Anda di halaman 1dari 4

Nama : Liana Agustin

NIM : 2010111211
Kelas : E
Dosen : DRA. PUSPORINI, MM

SOAL ESSAY
1.
a) HRD harus menentukan bagaimana cara untuk memilih individu yang kompeten untuk
mengisi posisi tertentu sesuai kualifikasi yang dibutuhkan. Proses rekrutmen dan
manajemen sumber daya manusia (SDM) sangat berpengaruh dalam hal ini. Jika sudah
terlanjur, komunikasi antara manajer, karyawan, dan HRD tentang bagaimana cara
menengahi dan berkompromi dengan gaya kepemimpinan mana yang sebaiknya
digunakan. Pastikan jenis gaya kepemimpinan yang digunakan sesuai dengan budaya
tempat kerja dan nilai perusahaan.
b) Pastikan bahwa peran dan tanggung jawab karyawan diklasifikasi dengan sejelas-jelasnya
sebelum memulai pekerjaan sehingga semua orang mengetahui apa yang diharapkan dari
mereka dan apa yang harus dikerjakan untuk memenuhi harapan tersebut. Jika karyawan
belum mampu bekerja secara maksimal, maka akan dilakukan evaluasi kinerja untuk
mencari tahu apa yang bisa dilakukan berkaitan dengan kinerja si karyawan.
c) Dalam penyelesaian jangka pendek, dibutuhkan orang-orang dengan keterampilan
mediasi yang kuat untuk menyelesaikan konflik kepribadian tersebut. Mediasi
membutuhkan seseorang yang dapat mengambil sikap independen dan memahami
kebutuhan, berempati, dan mengesampingkan emosi yang terjadi. Sementara untuk
langkah jangka panjang, HRD dapat menetapkan kebijakan dan menyusun buku pedoman
karyawan yang membantu menjelaskan ekspektasi tentang apa yang dapat diterima serta
melatih karyawan dalam keragaman tempat kerja. Dengan demikian, cara tersebut akan
menumbuhkan kecerdasan emosional, toleransi dan pemahaman terhadap orang lain.
d) Pada dasarnya setiap gaya bekerja mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Memahami dan menghormati gaya kerja setiap anggota tim penting dalam membentuk
kerja tim yang sukses. Setiap anggota tim yang saling terbuka, memahami dan
berkompromi bagaimana cara kerjasama dengan gaya bekerja yang berbeda.
e) Contoh konflik saat brainstorming sebetulnya tidak terlalu mengkhawatirkan asal dapat
dikendalikan. Brainstorming sangat baik untuk mencari ide untuk perkembangan
perusahaan. Konflik dalam brainstorming atau diskusi bisa dikendalikan dengan
membangun kepercayaan dan rasa hormat. Maka, brainstorming atau diskusi tetap bisa
dilakukan dengan meminimalisir potensi dampak negatif pada karyawan, budaya
perusahaan, dan produktivitas. Membangun budaya terbuka dengan komunikasi efektif,
di mana karyawan cukup cerdas secara emosional untuk memahami pemicu emosional
dalam mereka sendiri dan menghargai perasaan orang lain adalah kunci terjalinnya
brainstorming yang sehat.
2.
a) Tidak, karena KAP Andersen sudah melanggar prinsip kode etik, yaitu :
- Tanggung Jawab : KAP Andersen sudah mengabaikan tanggung jawabnya
dilihat dari keterlibatannya dalam laporan audit perusahaan Enron yang
dimanipulasi,
- Kepentingan Publik : Tindakan KAP Andersen adalah untuk kepentingan
oribadi bukan untuk melayani kepentingan publik serta tidak menunjukkan
komitmen atas profesionalnya
- Objektivitas dan Indenpedensi : KAP Andersen mengikuti perintah pengacara
Enron untuk memanipulasi laporan audir serta pemusnahan dokumen atas
kebangkrutan Enron.

b) Tidak, karena tanggungjawab seorang akuntan tidak hanya untuk memenuhi


kebutuhan klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya
seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang difokuskan pada
kepentingan public, tetapi di sisi lain, Enron telah melakukan berbagai macam
pelanggaran praktik bisnis dan keluar dari prinsip good corporate governance.

c) Andersen tidak melaksanakan etika manajerial, ia telah melanggar etika sebagai


auditor kemudian bekerjasama dalam memanipulasi laporan keuangan enron, hal
ini menunjukkan Andersen tidak bersikap independen dan mengabaikan tanggung
jawabnya.

d) Tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh KAP Enderson yaiitu bersedia untuk
memenuhi tuntutan di keadilan. KAP Enderson juga harus membayar sekitar $32
Miliar kepada para pemegang saham Enron yang merasa dirugikan atas perbuatan
KAP Enderson.

e) Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para


investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang
dilakukan perusahaan publik. Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam
Sarbanes-Oxley Act :
- Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan jasa
non audit kepada perusahaan yang diaudit
- Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan sebelum
melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena
definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris
menjadi audit committee.
- Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan
jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
- KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee yang
menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif
perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan
dengan manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi
auditor.
- KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting
officer, controller klien sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit
klien tersebut setahun sebelumnya.

f) Tidak, Karena dari kasus ini Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar
kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan
bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya
mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat menjatuhkan
kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen. Dalam
kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap independen tidak dilakukan oleh
KAP Arthur Andersen. Terlebih KAP Arthur Andersen tidak selayaknya menjadi
penasehat atau konsultan (terlebih yang dibayar sangat mahal, diatas kewajaran)
atas perusahaan yang menjadi klien auditnya. Karena perbuatan mereka inilah,
kedua-duanya menuai kehancuran dimana Enron bangkrut dengan meninggalkan
hutang milyaran dolar sedangkan KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan
keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut,
juga berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana
mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini.

g) Kesimpulan, Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang
seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk
dilanggar. Yang menyebabkan kebangkrutan dan keterpurukan pada perusahaan
Enron adalah Editor, Arthur Andersen yang merupakan kantor akuntan Enron.
Keduanya telah bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga
merugikan berbagai pihak. Enron telah melanggar etika dalam bisnis dengan
melakukan manipulasi laporan keuangan serta penghancuran dokumen atas
kebangkrutan Enron untuk mempertahankan klien. Sedangkan Arthur Andersen
yang bertindak sebagai auditor pun telah melanggar etika profesinya sebagai
seorang akuntan. Arthur Andersen telah melakukan kerjasama dalam
memanipulasi laporan keuangan enron. Hal ini jelas Arthur Andersen tidak
bersikap independen sebagaimana yang seharusnya sebagai seorang akuntan.

Menurut saya, dari kasus ini Enron dan KAP Arthur Andersen telah melanggar
kode etik dan ingkar dari tanggung jawab yang seharusnya menjadi pedoman
dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Pelanggaran tersebut
awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya menjatuhkan
kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen. Di dalam
kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap menjunjung tinggi integritas dan
profesionalisme tidak dilakukan oleh KAP Arthur Andersen. Karena perbuatan
mereka inilah, kedua-duanya telah mendapat kehancuran dimana Enron bangkrut
dengan meninggalkan hutang milyaran dolar sedangkan KAP Arthur Andersen
sendiri kehilangan kepercayaan dari masyarakat dan karyawan terhadap KAP
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai