Anda di halaman 1dari 1

PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI telah mengajukan permohonan sejumlah proposal

keringanan biaya kepada pemerintah untuk menjaga kondisi keuangan perseroan. Beban utang
dari Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh semakin membesar usai cairnya
tambahan pinjaman dari China Development Bank (CDB) untuk pembayaran pembengkakan
biaya atau cost overrun. Yang jadi masalah, selain harus menanggung cicilan utang pokok dan
bunga ke China, KAI juga harus ikut menanggung biaya operasional karena target penumpang
masih berada di bawah target. Akibat penjualan tiket yang belum mencukupi, arus kas
perusahaan ikut terganggu karena harus menanggung keuangan di konsorsium PT Kereta
Cepat Indonesia China (KCIC). Baca juga: Kilas Balik Kereta Cepat, Minta Konsesi 50 Tahun,
tapi Ditolak Jonan EVP Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji mengatakan,
pinjaman untuk menambal pembengkakan biaya proyek KCJB atau Whoosh ini menjadi
tanggungan KAI sebagai pemimpin konsorsium BUMN dalam proyek KCJB. "Bagaimana cara
lunasinya? Kita meminta dukungan, karena namanya infrastruktur dibebankan ke operator berat
sekali ya. Masa bangun trek itu dibebankan ke kita yang cuma nyari tiket, kan istilahnya begitu,"
ujar Agus dikutip pada Jumat (26/4/2024). Agus secara blak-blakan menyebut, kemampuan
keuangan KAI cukup berat untuk membayar utang dan bunga ke CDB. Sehingga bantuan
pemerintah sangat diharapkan, misalnya saja dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN)
dari APBN. Selain suntikan APBN, lanjut Agus, KAI juga berharap ada stimulus berupa
pembebasan biaya Infrastructure Maintenance and Operation (IMO) pada kereta konvensional,
pembebasan pajak, dan pembebasan biaya penggunaan rel (Track Access Charge/TAC). Baca
juga: Kenapa Jonan Dulu Keberatan dengan Proyek Kereta Cepat? Namun untuk biaya IMO,
Agus bilang, saat ini sudah ada regulasi yang membuat biaya tersebut dibebankan ke
Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Saat ini KAI sudah mengajukan sejumlah permintaan
dukungan tersebut ke Komite KCJB yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman
dan Investasi serta beranggotakan Menteri Keuangan, Menteri Badan Usaha Milik Negara, dan
Menteri Perhubungan. "Sudah mengajukan. Keputusannya masih belum. Tapi kita berharap itu
didukung, kalau enggak, agak susah kita (bayar utang ke China)," ucapnya. Sebagai informasi,
total cost overrun KCJB yang telah disepakati oleh pemerintah Indonesia dan China sebesar 1,2
miliar dollar AS setara Rp 18,6 triliun. Baca juga: Pernah Dilawan Jonan, Konsesi KCJB Kini
Malah Diizinkan Jadi 80 Tahun Siapa yang menanggung utang KCJB? Jika mengacu pada
keputusan pemerintah terdahulu, sejatinya proyek KCJB murni bisnis, sehingga uang APBN
dilarang digunakan di pembiayaan proyek ini. Dalam beberapa kesempatan sejak peletak batu
pertama proyek, baik Presiden Jokowi maupun para pembantunya, berungkali menegaskan
bahwa Kereta Cepat Jakarta Bandung adalah murni dilakukan BUMN. Menggunakan skema
business to business, pemerintah berjanji bahwa biaya investasi sepenuhnya berasal dari modal
anggota konsorsium dan pinjaman dari China. Dana juga bisa berasal dari penerbitan obligasi
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai