan berarti jika kita diberi
sesuatu oleh orang lain tidak boleh menerima. Jika ada orang yang
memberi hadiah maka boleh diterima.
Hal ini pernah dicontohkan Rasulullah Saw., ketika itu Rasulullah
Saw. menegur sahabtnya, Umar bin Khaththab karena Umar tidak mau
menerima pemberian Rasulullah Saw., maka Rasul Saw. pun menegurnya,
sebagaimana sabdanya: “Ambillah pemberian ini! Harta yang datang
kepadamu, sementara engkau tidak mengharapkan kedatangannya, dan juga
tidak memintanya. Maka ambilah. Dan apa-apa yang (tidak diberikan
kepadamu). maka jangan memperturutkan hawa nafsumu (untuk
memperolehnya).” (HR. Bukhari - Muslim).
Dengan demikian jika ada yang memberi tidak dilarang untuk
menerimanya, tetapi dilarang meminta-minta. Meminta-minta dilarang
keras dalam syari‘at kecuali dalam keadaan sangat terpaksa. Rasulullah
mengilustrasikan akibat meminta-minta bahwa: “Seseorang yang senantiasa
meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari kiamat
dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya.” ( HR. Bukhari
– Muslim).

15
B. BAB V KURAIH KEHIDUPAN AKHIRAT DENGAN MENJAUHI
GAYA HIDUP MATERIALISTIK, HEDONIS, DAN KONSUMTIF

Materialistis adalah sebutan untuk orang-orang yang bergatung pada


materi. Mereka ini menganut paham materialisme yang hanya
mementingkan harta, kekayaan, uang, jabatan, kedudukan dan lain-lain.
Materialisme adalah pandangan hidup yang menjadikan kesenangan,
kekayaan sebagai tujuan atau nilai tertinggi dan paling utama tanpa
mempedulikan halal ataupun haram. Orang-orang yang beriman tidak akan
menganut gaya hidup materialistik, karena mereka tahu Allah Swt. sudah
melarang keras bahkan mengancam para pelakunya masuk neraka
huthamah.
Hedon atau hedonis adalah sebutan bagi orang-orang yang
menjadikan kesenangan dirinya sebagi tujuan dalam hidup. Ia akan
melakukan berbagai cara yang penting merasa bahagia. Ia tidak
memedulikan norma-norma yang berlaku dalam kehidupannya. Ia hanya
mencari kesenangan dunianya.
Gaya hidup hedonis dapat menimbulkan gaya hidup konsumtif, yaitu
kecenderungan untuk memiliki sesuatu, belanja sesuatu secara berlebihan,
secara boros tanpa terencana yang penting dirinya senang dan bahagia.
Orang yang konsumtif tidak berpikir barang yang ia beli itu dibutuhkan
atau tidak, yang ia pikirkan belanja dan belanja yang penting bahagia.
Orang-orang seperti ini dikutuk oleh Allah sebagai temannya syetan.

1. Hadits riwayat Nasa’i dari Amr Bin Syuaib

, ‫ َقاَل َر ُس وُل َاِهَّلل صىل هللا عليه وسمل ( ْلُك‬: ‫ َع ْن َج ِّدِه َقاَل‬, ‫ َع ْن َأِبيِه‬, ‫َو َع ْن ْمَع ِر و ْبِن ُش َع ْي ٍب‬
‫ َو َعَّلَقُه‬, ‫ َو َأَمْحُد‬,‫ َو اَل َم ِخ يٍةَل ) َأْخ َر َج ُه َأُبو َد اُو َد‬, ‫ َو َتَص َّد ْق يِف َغِرْي َرَس ٍف‬, ‫ َو اْلَبْس‬, ‫َو اَرْش ْب‬
‫َاْلُبَخ اِر ُّي‬

