PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Di negara maju, trikuspid stenosis merupakan kelainan klinis yang sangat jarang terjadi.
Trikuspid stenosis (TS) hanya terjadi pada kurang dari 1 % populasi penduduk Amerika Serikat.
Walaupun kelainan ini ditemukan pada sekitar 15% dari hasil otopsi pasien dengan penyakit
jantung rematik, hanya sekitar 5% dari jumlah temuan tersebut yang diperkirakan memiliki
Trikuspid stenosis dapat muncul sebagai penyebab sekunder, berkisar antara 0,3 hingga
3,2%. Hal ini diamati lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria, mirip dengan mitral
stenosis (MS) akibat rematik. Penyakit katup trikuspid reumatik terisolasi jarang terjadi, dan
kelainan ini umumnya menyertai penyakit katup mitral, yang mendominasi presentasi. Meskipun
penyakit jantung rematik merupakan etiologi dari sekitar 90% kasus TS, hanya pada 3% hingga
5% pasien penyakit jantung rematik dengan kelainan katup mitral juga disertai dengan TS.4
Karena pasien dengan TS rematik hampir selalu disertai dengan kelainan pada katup mitral,
sulit untuk memisahkan gejala khusus obstruksi katup trikuspid dari gejala stenosis ataupun
regurgitasi pada katup mitral.7 Pada laporan kasus ini, akan dibahas kasus seorang wanita
aritmia, dengan pembahasan fokus pada trikuspid stenosis yang ditemukan dari ekokardiografi.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Hemiparese Dextra et Causa Cerebral Infarction dari Departemen Neurologi. Pasien kemudian
dikonsulkan ke Departemen Kardiologi dengan diagnosis Coronary Artery Disease dan aritmia.
Pasien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan awal kelemahan yang dirasakan di bagian tubuh
dan anggota gerak sebelah kanan dan memiliki kesulitan saat berbicara yang dialami secara tiba
– tiba sejak 4 hari yang lalu. Pasien memiliki riwayat sesak napas, terutama yang muncul
khususnya jika berjalan jauh. Sebelumnya pasien juga memiliki riwayat keluhan jantung
berdebar. Tidak ada riwayat sesak napas yang muncul secara tiba – tiba saat malam hari ataupun
saat berbaring. Tidak ada Riwayat demam atau nyeri sendi yang bermigrasi dari lutut, angkel,
dan siku. Tidak ada faktor resiko terkait penyakit jantung sebelumnya seperti riwayat penyakit
hipertensi, diabetes melitus atau penyakit jantung dalam keluarga. Pasien tidak merokok dan
Hasil pemeriksaan fisis didapatkan pengukuran kesadaran dengan skala GCS E4M6Vx,
tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 80 kali/menit, frekuensi napas 18 kali/m enit, suhu 36.5o C,
saturasi O2 98% on room air. Pada pemeriksaan kepala tidak didapatkan anemis ataupun ikterus,
pada pemeriksaan inspeksi leher didapatkan JVP R+4 cmH2O. Pemeriksaan fisis paru terdengar
bunyi vesikuler, tanpa disertai bunyi ronki dan wheezing. Sementara itu pada pemeriksaan
jantung ditemukan bunyi I dan II tunggal irregular, dan diastolic murmur grade III/IV di apex
dan batas parasternal kiri bawah. Pada pemeriksaan abdomen dalam batas normal dan
pemeriksaan ekstremitas tidak didapatkan adanya edema, maupun sianosis, serta akral teraba
hangat.
Dari hasil pemeriksaan elektrofisiologi yang didapatkan pada saat pasien dalam perawatan
menunjukkan irama supraventricular, heart rate rata – rata 60 kali/menit, irregularly irregular
dengan right axis deviation, fibrillatory gelombang P, durasi kompleks QRS 0.06 detik, tidak
dengan Prothrombin time 31.5 detik, aPTT 21.7 detik dan INR 3.21. Hasil lain menunjukkan
adanya gangguan pada kadar elektrolit seperti kadar natrium 138 mmol/l, kalium 4.2 mmol/l,
Hasil Laboratorium
Wbc 15.9 10^3/uL 4.00-10.0
Neut/Lymph/Mono/Eo/ 92.9/5.6/1.4/0.0/0. %
Baso 1
Hasil pemeriksaan MSCT kepala tanpa kontras menunjukkan infark luas ganglia basalis
sinistra hingga lobus frontotemporal sinistra yang mendesak dan menyempitkan ventrikel lateral