Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA, SUMBER


KEWENANGAN, DAN TANGGUNGJAWAB JABATAN

Disusun untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Hukum Administrasi Negara
Dosen Pengampu:
Ahmadi Abdul Shomad Faiz Nahdhiyanto, M.H

HTN 3-F
Disusun oleh Kelompok 3:
1. Achmad Abdul Hafidz (126103213255)
2. Elmalia Nur Rofiah (126103212133)
3. Erlinda Adisa Rahmatika (126103212134)
4. Nafa’ Roziq Prasetyan Samudra (126103213270)
5. Nurul Alysia (126103213273)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

OKTOBER 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT, atas segala
karunia dan rahmat-Nya sehingga proposal tentang Sumber hukum administrasi
negara, sumber kewenangan dan tanggungjawab jabatan dapat terselesaikan
dengan baik. Tak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa abadi tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW agar kelak mendapat syafaatnya di
dunia dan akhirat.

Sehubungan dengan terselesaikannya makalah ini, maka penulis


mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Bapak Dr. Nur Efendi, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum.
3. Bapak Ahmad Gelora Mahardika, M.H. selaku Kordinatoor Program Studi
Hukum Tata Negara.
4. Bapak Ahmadi Abdul Shomad Faiz Nahdhiyanto, M.H selaku dosen mata
kuliah Hukum Administrasi Negara.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya proposal ini.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT,
dan tercatat sebagai amal shalih. Akhirnya, proposal ini penulis suguhkan kepada
segenap pembaca, dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat kondusif
demi perbaikan. Semoga makalah ini bermanfat dan mendapat ridho Allah SWT.

Tulungagung, Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.........................................................................................................................
Kata Pengantar............................................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................................
Abstrak......................................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................
D. Manfaat Penelitian................................................................................................

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................


A. Pengertian Sumber Hukum Administrasi Negara.............................................
1. Sumber Hukum Material............................................................................
2. Sumber Hukum Formal..............................................................................
B. Pengertian Kewenangan Administrasi Negara..................................................
1. Perolehan kewenangan, atribusi, delegasi, dan mandat
administrasi................................................................................................
C. Pengertian dan Esensi Tanggungjawab Jabatan..............................................
1. Pengertian Tanggungjawab Jabatan Administrasi.....................................
2. Esensi Tanggungjawab Jabatan Administrasi...........................................

BAB III : METODE PENELITIAN...................................................................................


A. Jenis Penelitian................................................................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................................
C. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................
D. Teknik Analisis Data............................................................................................
E. Jadwal Penelitian...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA, SUMBER
KEWENANGAN, DAN TANGGUNGJAWAB JABATAN

Achmad Abdul Hafidz1, Elmalia Nur Rofiah2,


Erlinda Adisa Rahmatika3, Nafa’ Roziq Prasetyan Samudra4, Nurul
Alysia5

Hukum Tata Negara UIN Sayyid Ali Rahmatullah


Jl. Major Sujadi Timur 46 Tulungagung
Email: masapet1012@gmail.com, elmalia604@gmail.com,
erlindaadsr12@gmail.com, nafa.arjamania@gmail.com,
nurulalysia23@gmail.com

Abstract

Sources of law are everything that can give rise to rules and is a place
where you can find those rules. Sources of law can be grouped into two types,
namely sources of material law and sources of formal law. Material law
sources emphasize the factors that influence the content of the legal
provisions, while formal legal sources emphasize the form of legal rules. In
the source of state administrative law there is also authority, in the KBBI it is
interpreted the same as authority, namely the right and power to do
something. The source or acquisition of authority itself comes from
attribution, delegation and mandate. Position responsibilities relate to the
validity of government legal actions taken by officials for and on behalf of the
position (ambtshalve). According to F.R. Bothlingk, “both representatives and
those represented are actors, but that does not mean that both have
responsibilities. With regard to legal acts, the answer is clear." Legal action is

1
Mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Sayyid Ali
Rahmatullah, Tulungagung, Jawa Timur, email:
masapet1012@gmail.com
2
Mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Sayyid Ali
Rahmatullah, Tulungagung, Jawa Timur, email:
elmalia604@gmail.com
3
Mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Sayyid Ali
Rahmatullah, Tulungagung, Jawa Timur, email:
erlindaadsr12@gmail.com
4
Mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Sayyid Ali
Rahmatullah, Tulungagung, Jawa Timur, email:
nafa.arjamania@gmail.com
5
Mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Sayyid Ali
Rahmatullah, Tulungagung, Jawa Timur, email:
nurulalysia23@gmail.com

iv
a statement of will and responsibility specifically directed to the party whose
will is stated, namely the represented party, which in essence provides more
protection to the community by minimizing the possibility of abuse of
authority.