16
“Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata, Rasul SAW
bersabda: “makan dan minumlah, bersedekahlah serta berpakaianlah
dengan tidak berlebihan dan tidak sombong.” (HR. Nasa‘i)
Berdasar kepada QS. Al-Baqarah (2): 172 dan hadis riwayat Nasa‘i,
maka cara agar terhindar dari gaya hidup materialistik, hedonis dan
komsumtif sebagi berikut:
1) Kita harus memiliki keimanan yang kuat kepada Allah Swt.
2) Senantiasa bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah Swt.
3) Makan minum yang halal juga baik. Baik dzat makanannya maupun
cara
4) mendapatkannya
5) Bersedekah dengan ikhlas karena Allah Swt.
6) Memenuhi kebutuhan sandang dan papan tidak berlebihan
7) Tidan memiliki sifat sombong
8) Kita harus memiliki sifat qana‘ah atas rezeki yang Allah Swt.
anugerahkan
9) Tidak berperilaku hidup boros.
Adapun hikmah menghindari gaya hidup materialistik, hedonis,
konsumtif adalah sebagi beriku:
1) Akan Mendapat rida Allah Swt.
2) Hidup menjadi tenang karena selalu bersyukur
3) Tubuh menjadi sehat karena menghindarkan makan minum yang
haram dan tidak baik
4) Hidup menjadi lebih tenang karena menjalaninya dengan ikhlas karena
Allah Swt.
5) Amal ibadahnya diterima oleh Allah Swt.

2. Analisis tema kuraih kehidupan akhirat dengan menjauhi gaya hidup


materealaristik, hedonis, dan konsumtip
Ayat 14-15 dari Surah Al-A'la (87) menyatakan bahwa orang-orang
beriman yang beruntung adalah mereka yang memelihara keimanannya

17
dengan menyucikan diri dan selalu mengingat Allah dengan khusyuk
dalam shalat. Ini menunjukkan bahwa iman yang kuat mengarah pada
ibadah yang tulus.
Ayat tersebut menggambarkan bahwa dunia merupakan ujian bagi
keimanan seseorang. Orang-orang beriman akan berusaha menjalani
kehidupan dengan amal saleh sebagai persiapan untuk kehidupan akhirat,
sesuai dengan QS. Al-Kahfi (18):7 yang menyatakan bahwa Allah
menjadikan dunia sebagai ujian untuk menguji perbuatan manusia.
Orang-orang yang beriman akan menjalani kehidupan dengan
kesadaran akan akhirat, selalu berupaya untuk beribadah dan beramal
saleh di hadapan Allah. Namun, Allah juga menjelaskan dalam ayat 16-17
bahwa orang-orang kafir lebih memprioritaskan kesenangan dunia
daripada akhirat, padahal kesenangan akhirat adalah yang kekal. Oleh
karena itu, sebagai orang beriman, kita harus menjauhi gaya hidup
materialistik, hedonistik, dan konsumtif karena perilaku demikian tidak
hanya merugikan di dunia tetapi juga di akhirat. Allah telah menegaskan
bahwa tempat bagi mereka yang terlalu terpaku pada kesenangan dunia
adalah di neraka.

C. BAB VI KUSEIMBANGKAN KEHIDUPAN DUNIA DAN


AKHIRAT DENGAN USAHA DAN IBADAH
1. Hadis Riwayat Muslim dari Abu Hurairah
‫ (( الَّلُهَّم أْص ِلْح يِل ِد ْيَيِن اِذَّل ي‬: ‫ اَك َن رُس وُل ِهللا – َص ىَّل ُهللا َعَلْي ِه َو َس َمَّل – َيُقْو ُل‬: ‫ َقاَل‬، ‫َو َع ْنُه‬
، ‫يِل آِخ ريِت اَّليت ِف َهيا َم َع اِد ي‬ ‫ َو َأْص ِلْح‬، ‫ َو َأْص ِلْح يِل ُد ْنَياَي اَّليِت ِف َهيا َم َع ايِش‬، ‫ُه َو ِع ْص َم ُة َأْمِر ي‬
‫ َر َو اُه ُم ْس ٌمِل‬. )) ‫ َو اْج َع ِل اَملوَت َر اَح ًة يِل ِم ْن ِّلُك ٍّرَش‬، ‫َو اْج َع ِل اَحلَياَة ِز اَي َدًة يِل يِف ِّلُك َخ ٍرْي‬

