Anda di halaman 1dari 59

PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA
LANSIA DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI
KOTA MAKASSAR

Oleh :

LAILY KADARIYAH
A1C222058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
T.A 2023
PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA
LANSIA DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI
KOTA MAKASSAR

Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di
Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Megarezky

Oleh :
LAILY KADARIYAH
A1C222058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2023/2024

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dengan judul:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA
LANSIA DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI
KOTA MAKASSAR
Disusun dan diajukan oleh :

LAILY KADARIYAH
A1C222058
Telah Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji Proposal Pada Hari Senin Tanggal
11 Desember 2023 Di Lantai 2 Ruang Kewirausahaan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Megarezky

Mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II

(Alfyan Rahim, S.Kep.,Ns.,MSN.) (Imran Pashar, S.Kep, Ns.,M.Kep)


NIDN. 0923038604 NIDN. 0901019402

Penguji

(Juhelnita Bubun, S.Kep.,Ns.,M.Kep.)


NIDN . 0903068302

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Sudirman Efendi, S.Kep.,Ns.,M.Kep.


NIDN .0913068603

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini dengan judul : “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Lansia Di Rumah Sakit Labuang
Baji Kota Makassar”, yang merupakan salah satu persyaratan untuk
mencapai gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Megarezky.
Proposal ini merupakan upaya dan kerja keras dari penulis untuk
mendapatkan sesuatu yang terbaik, meskipun penulis menyadari bahwa
didalamnya masih banyak terdapat kekeliruan dan kekurangan serta masih
jauh dari apa yang diharapkan.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis mengalami banyak tantangan
dan hambatan, namun berkat usaha dan kemauan serta kerja sama yang baik
dari semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, oleh
karena itu, perkenanlah penulis dengan segala hormat dan kerendahan hati
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
terkhusus penulis ucapkan kepada Ayahanda (Asriansyah) dan Ibunda
(Diana Mayasari) serta seluruh keluarga besar penulis atas segala perhatian,
pengorbanan, kasih sayang serta doa restunya yang luar biasa selama ini.
Kepada Bapak Alfyan Rahim,S.Kep.,Ns.,MSN. Selaku Pembimbing I dan
Bapak Imran Pashar,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembimbing II dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya
untuk memberikan perhatian, bimbingan dan arahan kepada penulis, serta
Ibu Juhelnita Bubun,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji yang telah
meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan masukan dan arahan
guna perbaikan proposal ini.
Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada :

iv
1. Bapak Dr. H. Alimuddin, SH.,MH.,MKn. Selaku Pembina YPI
Megarezky Makassar.
2. Ibu Hj. Suryani, SH.,MH. Selaku ketua YPI Megarezky Makassar.

3. Bapak Prof. Dr. Anwar Ramli, S.E.,M.Si. Selaku Rektor Universitas


Megarezky.
4. Ibu Dr. Syamsuriyati, S.ST.,SKM.,M.Kes. Selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan.

5. Bapak Sudirman Efendi, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Ketua Program


Studi Pendidikan Profesi Ners.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Universitas Megarezky yang telah
memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan
pendidikan selama ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Angkatan Prog. B 2022 yang tak
dapat penulis sebutkan satu per satu yang secara langsung maupun
tidak langsung telah memberikan dukungan, dorongan moril dan
berbagai bantuan selama perkuliahan sampai menyelesaikan
pendidikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu dengan hati terbuka penulis siap menerima
kritik dan saran dari pihak manapun yang konstruktif dan sifatnya
membangun untuk kesempurnaan penulis yang akan datang.

Makassar, 2023

Penulis,

(Laily Kadariyah)

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN................................ Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL............................................................................................... viii

DAFTAR BAGAN................................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 5

D. Manfaat penelitian ........................................................................................ 6

E. Bidang Ilmu.................................................................................................. 7

F. Keaslian penelitian ....................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 9

A. Tinjauan Umum Penyakit Jantung Koroner................................................. 9

B. Tinjauan Umum Lansia .............................................................................. 24

C. Kerangka Teori........................................................................................... 27

D. Kerangka Konsep ....................................................................................... 28

E. Variabel Penelitian ..................................................................................... 29

F. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 30

vi
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 30

B. Populasi Dan Sampel Penelitian ................................................................ 30

C. Definisi Operasional................................................................................... 32

D. Tempat Penelitian....................................................................................... 33

E. Waktu Penelitian ........................................................................................ 33

F. Alat Pengumpulan Data ............................................................................. 33

G. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 34

H. Rencana Analisis Data ............................................................................... 35

I. Etika Penelitian .......................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ......................................................................... 7


Tabel 3.1 Definisi Operasional..................................................................... 28

viii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 23


Bagan 2.2 Kerangka Konsep ........................................................................ 24
Bagan 3.1 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 31