Keywords: Sources of law, State Administration Authority, Essence of Position


Responsibilities
Abstrak

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan aturan


dan merupakan tempat dimana dapat menemukan aturan tersebut. Sumber
hukum dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yakni sumber hukum material
dan sumber hukum formal. Sumber hukum material lebih menekankan
faktor-faktor yang memengaruhi isi ketentuan hukum tersebut, sedangkan
sumber hukum formal lebih menekankan bentuk aturan hukum. Dalam
sumber hukum administrasi negara juga terdapat kewenangan, dalam KBBI
diartikan sama dengan wewenang, yaitu hak dan kekuasaan untuk
melakukan sesuatu. Sumber atau perolehan kewenangan itu sendiri berasal
dari atribusi, delegasi dan mandat. Tanggung jawab jabatan berkenan dengan
keabsahan tindakan hukum pemerintahan yang dilakukan oleh pejabat untuk
dan atas nama jabatan (ambtshalve). Menurut F.R. Bothlingk, “baik wakil
maupun yang diwakili adalah pelaku, namun tidak berarti bahwa keduanya
mempunyai tanggung jawab. Berkenaan dengan perbuatan hukum,
jawabannya jelas”. Perbuatan hukum adalah pernyataan kehendak dan
tanggung jawab secara khusus tertuju kepada pihak yang kehendaknya
dinyatakan, yakni pihak yang diwakili yang pada esensinya memberikan
perlindungan yang lebih kepada masyarakat dengan meminimalisasi
kemungkinan penyalahgunaan kewenangan.

Kata Kunci: Sumber hukum, Kewenangan Administrasi Negara, Esensi


Tanggungjawab Jabatan

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia ialah negara hukum. Indonesia memiliki kekuatan untuk


mengendalikan tindakan masyarakat demi tencapainya nilai-nilai yang positif.
Hukum di Indonesia mengatur banyak aspek kehidupan, mulai dari sosial,
politik, ekonomi, budaya maupun agama. Namun keberadaan hukum
ditengah-tengah masyarakat, makin lama makin tidak menunjukkan
ketegasan serta mulai diabaikan oleh masyarakat.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hukum, tentu harus mengetahui


sebagian aspek yang dikaji didalam ilmu hukum, salah satunya adalah sumber
hukum. Sumber hukum merupakan sesuatu yang mendasar supaya
mengetahui asal muasal hukum yang dijadikan acuan dan pedoman hidup,
agar tidak hanya tahu dan menjalankannya tanpa pengetahuan mengapa hal
itu bisa ada sehingga bisa menjadi sebuah aturan yang mengikat. Istilah
sumber hukum juga digunakan dalam berbagai macam makna karena hukum
itu dapat ditinjau dari berbagai cara.

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai sumber hukum administrasi negara, sumber kewenangan dan
tanggungjawab jabatan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian sumber hukum administrasi negara?
2. Apa yang dimaksud dengan sumber hukum material dan formal?
3. Apa pengertian kewenangan administrasi?
4. Bagaimana perolehan kewenangan, atribusi, delegasi, dan mandat
administrasi?
5. Apa pengertian dan esensi tanggungjawab jabatan administrasi?

6
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengertian sumber hukum administrasi negara
2. Untuk mengetahui sumber hukum material dan formal
3. Untuk mengetahui pengertian kewenangan administrasi
4. Untuk mengetahui perolehan kewenangan, atribusi, delegasi, dan mandat
administrasi
5. Untuk mengetahui pengertian dan esensi tanggungjawab jabatan
administrasi

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penulisan proposal penelitian ini dapat memberikan
manfaat edukasi dan pengetahuan bagi semua orang khususnya bagi para
pihak pembaca atau calon peneliti lain dalam mengkaji atau menganalisis
terkait sumber hukum administrasi negara, sumber kewenangan dan
tanggungjawab jabatan. Dengan demikian, hal ini dapat dijadikan sebagai
referensi atau pedoman bagi para pihak pembaca atau calon peneliti lain
yang ingin mengkaji secara lebih dalam dari pokok masalah yang penulis
teliti diatas.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penelitian
dalam rangka meningkatkan pemahaman edukasi terkait sumber hukum
administrasi negara, sumber kewenangan dan tanggungjawab jabatan bagi
semua orang, khususnya bagi para pihak pembaca atau calon peneliti
lain dalam suatu proses pengkajian.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sumber Hukum Administrasi Negara


Sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan aturan
dan merupakan tempat dimana dapat menemukan aturan tersebut. Secara
singkat, apabila hendak mencari ketentuan-ketentuan yang mengatur hukum
administrasi negara, tempat tersebut adalah sumber hukum administrasi
negara. Sumber hukum dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yakni sumber
hukum material dan sumber hukum formal. 6

1. Sumber Hukum Material


Sumber hukum dalam arti material ialah sumber hukum sebagai
tempat asalnya hukum itu sendiri. Sumber hukum material adalah faktor-
faktor yang ikut mempengaruhi materi dan isi dari aturan-aturan hukum
atau faktor-faktor masyarakat yang memengaruhi pembentukan hukum
dan tempat dimana materi hukum itu diambil. Faktor-faktor tersebut
meliputi:
a. Sumber Hukum Historis/ Faktor sejarah
Faktor sejarah menjadi sumber hukum material, ini berati faktor
sejarah ikut berpengaruh atas penentuan materi aturan hukum dalam
hukum administrasi negara dari sudut sejarah. 7 Ada dua jenis sumber
hukum historis/ faktor sejarah, antara lain:
1) Undang-undang dan sistem hukum tertulis yang berlaku pada
masa lampau di suatu tempat.
2) Dokumen-dokumen dan surat-surat serta keterangan lain dari
masa lampau.
Sumber hukum dari sudut historis ini yang paling relevan adalah
undang-undang dan sistem hukum tertulis di masa lampau. Sebab

6
Yos Johan Utama, Pengertian Administrasi Negara dan
Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: Sang Media, 2014),
hal 39
7
Rizma Devi Febriani, Jurnal “Sumber-Sumber Hukum Administrasi Negara dan
Kodifikasi Hukum Administrasi Negara,” (Palembang: Universitas Sriwijaya, 2019), hal. 3

8
undang-undang dan sistem hukum tertulis merupakan hukum yang
betul-betul berlaku, sedangkan dokumen dan surat-surat keterangan
hanya bersifat mengenalkan hukum yang berlaku di masa lampau.
b. Sumber Hukum Sosiologis/ Faktor Sosiologis
Dari sudut sosiologis, sumber hukum material itu adalah seluruh
masyarakat. Sudut ini menyoroti lembaga-lembaga sosial sehingga
dapat diketahui apakah yang dirasakan sebagai hukum oleh lembaga-
lembaga itu. Dari pengetahuan tersebutlah dapat dibuat materi hukum
yang sesuai dengan kenyataan sosiologisnya. Bisa dikatakan bahwa
faktor-faktor sosial dalam masyarakat dapat mempengaruhi isi hukum
positif, faktor tersebut bisa meliputi pandangan ekonomis, pandangan
agamais, dan psikologis. 8
c. Sumber Hukum Filosofis/ Faktor Filosofis
Dalam sumber hukum dalam arti filosofis terdapat dua hal yang
dapat menjadi sumber hukum, yaitu:
1) Sebagai ukuran/ sumber untuk menentukan bahwa sesuatu bersifat
adil. Karena hukum itu dimaksudkan antara lain untuk
menciptakan keadilan, maka hal-hal yang secara filosofis
dianggap adil dijadikan juga sumber hukum material.
2) Sebagai faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk menaati
kewajiban terhadap hukum. Hukum itu diciptakan agar ditaati,
oleh sebab itu, semua faktor yang dapat mendorong seseorang taat
pada hukum harus diperhatikan dalam pembuatan aturan hukum
positif. Dengan kata lain, sumber hukum filosofis mengandung
makna agar hukum sebagai kaidah perilaku memuat nilai-nilai
positif tersebut.

2. Sumber Hukum Formal


Sumber hukum dalam arti formal ialah sumber hukum dimana hukum
itu sendiri ditemukan. Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang
dilihat dari segi bentuk dan pembentukannya. Karena bentuknya itu

8
Rizma Devi Febriani, Jurnal “Sumber-Sumber Hukum Administrasi Negara dan
Kodifikasi Hukum Administrasi Negara,” (Palembang: Universitas Sriwijaya, 2019), hal. 3