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Nabi


Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: “Ya Allah, perbaiki bagiku agamaku
yang menjadi penjaga urusanku, dan perbaiki bagiku duniaku yang di

18
dalamnya ada penghidupanku, dan perbaiki bagiku akhiratku yang kesana
tempat kembaliku, dan jadikanlah hidup ini selalu menambah kebaikan
bagiku, dan jadikanlah kematian sebagai kebebasanku dari kejahatan”
(HR.Muslim)

Allah Swt. adalah tempat meminta dan tempat bergantung. Tempat


berkeluh kesah dari segala masalah. Tempat mencurahkan resah dan
gundah setiap hambanya. Dalam kondisi seperti itu maka berdoalah
kepada-Nya
Allah mengisyaratkan dalam QS. Ghafir (40):60 sebagai berikut:
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam
dalam Keadaan hina dina".
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah akan mengabulkan doa
setiap hamba-Nya. Dan Allah melaknat orang-orang yang
menyombongkan diri karena tidak mau berdoa kepada-Nya
2. Hadis Riwayat Muslim dari Mustaurid

‫َح َّد َثَنا َقْيٌس َقاَل ِمَس ْع ُت ُم ْس َتْو ِر ًدا َأَخا َبيِن ِف ْهٍر َيُقواُل َقاَل َر ُس وُل اِهَّلل َص ىَّل اُهَّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل َو اِهَّلل‬
‫َم ا اُّدل ْنَيا يِف اآْلِخ َر ِة اَّل ِم ْثُل َم ا ْجَي َع ُل َأَح ُد ْمُك ْص َبَع ُه َه ِذِه َو َأَش اَر ْحَي ىَي اِب لَّس َّباَبِة يِف اْلِّمَي َفْلَيْنُظ ْر َمِب‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َتْر ِج ُع‬
Telah menceritakan kepada kami Qais, berkata: Aku mendengar
Mustaurid, salah seorang dari bani Fihr berkata: Aku mendengar
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Demi Allah, tidaklah
dunia di akhirat kecuali seperti sesuatu yang dijadikan oleh jari salah
seorang dari kalian -Yahya berisyarat dengan jari telunjuk di laut- maka
perhatikanlah apa yang dibawa." (HR. Muslim)

Hendaknya manusia berhati-hati dengan dunia, karena ia tampak


menyenangkan dan menggiurkan. Jangan sampai karena terpesona dengan

19
indahnya dunia kelak di akhirat yang kekal menjadi sengsara. Dalam QS.
Ali-Imran (3):14 Allah berfirman: “Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

3. Analisis tema kuseimbangkan kehidupan dunia dan akhirat dengan usaha


dan ibadah.
Hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah tersebut mengisyaratkan
lima hal penting yang harus menjadi permohonan kepada Allah dalam
doa-doa kita.
1) “Ya Allah, perbaiki bagiku agamaku yang menjadi penjaga urusanku”.
Ini mengisyaratkan betapa pentingnya berpegang teguh pada agama
Allah. Jika agama seseorang rusak, maka rusak pula kehidupannya,
baik di dunia maupun di akhirat. Dan begitu pula jika agamanya baik,
maka baik pula kehidupannya di dunia dan akhirat.
Dengan demikian maka selayaknya kita memohon agar selalu
dapat pertolongan Allah dalam perbaikan agama. Dengan semakin baik
agama kita, maka menjalankan kehidupan dunia ini pun akan semakin
baik. Kita akan menjadikan kehidupan dunia senantiasa sejalan dengan
perintah-perintah Allah, tetapi sebaliknya semakin lemah agama kita
maka akan semakin jauh pula dari ketaatan kepada Allah.
2) “Ya Allah perbaiki bagiku duniaku yang di dalamnya ada
penghidupanku”. Ini mengisyaratkan bahwa kita boleh meminta
kepada Allah agar urusan dunia menjadi baik. Meminta rezeki yang
halal, cukup, dan bermanfaat. Meminta keluarga yang sakinah,
mawaddah, warahmah. Meminta kebutuhan dunia baik sandang,
papan, dan pangan serta pekerjaan untuk dekat dengan Allah Swt.
Meminta ilmu yang bermanfaat untuk menuju akhirat. Sehingga
dengan ketercukupan dunia tersebut menjadi tenang dan tentram.