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Kusioner Data Demografi
Lampiran 4 Lembar Ceklis
Lampiran 5 Surat Pengantaran Data Awal

x
DAFTAR SINGKATAN

SINGKATAN Nama Pemakaian


pertamakali
pada halaman
ACS Acute Coronary Syndrome 12
ASPAC Anisolated plasminogen streptokinase 15
Activator
CAD Coronary Artery Desease 8
DM Diabetes Mellitus 18
E Tingkat Signifikan 27
EKG Elektrokardiografi 14
HDL High Density Lipoprotein 18
KMB Keperawatan Medikal Bedah 6
Mg Miligram 14
N Besar Populasi 27
n Besar Sampel 27
PJK Penyakit Jantung Koroner 1
RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar 2
r-TPA Recombinant Tissue Plasminogen 15
Streptokinase Activator
Scu-PA Single-chain Urokinase-type Plasminogen 15
Activator
STG Sustainable Development Goals 3
WHO World Health Organization 1

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi karena adanya timbunan plak


di dinding arteri yang memasok darah dan oksigen ke otot jantung (arteri
koroner) dan bagian tubuh lainnya sehingga jantung kekurangan suplai
darah dan oksigen (Shahjehan, 2021). Plak terbentuk dari timbunan koleste ro l
dan zat lain di arteri, akibat dari penumpukan plak tersebut yang kemudian
menyebabkan bagian dalam arteri terus menerus menyempit sehingga dapat
menghalangi sebagian atau seluruh aliran darah. Proses terjadinya hal ini disebut
aterosklerosis atau atherosclerosis (CDC, 2019). Penyebab utama kematian
di dunia berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun
2019 yaitu akibat penyakit jantung iskemik, yang menyebabkan sebesar
16% dari total kematian di dunia. Hingga tahun 2019, terjadi peningkatan
dari 2 juta kematian menjadi 8,9 juta kematian di dunia akibat penyakit
jantung iskemik (WHO, 2020)

Menurut WHO pada tahun 2020, penyakit kardiovaskular


menyumbang sekitar 25% dari hasil angka kematian dan mengalami
peningkatan, salah satu diantaranya berada di Asia Tenggara. Berdasarkan
data WHO bahwa penyakit jantung koroner menempati angka urutan
pertama dari sepuluh penyakit yang mematikan, angka kematian terbanyak
akibat penyakit jantung ditemukan sebanyak 35% atau sekitar 1,8 juta jiwa
kasus kematian akibat penyakit jantung. Menurut statistik dunia ada 9,4 juta
kematian setiap tahunnya yang disebabkan kardiovaskular dan 45%
disebabkan oleh jantung koroner. Berdasarkan WHO mencatat pada tahun
2015 diperkirakan ada 17,2 juta angka kematian dari 58 juta jiwa diseluruh
dunia dimana 30% diakibatkan karena penyakit jantung dan pembuluh
darah yang mengalami peningkatan yang pesat dari pada tahun 2005.
Tercatat bahwa jenis penyakit jantung yang paling banyak menyebabkan

1
2

kematian adalah penyakit jantung koroner yaitu sebanyak 44%. Menurut


WHO tahun 2016 terjadi peningkatan angka kematian akibat penyakit
jantung yakni terdapat 17,5 juta jiwa (31%) dari 58 juta angka kematian
disebabkan oleh penyakit jantung (WHO, 2016).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 menunjukkan


bahwa prevelensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 1,5% atau 15 dari
1.000 penduduk yang menderita penyakit jantung koroner, dengan jumlah
kasus terbanyak ada di daerah Kalimantan Utara sebesar 2,2%, angka
kematian yang disebabkan oleh PJK di Indonesia cukup tinggi mencapai
1,25 juta jiwa (Kemenkes, 2020). Berdasarkan laporan Nasional Riskesdes
pada tahun 2018 menunjukkan bahwa di Kalimantan Tengah prevelensi
penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur
terdapat sebesar 1,3% atau sebanyak 10.189 kejadian penyakit jantung
(Kemenkes RI, 2018).

Menurut Riskesdas Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2018 prevelensi


penyakit jantung yang terdiagnosis oleh dokter atau memiliki gejala
meningkat dengan bertambahnya usia, tertinggi pada kelompok usia 65-74
tahun sebesar 3,57%, kemudian menurun pada kelompok usia 75 tahun.
Data dinas kesehatan provinsi Sulawesi selatan menunjukkan pravalensi
penyakit jantung koroner yang terdiagnosis sebesar 2,9% sama halnya
denga stroke dengan pravalensi yang terdiagnosis sebesar 9,6% (Riskesdas,
2018). Hal tersebut menggambarkan bahwa angka kejadian penyakit tidak
menular khususnya penyakit jantung koroner dan stroke masih menjadi
ancaman termasuk Makassar dengan jumlah kematian akibat penyakit
jantung 499 orang atau sekitar 1% dari data Dinas Kesehatan Sulawesi
Selatan diikuti kematian akibat stroke yaitu sekitar 179 orang
(Kemenkes.RI, 2016).
Indonesia saat ini dihadapkan dengan tantangan besar masalah
kesehatan, dimana beban penyakit muncul secara bersamaan yang sering
dikenal dengan triple burden of disease. Salah satu daari ketiga beban
3