9
menyebabkan hukum itu berlaku umum, diketahui, dan ditaati. 9 Sumber
hukum formal dapat berbentuk tertulis dan tidak tertulis. Sumber hukum
administrasi negara secara formal ini terdiri dari:
a. Undang-Undang atau Hukum Tertulis
Undang-Undang adalah peraturan negara yang dibentuk oleh alat
perlengkapan negara yang berwenang dan mengikat masyarakat
umum. Undang-Undang dalam hal ini dibedakan menjadi:
1) Undang-Undang dalam arti formal, adalah undang-undang yang
dihasilkan oleh presiden bersama Dewan Perwakilan Rakyat yang
berisi aturan tingkah laku yang mengikat umum. Dengan kata lain
Undang-Undang dalam arti formal yaitu produk hukum yang
dilihat dari cara pembentukannya. Hal ini dipertegas dalam
rumusan Pasal 1 ayat (3) UU No. 10 Tahun 2004, yang dimaksud
dengan undang-undang adalah peraturan perundang-undangan
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan
bersama Presiden.
2) Undang-Undang dalam arti material adalah peraturan perundang-
undangan, yaitu produk hukum tertulis yang dikeluarkan pejabat
yang berwenang yang isinya mempunyai sifat mengikat penduduk
secara langsung. Berdasarkan pasal 7 ayat (1) UU No. 12 tahun
2011 tentang jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan
terdiri atas UUD 1945, Ketetapan MPR, UU atau Perpu, PP,
Perpres, Perda Provinsi dan Kota/Kabupaten.10
Perbedaan dari kedua macam Undang-Undang tersebut terletak pada
sudut peninjauannya. Undang-Undang dalam arti material ditinjau dari
sudut isinya yang mengikat umum, sedangkan Undang-Undang dalam
arti formal ditinjau dari segi pembuatan dan bentuknya. Untuk
memudahkan membedakannya, maka undang-undang dalam arti
material biasanya diistilahkan dengan peraturan perundang-undangan,

9
Rizma Devi Febriani, Jurnal “Sumber-Sumber Hukum Administrasi Negara dan
Kodifikasi Hukum Administrasi Negara,” (Palembang: Universitas Sriwijaya, 2019), hal. 4
10
Ibid., hal. 4

10
sedangkan undang-undang dalam arti formal disebut dengan undang-
undang.
b. Yurisprudensi adalah putusan hakim administrasi yang telah lalu yang
memutus perkara administrasi dan sudah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap. Putusan hakim dapat menjadi sumber hukum administrasi
negara. Kedudukan yurisprudensi dalam Hukum Administrasi Negara
sangat penting, sehubungan dengan adanya asas hakim aktif dalam
Peradilan Tata Usaha Negara yang berfungsi melengkapi dan
memperkaya Hukum Administrasi Negara.
c. Traktat/ Perjanjian adalah perjanjian internasional yang diadakan, baik
oleh dua negara (perjanjian bilateral) ataupun dilakukan oleh lebih dari
dua negara (perjanjian multilateral). Akibat perjanjian ini ialah pihak-
pihak yang bersangkutan terikat pada perjanjian yang mereka adakan
itu (Pacta sun servanda). 11
d. Doktrin adalah pendapat para ahli. Doktrin dapat menjadi sumber
hukum formal Hukum Administrasi Negara sebab pendapat para ahli
itu dapat melahirkan teori-teori dalam lapangan Hukum Administrasi
Negara yang kemudian dapat mendorong timbulnya kaidah-kaidah
Hukum Administrasi Negara. Doktrin baru menjadi sumber hukum
bila diterima oleh masyarakat tanpa proses perundangan. 12
e. Praktik Administrasi Negara / Konvensi/ Hukum Tidak Tertulis
Konvensi adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam praktik penyelenggaraan negara. Konvensi yang menjadi
sumber hukum administrasi negara adalah praktek dan keputusan-
keputusan hukum pejabat administrasi negara atau hukum tak tertulis,
tetapi dipraktekkan dalam kenyataan oleh pejabat administrasi negara.
Meskipun tidak tertulis, konvensi yang berupa praktik pejabat-pejabat
pemerintahan ini penting mengingat Hukum Administrasi Negara yang
selalu bergerak dan sering dituntut perubahannya oleh situasi.
Tuntutan situasi yang terjadi tiba-tiba itu sulit diimbangi dengan
11
Rizma Devi Febriani, Jurnal “Sumber-Sumber Hukum Administrasi Negara dan
Kodifikasi Hukum Administrasi Negara,” (Palembang: Universitas Sriwijaya, 2019), hal. 5
12
Ibid., hal. 6

11
lahirnya hukum tertulis. Oleh sebab itu, perlu adanya konvensi sebagai
hukum tidak tertulis.