20
3) “Ya Allah perbaiki bagiku akhiratku yang kesana tempat kembaliku.”
Ini permintaan kepada Allah agar selalu dapat beramal saleh sampai
ajal menjemput. Apa pun yang kita miliki, mintalah kepada Allah agar
dapat menghantarkan kita ke kebahagiaan akhirat.
4) “Ya Allah jadikanlah hidup ini selalu menambah kebaikan bagiku.” Ini
permintaan agar umur yang Allah berikan dapat digunakan untuk
selalu berbuat baik. Dapat melaksanakan ibadah baik langsung kepada
Allah melalui salat, puasa, dan haji ataupun melalui sesama manusia
dengan infak dan sedekah.
5) “Ya Allah jadikanlah matiku sebagai kebebasanku dari kejahatan”
Dalam doa ini berisi harapan agar ketika kematian tiba Allah
membebaskan, memaafkan atas kejahatan, kesalahan, kekeliruan
selama hidup di dunia. Dengan datangnya kematian benar-benar dapat
kembali kepada Allah dengan husnul khatimah. Dan dengan kemati,
sebagai akhir perilaku yang tidak sesuai dengan perintah Allah.

Dalam hadis Riwayat Muslim dari Mustaurid memberikan peringatan


kepada kita bahwa dunia ini bagai air diujung jari yang dicelupkan
kelautan. Dunia ini sangat sedikit, kecil dan sementara yang kekal dan
abadi adalah kehidupan akhirat. Sebagai orang yang beriman harus
memiliki pandangan bahwa yang ada di dunia ini, baik harta, kekuasaan,
dan kekuatan materi apapun hanyalah sebagai sarana untuk amal akhirat.
Dunia ini adalah jembatan penyebrangan menuju akhirat untuk menuju
surga. Dan surga hanya diperuntukan bagi orang-orang senantiasa beramal
saleh selama di dunia.

III. KELAS 9
A. BAB III MENGGAPAI KEBERKAHAN HIDUP DENGAN JUJUR
DALAM MUAMALAH (KAJIAN HADIS TENTANG JUJUR
DALAM MUAMALAH)

1. Hadits riwayat Baihaqi dari Ibnu Abbas

21
‫َع ِن اْبِن َع َّباٍس َقال َقاَل َر ُس ْو ُل ِهللا َص ىَّل ُهللا َعَلْي ِه َو َس َمَّل اَي َمْع َرَش الُّتَّج اِر ِاَّنْمُك َقْد َو َلْيْمُت‬
‫َاْم ًر اَه َلَكْت ِف ْيِه ْا ُألَم ُم الَّس اِلَفُة اِملْكَياُل َو ْا ِملَزْي اُن‬
“Dari Ibnu Abbas Ra. berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai para
pedagang, sesungguhnya kalian menguasai urusan yang telah
menghancurkan umat terdahulu, yakni takaran dan timbangan”. (HR.
Baihaqi)

Hadis ini merupakan peringatan keras kepada para pedagang untuk


menyempurnakan takaran dan timbangan, agar tidak binasa seperti umat
terdahulu (yang berlaku curang dengan mengurangi atau melebihkan
takaran dan timbangan).

Takaran dan timbangan adalah dua alat ukur yang mendapat


perhatian agar benar-benar dipergunakan secara tepat dan benar dalam
perekonomian Islam sehingga terwujud keadilan dan kemakmuran.

Perintah berlaku jujur dengan menyempurnakan takaran dan


timbangan banyak kita jumpai dalam al-Qur‟an, diantaranya QS. Al-Isra‟
(17): 35: “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan
timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama dan lebih
baik akibatnya”.

Terjadinya kecurangan dalam menakar dan menimbang karena


adanya ketidakjujuran yang didorong oleh sifat tamak, rakus, ingin
mendapat keuntungan besar tanpa peduli dengan kerugian orang lain.

Para pebisnis mendapat peringatan ini, karena pada umumnya


mereka menginginkan keuntungan besar dengan berbagai cara, terutama
pada pelaku bisnis online sekarang ini, karena penjual dan pembeli tidak
ketemu langsung. Selain kecurangan dalam hal takaran dan timbangan,
banyak kecurangan yang dilakukan oleh para pebisnis saat ini. Seperti saat
transaksi online, ada penjual mengobral janji, ketika dana telah ditransfer,
barang tak kunjung datang. Ada juga penjual yang mengelabuhi pembeli

22
dengan gambar, foto atau tulisan yang tidak sesuai kenyataan dan hanya
ingin menarik pelanggan, sehingga menimbulkan kekecewaan dan
kerugian pembeli.

2. HADIS RIWAYAT TIRMIDZI DARI HASAN BIN ALI RA.

‫َع ْن َح َس ِن ْبِن َعٍّيِل َم ا َح ِفْظ َت ِم ْن َر ُس وِل اِهَّلل َص ىَّل اُهَّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل َقاَل َح ِفْظ ُت ِم ْن َر ُس وِل‬
‫اِهَّلل َص ىَّل اُهَّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل َد ْع َم ا َيِر يُبَك ىَل َم ا اَل َيِر يُبَك َف َّن الِّص ْد َق ُط َم ْأِنيَنٌة َو َّن اْلَكِذ َب ِر يَبٌة‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Dari Hasan bin Ali Ra.: Aku menghafal dari Rasulullah
Saw.:"Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak
meragukanmu karena kejujuran itu ketenangan dan dusta itu keraguan."

Hadis ini menjelaskan tentang perintah Rasulullah Saw untuk


meninggalkan segala sesuatu yang membuat kita ragu-ragu menuju kepada
sesuatu yang membawa kita kepada ketenangan. Kejujuran adalah hal
yang membawa kita kepada ketenangan, sementara dusta; curang,
membawa kita kepada keraguan. Beberapa ulama menjelaskan tentang
bentuk-bentuk kejujuran meliputi: (1) kejujuran berucap; (2) kejujuran
berbuat; (3) kejujuran bermuamalat; (4) kejujuran bertekad; (5) kejujuran
berniat; dan (6) kejujuran berjanji.

3. Analisis tema materi menggapai keberkahan hidup dengan jujur dalam


muamalah

Hadis-hadis ini dapat memberikan pandangan yang baik tentang


pentingnya jujur dalam interaksi sehari-hari dan transaksi bisnis. Di
samping itu, dapat membantu siswa memahami nilai-nilai Islam yang
mendasari perilaku etis dalam kehidupan sehari-hari.

Hadis-hadis ini dapat digunakan dalam pembelajaran untuk


membahas konsep-konsep seperti kejujuran, etika berbisnis, dan tanggung
jawab dalam transaksi komersial. Siswa dapat mendiskusikan implikasi

23
praktis dari hadis-hadis ini dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana
mereka dapat menerapkannya dalam konteks mereka sendiri.