B. Pengertian Kewenangan Administrasi Negara


Dalam hukum administrasi negara pejabat tata usaha negara merupakan
pelaku utama dalam melakukan perbuatan dan tindakan hukum fungsi pokok
pemerintahan dan fungsi pelayanan pemerintahan, namun dalam melakukan
tindakan dan perbuatannya harus mempunyai kewenangan yang jelas. Dalam
banyak literatur, sumber kewenangan berasal dari atribusi, delegasi dan
mandat. Sebelum mengetahui atribusi, delegasi dan mandat, terlebih dahulu
yang perlu dipahami ialah mengenai kewenangan dan wewenang. 13
Secara konseptual, istilah wewenang atau kewenangan sering disejajarkan
dengan istilah Belanda “bevoegdheid” yang berarti wewenang atau berkuasa.
Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dalam Hukum Tata
Pemerintahan (Hukum Administrasi), karena pemerintahan baru dapat
menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang diperolehnya. Pengertian
kewenangan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sama dengan
wewenang, yaitu hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Definisi
kewenangan menurut beberapa ahli, antara lain:
a. Menurut Prajudi Atmosudirjo, kewenangan adalah apa yang disebut
kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi
oleh Undang-Undang) atau dari kekuasaan eksekutif/administratif.
Kewenangan merupakan kekuasaan terhadap segolongan orang-orang
tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan tertentu yang
bulat. Sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu
saja. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang. Wewenang
adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik. 14
b. S.F Marbun, menyebutkan wewenang mengandung arti kemampuan untuk
melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis adalah

13
Yusri Munaf, Hukum Administrasi Negara, (Pekanbaru:
Marpoyan Tujuh, 2016), hal 52
14
Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara,
(Jakarta: Gralia Indonesia, 1981), hal 34

12
kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku
untuk melakukan hubungan-hubungan hukum. Wewenang itu dapat
mempengaruhi terhadap pergaulan hukum, setelah dinyatakan dengan
tegas wewenang tersebut sah, baru kemudian tindak pemerintahan
mendapat kekuasaan hukum (rechtskracht). Pengertian wewenang itu
sendiri akan berkaitan dengan kekuasaan. 15
c. Bagir Manan, menyatakan dalam Hukum Tata Negara, kekuasaan
menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Wewenang
mengandung arti hak dan kewajiban. Hak berisi kebebasan untuk
melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu atau menuntut pihak
lain untuk melakukan tindakan tertentu. Kewajiban memuat keharusan
untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu Dalam hukum
administrasi negara wewenang pemerintahan yang bersumber dari
peraturan perundang-undangan diperoleh melalui cara-cara yaitu atribusi,
delegasi dan mandat. 16
Dari beberapa pendapat ahli di atas, aspek kewenangan atau
kompetensi yang dimiliki oleh aparat pemerintah cirinya ada dua yaitu:
1) Kewenangan atributif (orisinal) adalah kewenangan yang diberikan
langsung oleh peraturan perundang-undangan.
2) Kewenangan non atributif (non orisinal) adalah kewenangan yang
diberikan karena adanya pelimpahan/peralihan wewenang. 17
Dalam hukum administrasi negara pelimpahan wewenang ada 2 (dua)
yakni:
a) Mandat, pemberi mandat dinamakan mandans, penerimanya
dinamakan mandataris. Dalam mandat hanya sebagian wewenang
yang dilimpahkan dan yang terpenting adalah tanggung
jawab/pertanggungjawaban tetap pada pembuat wewenang. Jika
mandat digugat, yang digugat ialah pemberi mandat dan penerima
mandat.
15
Yusri Munaf, Hukum Administrasi Negara, (Pekanbaru:
Marpoyan Tujuh, 2016), hal 53
16
Ibid., hal 54
17
Ibid., hal 56

13
b) Delegasi, pemberi delegasi namanya delegans, penerimanya
dinamakan delegatoris. Dalam delegasi semua wewenang beralih
pada si penerima delegasi termasuk pertanggungjawaban. Jika
delegasi digugat, maka hanya menggugat satu yakni si penerima
delegasi. Untuk memperjelas delegasi Ten Berge, menyatakan
bahwa syarat-syarat delegasi antara lain:
- Delegasi harus definitif, artinya delegans tidak dapat lagi
menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu,
- Kewajiban memberi keterangan (penjelasan), artinya
delegans berwenang untuk meminta penjelasan tentang
pelaksanaan wewenang tersebut.
- Peraturan kebijakan (beleidsregel), artinya delegans
memberikan instruksi (petunjuk) tentang penggunaan
wewenang tersebut. 18
Kewenangan yang non orisinil itu sifatnya insedantal, tidak
permanen. Dalam HAN juga mengatur mengenai
ketidakwenangan aparat, apa penyebab aparat tidak berwenang
(onbevoegdheid) ada 3 yakni:
- Ratione Material, aparat pemerintah tidak berwenang karena
isi/materi kewenangan tersebut. Contoh: Wapres Jusuf Kalla
membuat Kewapres, namun tidak sah karena kepres
monopoli Presiden.
- Ratione Loccus, aparat pemerintah tidak berwenang
kaitannya dengan wilayah hukum. Contoh: Keputusan
Walikota Sleman tidak sah diberlakukan di wilayah Bantul.
- Ratione Temporis, aparat pemerintah tidak berwenang karena
daluwarsa atau telah lewat waktu yang ditentukan dalam
peraturan perundangundangan yang berlaku.19 Contoh:
kewenangan PTUN mempunyai jangka waktu 40 hari.

18
Yusri Munaf, Hukum Administrasi Negara, (Pekanbaru:
Marpoyan Tujuh, 2016), hal 57
19
Yusri Munaf, Hukum Administrasi Negara, (Pekanbaru:
Marpoyan Tujuh, 2016), hal 57

14
1. Perolehan kewenangan, atribusi, delegasi, dan mandat administrasi
Indroharto mengemukakan, bahwa wewenang diperoleh secara
atribusi, delegasi, dan mandat, yang masing-masing dijelaskan sebagai
berikut: Wewenang yang diperoleh secara atribusi, yaitu pemberian
wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan. Jadi, disini dilahirkan/diciptakan suatu wewenang
pemerintah yang baru. Pada delegasi terjadilah pelimpahan suatu
wewenang yang telah ada oleh Badan atau Jabatan TUN yang telah
memperoleh suatu wewenang pemerintahan secara atributif kepada Badan
atau Jabatan TUN lainnya. Jadi, suatu delegasi selalu didahului oleh
adanya sesuatu atribusi wewenang. Pada mandat, disitu tidak terjadi suatu
pemberian wewenang baru maupun pelimpahan wewenang dari Badan
atau Jabatan TUN yang satu kepada yang lain. 20

C. Pengertian dan Esensi Tanggungjawab Jabatan


1. Pengertian Tanggungjawab Jabatan Administrasi
Definisi dari jabatan di dalam KBBI adalah pekerjaan (tugas) dalam
pemerintahan atau organisasi. Jabatan adalah suatu lembaga dengan
lingkup pekerjaan sendiri yang dibentuk untuk waktu lama dan kepadanya
21
diberikan tugas dan wewenang. Berdasarkan Hukum Tata Negara,
jabatan yang dibebani dengan kewajiban, yang diberi wewenang untuk
melakukan perbuatan hukum. Hak dan Kewajiban berjalan terus, tidak
peduli dengan pergantian pejabat, karena kewenangan itu melekat pada
jabatan, sementara tanggung jawab dalam bidang publik itu terkait dengan
kewenangan, maka beban tanggung jawab itu pada dasarnya juga melekat
pada jabatan. 22
Tanggung jawab jabatan ini berkenan dengan keabsahan tindakan
hukum pemerintahan yang dilakukan oleh pejabat untuk dan atas nama

20
Ibid., hal 53
21
Ridwan, Diskresi dan Tanggung Jawab Pemerintah,
(Yogyakarta: FH UII Press, 2014), hal 197
22
Ridwan, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: UII
Press, 2003), hal 77

15
jabatan (ambtshalve). Menurut F.R. Bothlingk, baik wakil maupun yang
diwakili adalah pelaku, namun tidak berarti bahwa keduanya mempunyai
tanggung jawab. Berkenaan dengan perbuatan hukum, jawabannya jelas.
Perbuatan hukum adalah pernyataan kehendak dan tanggung jawab secara
khusus tertuju kepada pihak yang kehendaknya dinyatakan, yakni pihak
yang diwakili. Wakil tidak menyatakan kehendaknya sendiri, karena itu
meletakan tanggung jawab kepadanya tidak pada tempatnya. 23
Terkait dengan kewenangan, diskresi juga merupakan wewenang
yakni wewenang bebas (vrij bevoegdheid), diskresi melekat pada jabatan.
Sebagai sesuatu yang melekat pada jabatan, penggunaan diskresi itu pada
dasarnya adalah dalam rangka melaksanakan kewengan jabatan. Dengan
kata lain ketika pejabat pemerintah menggunakan diskresi, yakni bertindak
untuk dan atas nama jabatan (ambtshalve). Pejabat pemerintah yang
menggunakan diskresi, selama tindakan itu dilakukan dalam lingkungan
formil wewenangnya atau dilakukan dalam rangka melaksanakan
kewenangan jabatan, semua konsekuensi yang timbul akan jadi tanggung
jawab jabatan. Bentuk tanggung jawab jabatan dalam penggunaan diskresi
dengan bentuk peraturan kebijakan ada kalanya bertentangan dengan asas-
asas hukum yang berlaku.