B. BAB VI PANTANG MENYERAH MERAIH KEBAHAGIAAN


DENGAN ILMU
1. Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah

‫ َر َو اُه ُم ْس مِل‬. ‫َس َّهَل ُهللا ُهَل َط ِر ْيًقا ىَل اَجلَّنِة‬,‫َمْن َس َكَل َط ِر ْيًقاَيْلَتِم ُس ِف ْيِه ِعْلًم ا‬
‫ِإ‬
“Dari Abu Hurairah bahwasannya Rosulullah SAW. bersabda:
“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka
Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (H.R. Muslim)

Hadis tersebut menerangkan bahwa seseorang yang menempuh perjalanan


untuk menuntut ilmu, akan dimudahkan jalannya menuju ke surga.
Seorang muslim yang berjuang untuk menuntut ilmu, terutama dalam
mempelajari agamanya dengan benar dan ikhlas, lalu mengamalkannya
sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw., dia akan dapat beribadah dengan
benar, berbuat kebaikan, melakukan hal-hal yang bermanfaat, menolong
sesamanya, maka dia menjadi hamba yang diridhai Allah SWT. Dan
balasannya adalah surga. Hal ini dapat dimaknai bahwa seseorang yang
berjuang keras untuk mencari ilmu dia akan dimudahkan jalannya untuk
meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebagaimana Imam Syafi‟i pernah
menyebutkan:

‫َمْن َأَر اَد اُّدل ْنَيا فعليه ابلعمل ومن أراد اآلخرِة َفَع َلْي ِه ابلعمل وَمْن َأَر اَد َلَكُهَم ا َفَع َلْي ِه اِب ْلِع ِمْل‬
“Barangsiapa yang berharap kebahagiaan dunia, hendaknya (diraih) dengan
ilmu. Barangsiapa berharap kebahagiaan akhirat hendaknya diraih dengan
ilmu, dan barangsiapa berharap kebahagiaan dari keduanya, hendaknya juga
diraih dengan ilmu”.

24
2. Hadits riwayat Ibnu Majah dari Shafwan Bin ‘Assal AL-Muradi

‫َص ْفَو اَن ْبَن َع َّس اٍل اْلُمَر اِد َّي َفَقاَل َم ا َج اَء ِبَك ُقْلُت ُأْنِبُط اْلِع َمْل َقاَل َف يِّن ِمَس ْع ُت َر ُس وَل اِهَّلل َص ىَّل اُهَّلل‬
‫ِإ‬
‫َعَلْي ِه َو َس َمَّل َيُقوُل َم ا ِم ْن َخ اِر ٍج َخ َر َج ِم ْن َبْيِتِه يِف َط َلِب اْلِع ِمْل اَّل َو َض َع ْت ُهَل اْلَم اَل ِئَكُة َأْج ِنَحَهَتا ِر ًض ا‬
‫ِإ‬
‫ِبَم ا َيْص َنُع‬
“Dari Shafwan bin Assal al-Muradi, ia berkata; "Ada apa engkau datang?"
aku lalu menjawab; "Aku ingin mengambil ilmu dari sumbernya." Ia berkata;
Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Tidaklah seseorang
yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu kecuali para malaikat akan
mengepakkan sayapsayapnya untuk orang tersebut karena ridha dengan apa
yang ia kerjakan."

Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk mencari ilmu, maka para
malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk orang tersebut. Sebagian
ulama berpendapat seperti halnya manusia menengadahkan tangan untuk
berdoa, karena ia mencari sesuatu yang sangat berharga untuk kehidupan dan
keselamatan dunia dan akhirat.

Jalan yang dilalui orang yang mencari ilmu adalah jalan menuju surga, yakni
menempuh jalan untuk mencari ilmu yang mengantarkan kepada ridha Tuhan.
Sebagai balasannya, para malaikat pun meletakkan sayapnya sebagai bentuk
ketawadhuan, penghormatan, dan pemuliaan terhadap ilmu yang ia miliki,
yaitu warisan para nabi.

Menuntut ilmu membutuhkan motivasi, kesabaran, keuletan dan perjuangan


yang tinggi untuk meraih mutiara kehidupan, yaitu ilmu yang bermanfaat.
Semangat untuk mengamalkan ilmu juga sebagai pendorong yang kuat dalam
penguasaan ilmu. Ali bin Abi Thalib Ra. berkata: “Sesungguhnya yang
disebut orang „alim adalah orang yang beramal dengan ilmunya dan ilmunya
sesuai dengan amalnya.” Jika seorang yang berilmu, tetapi tidak
mengamalkan ilmunya, maka dia tetap dianggap orang yang bodoh (jahil).