2. Esensi Tanggungjawab Jabatan Administrasi


Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Administrasi
Pemerintahan, yang pada esensinya memberikan perlindungan yang lebih
kepada masyarakat dengan meminimalisasi kemungkinan penyalahgunaan
kewenangan dengan pengaturan tentang penyelenggaraan administrasi
pemerintahan, prosedur administrasi pemerintahan, syarat-syarat sahnya
(formal maupun materiil) suatu keputusan administrasi pemerintahan,
upaya administratif terhadap keputusan administrasi pemerintahan,
tanggung jawab administrasi pemerintahan serta sanksi administratifnya,
dan memberikan kewenangan kepada PTUN (Peradilan Tata Usaha
Negara) untuk menyelesaikan sengketa tersebut.

23
Julista Mustamu, “Diskresi dan Tanggungjawab Administrasi Pemerintahan,” Jurnal
Sasi Vol. 17, no. 2 (2011): 7

16
Tanggung jawab administrasi berupa hukuman disiplin dijatuhkan
oleh pejabat yang berwenang menghukum, atas hasil penelitian yang
seksama terhadap ASN yang disangka melanggar kewajiban dan larangan
yang ditentukan, harus setimpal dengan pelanggaran disiplin sehingga
dapat diterima oleh rasa keadilan. Apabila hukuman disiplin dirasakan
oleh ASN yang dijatuhi hukuman sebagai tindakan yang tidak adil, maka
ia dapat mengajukan keberatan kepada pejabat atasan, dan dalam hal-hal
tertentu dapat disampaikan kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian. 24
Tanggung jawab administrasi berupa hukuman disiplin diberikan tidak
lain adalah untuk memperbaiki serta mendidik ASN itu sendiri, serta untuk
melancarkan aktifitas penyelenggaraan tugas-tugas kedinasan secara baik.
Hukuman disiplin dapat dibagi menurut tingkat dan jenis, masing-masing
sesuai dengan sifat dan berat atau ringannya pelanggaran yang diperbuat,
serta akibat yang ditimbulkannya atas pelanggaran yang dibuat oleh ASN
yang bersangkutan. Di dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010. 25

24
Elim Riedel Chistmas, “Tanggungjawab Administrasi Aparatur Sipil Negara Terhadap
Perbuatan Melawan Hukum Dalam Menjalankan Kewenangannya” Jurnal Vol. VI, no. 4 (2018),
hal 119
25
Ibid., hal 119

17
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan salah satu aspek yang berperan penting dalam
kelancaran atau keberhasilan dalam penelitian, dengan menggunakan metode
penelitian yang tepat maka permasalahan penelitian dapat terjawab dan tujuan
penelitian dapat tercapai. Maka dari itu, metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu metode analisa induktif, dimana
proses penelitian dan pemberian makna terhadap data dan informasi lebih
ditonjolkan, dengan ciri utama metode ini adalah bentuk narasi yang bersifat
kreatif dan mendalam serta naturalistik.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Dalam penelitian yang membahas mengenai “Sumber hukum administrasi
negara, sumber kewenangan dan tanggungjawab jabatan” akan dilaksanakan
pada bulan November sampai Desember 2022. Bertempat di Kabupaten
Tulungagung dan sekitarnya. Alasan-alasan metodologis untuk menentukan
lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian pada prinsipnya mencangkup kriteria
sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian telah dikenal oleh peneliti dan mudah mendapatkan key
informan, sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan informasi.
2. Selain itu peneliti mengambil tempat tersebut dikarenakan tempat tersebut
masih berada dalam ruang lingkup domisili peneliti, dan diharapkan lebih
bisa membantu penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data


Data merupakan faktor terpenting dalam suatu penelitian, dan teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Kepustakaan
Pengumpulan data melalui tahap penelitian kepustakaan, yaitu melalui
kegiatan pengumpulan bahan-bahan yang berhubungan dengan penelitian