25
Ilmu yang benar adalah ilmu yang mendorong pemiliknya untuk
mengamalkan ilmunya dan dapat menambah rasa takutnya kepada Allah Swt.

3. Analisis tema materi pantang menyerah meraih kebahagiaan dengan ilmu

Hadis-hadis tersebut dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk terus


berusaha, belajar, dan tidak menyerah dalam menghadapi tantangan atau
kesulitan dalam kehidupan mereka. Di samping itu, hadis ini juga
menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dalam mencapai kebahagiaan dan
kesuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Hadis ini dapat dijadikan landasan untuk memotivasi siswa agar terus
berusaha dalam mengejar ilmu pengetahuan. Mereka dapat memahami bahwa
setiap upaya yang mereka lakukan dalam belajar akan mendapatkan pahala
dari Allah SWT dan membawa mereka lebih dekat menuju kebahagiaan di
dunia dan akhirat.

Pembelajaran tema tersebut dengan menggunakan hadis tadi juga dapat


melibatkan diskusi tentang pentingnya pendidikan dalam Islam, bagaimana
ilmu pengetahuan dapat membantu dalam meningkatkan kualitas kehidupan,
dan bagaimana siswa dapat mengatasi rintangan atau kesulitan dalam proses
pembelajaran mereka. Hal ini juga dapat mendorong siswa untuk
mengembangkan sikap pantang menyerah, ketekunan, dan semangat untuk
terus belajar dan berkembang.

26
BAB III

KESIMPULAN

Hadits yaitu sebagai segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi


Muhammad SAW, baik ucapan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan), sifat fisik
dan psikis, baik sebelum beliau menjadi nabi atau sudah menjadi nabi. Adapun
manfaat mempelajari Hadits diantaranya yaitu memahami ajaran Islam lebih
mendalam, mendekatkan diri kepada Rasulullah SAW, menguatkan keimanan dan
ketakwaan, serta pengetahuan hukum Islam.

Materi pembelajaran mengenai hadits dalam buku Al-Qur'an Hadits


Madrasah Tsanawiyah kelas VII, VIII, dan IX terdapat 7 materi hadits yang
dibahas, yaitu Hadits tentang Al-Qur’an dan hadits pedoman hidupku, menggapai
kebahagiaan dengan sabar dan syukur, kukuatkan iman melalui beramal saleh
dengan benar dan ikhlas, kuraih kehidupan akhirat dengan menjauhi gaya hidup
materialistik, hedonis, dan konsumtif, kuseimbangkan kehidupan dunia dan
akhirat dengan usaha dan ibadah, menggapai keberkahan hidup dengan jujur
dalam muamalah, dan pantang menyerah meraih kemenangan dengan ilmu.

Tema-tema tersebut sangat relevan dengan kebutuhan peserta didik


Madrasah Tsanawiyah karena sangat berkaitan dengan kehidupan keseharian
peserta didik di lingkungannya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Hafid, M. A. (Cetakan ke-1, Tahun 2020). AL-QUR‟AN HADIS MTS KELAS VII.
Jl. Lapangan Banteng Barat No 3-4 Lantai 6-7 Jakarta 10110: Direktorat
KSKK Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI.

Khoiriyah, N. (2020). AL-QUR‟AN HADIS MTS KELAS IX. Jl. Lapangan


Banteng Barat No 3-4 Lantai 6-7 Jakarta 10110: Direktorat KSKK
Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian agama.

Sidik, U. (Cetakan ke-1, Tahun 2020). AL-QUR‘AN HADIS MTS KELAS VIII. Jl.
Lapangan Banteng Barat No 3-4 Lantai 6-7 Jakarta 10110: Direktorat
KSKK Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI.

28

Anda mungkin juga menyukai