18
dari jurnal ilmiah, dokumen dan publikasi lainnya, yang layak dijadikan
sumber dalam rencana penelitian ini.
2. Observasi
Pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung objek yang
diteliti di lokasi penelitian. Dari penelitian observasi kita dapat melihat
secara langsung situasi dan kondisi yang terjadi dan dapat mengadakan
penilaian selanjutnya. Observasi dilakukan dengan cara memantau serta
mengamati kondisi wilayah yang akan diteliti. Teknik penelitian pada
tahap ini dilakukan dengan cara pengumpulan data primer apabila
informasi yang diperoleh sebelum diolah menjadi sebuah data peneliti
terjun langsung untuk mengamati (melakukan dengan observasi yang
hanya menggunakan pengamatan panca indra tanpa peneliti ikut di
dalamnya). Atau menggunakan teknik partisipan observert dimana
peneliti terjun langsung di dalam pengamatannya, untuk tujuan
mendapatkan data yang mendalam, dan juga teknik wawancara yang
dilakukan dengan cara peneliti melakukan tanya jawab pada informan,
selain melakukan pencarian data dengan wawancara, observasi peneliti
juga melakukan perbandingan dari hasil penelitian sebelumnya yang
memiliki fokus penelitian yang sama. Atau bisa juga digunakan sebagai
penggambaran data, agar hasil dari penelitian yang dilakukannya
memiliki kekutaan yang lebih valid. Data sekunder dapat diperoleh
melalui buku, buku, artikel, makalah, dan jurnal ilmiah. Data sekunder
dapat juga berguna sebagai gambaran dari hal-hal yang berhubungan
dengan fokus penelitian yang diteliti. Dalam penelitian kali ini peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data primer dengan menggunakan cara
observasi dan kuesioner yang ditujukan pada subjek penelitian yang
dijadikan perespon dari asumsi-asumsi peneliti yang membutuhkan
tanggapa (responden) seperti pengamatan, observasi, wawancara,
pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling, pengisisian
angket, teknik pengamatan atau observasi digunakan secara langsung
ketika peneliti itu melakukan proses wawancara, yaitu melakukan
pengamatan terhadap pola-pola tindakan responden dalam menanggapi

19
pertanyaan (ekspresi, wajah, gerak tubuh dan lain sebagainya). Ada juga
yang menggunakan teknik penelitian sekunder yakni mengambil dari
penelitian serupa yang dijadikan pembanding terhadap hasil penelitian
yang diteliti. Setelah melalui observasi barulah hasil informasi yang
diperoleh kemudian dideskripsikan yang isinya penggambaran dari data
yang diperoleh peneliti di lapangan.

D. Teknik Analisis Data


a. Pengolahan data
Kegiatan merapikan hasil pengumpulan data dilapangan agar
diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji sehingga
siap dipakai untuk dianalisis.
b. Teknik Analisa Data
Setelah didapatkan data-data yang diperlukan maka peneliti
melakukan analisis secara kualitatif, yakni dengan menggambarkan
data yang ada untuk menjawab pertanyaan berdasarkan teori-teori yang
ada sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.

c. Jadwal Penelitian
Penelitian kepustakaan yang dimana melalui kegiatan mengumpulkan bahan-
bahan yang berkaitan dengan penelitian yang berasal dari jurnal-jurnal ilmiah,
literatur-literatur serta publikasi lain yang layak dijadikan sumber dalam
proposal penelitian ini.
Tabel Rencana Kerja Penelitian
NO Nama Kegiatan Kalenderisasi Penelitian Bulan
November-Desember
01-10 10-20 21-30 01-20
Novembe November November Desember
r
1. Penyusunan Proposal
2. Studi Pustaka

3. Pra-Penelitian
4. Penelitian

20
DAFTAR PUSTAKA

Atmosudirdjo, Prajudi. 1981. Hukum Administrasi Negara. Jakarta:


Gralia Indonesia
Chistmas, Elim Riedel. 2018. “Tanggungjawab Administrasi Aparatur Sipil
Negara Terhadap Perbuatan Melawan Hukum Dalam Menjalankan
Kewenangannya” Jurnal Vol. VI, no. 4
Febriani, Rizma Devi. 2019. Jurnal “Sumber-Sumber Hukum Administrasi Negara
dan Kodifikasi Hukum Administrasi Negara”. Palembang: Universitas
Sriwijaya
Munaf, Yusri. 2016. Hukum Administrasi Negara. Pekanbaru: Marpoyan Tujuh
Mustamu, Julista. 2011. “Diskresi dan Tanggungjawab Administrasi
Pemerintahan,” Jurnal Sasi Vol. 17, no. 2
Ridwan. 2014. Diskresi dan Tanggung Jawab Pemerintah.
Yogyakarta: FH UII Press.
______. 2003. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: UII Press
Utama, Yos Johan. 2014. Pengertian Administrasi Negara dan Hukum
Administrasi Negara. Yogyakarta: Sang Media.

21

Anda mungkin juga menyukai