penyakit ini yaitu prevalensi penyakit tidak menular yang masih tinggi,
salah satunya yaitu penyakit kardiovaskular (Karyatin, 2019). Target
Sustainable Development Goals (SDG) menghimbau adanya pengurangan
kematian yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular, salah satunya
mengurangi sepertiga kematian dini akibat penyakit kardiovaskular pada
tahun 2030 dengan memperhatikan faktor risiko pencetusnya (Bappenas,
2020). Menurut Sumiarty dan Fitrianingsih (2020) faktor risiko penyakit
jantung koroner terbagi menjadi dua, yaitu faktor yang dapat diubah dan
faktor yang tidak dapat diubah. Faktor yang dapat diubah terdiri dari
hipertensi, diabetes mellitus, kolesterol, indeks massa tubuh, merokok dan
aktivitas fisik. Sedangkan faktor yang tidak dapat diubah terdiri dari jenis
kelamin, usia dan riwayat keluarga.

Risiko terkena penyakit jantung koroner meningkat seiring dengan


bertambahnya usia dan kejadian penyakit jantung koroner dapat timbul 10
tahun lebih awal pada pria (>45 tahun) dibandingkan wanita (>55 tahun),
masyarakat usia lebih dari 45 tahun sudah memasuki usia pralansia, pada
pralansia tubuh secara fisiologis menurun karena terjadinya penurunan
sekresi dan juga fisiologi tubuh, sehingga lama kelamaan akan munculnya
penyakit yang diakibatkan oleh masalah degeneratif. Namun, orang yang
mulai memasuki usia 55 tahun ke atas sudah mengalami perubahan di dalam
tubuh seperti penimbunan, penebalan dan kekakuan pembuluh darah
(Wibowo, dkk 2022). Laki-laki lebih berisiko untuk terkena penyakit
jantung koroner dibandingkan dengan perempuan. Insiden penyakit jantung
koroner pada laki-laki dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya
rokok. Kandungan yang terdapat pada rokok menyebabkan sumbatan pada
arteri koroner akan pecah atau ruptur (Najib, 2020). Perempuan dan laki-
laki memiliki faktor risiko untuk terkenan penyakit jantung koroner yang
sama. Namun perempuan memiliki mekanisme pertahanan tubuh sebelum
memasuki masa menopause, perempuan dengan usia yang sudah memasuki
massa menopause mengakibatkan aliran pada darah terganggu dan
berkurangnya hormon estrogen sehingga kejadian penyakit jantung koroner
4

akan meningkat. Hormon estrogen pada wanita berfungsi untuk menjaga


fleksibilitas aliran darah pada wanita, namun setelah menopause insiden
penyakit jantung koroner pada wanita meningkat pesat meskipun tidak
sebanyak pada laki-laki. Hormon estrogen memiliki sifat protektif pada
perempuan, namun setelah menopause hormon estrogen menjadi berkurang
dan menyebabkan tingkat risiko penyakit jantung menjadi tinggi (Karyatin,
2019).

Berdasarkan penelitian yang di lakukan di Rumah Sakit Labuang Baji


Kota Makassar terdapat jumlah kunjungan pasien pada poli jantung juga
meningkat 10.886 orang tahun 2006 dan 11.478 orang tahun 2007, tingginya
prevalensi penyakit jantung (khususnya penyakit jantung koroner)
diakibatkan oleh sejumlah faktor yang berhubungan dengan pola hidup dan
perilaku masyarakat yang cenderung mengalami pergeseran misalnya
merokok, makan makanan berlemak, kurangnya aktivitas fisik, faktor-faktor
tersebut dapat berisiko terhadap penyakit jantung koroner (Rsup et al.,
2018).
Berdasarkan pengambilan data awal yang dilakukan peneliti di
Rumah Sakit Labuang Baji Kota Makassar Tahun 2023 dari bulan Januari
hingga bulan September jumlah dengan pasien PJK 100 pasien sehingga
berdasarkan fenomena diatas maka peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit
jantung koroner pada lansia di rumah sakit labuang baji kota makassar.

B. Rumusan Masalah

Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi karena adanya timbunan plak


di dinding arteri yang memasok darah dan oksigen ke otot (arteri koroner)
dan bagian tubuh lainnya sehingga jantung kekurangan suplai darah dan
oksigen. Tercatat bahwa jenis penyakit jantung koroner paling banyak
menyebabkan kematian adalah penyakit jantung koroner yaitu sebanyaak
44%. Indonesia saat ini dihadapkan dengan tantangan besar masalah
5

kesehatan, dimana beban penyakit muncul secara bersamaan yang sering


dikenal dengan triple burden of disease.
Salah satu dari ketiga beban penyakit ini yaitu prevalensi penyakit
tidak menular yang masih tinggi, salah satunya yaitu penyakit
kardiovaskular, faktor risiko penyakit jantung koroner terbagi menjadi dua,
yaitu faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Risiko
terkena penyakit jantung koroner meningkat seiring dengan bertambahnya
usia dan kejadian penyakit jantung koroner dapat timbul 10 tahun lebih awal
pada pria (>45 tahun) dibandingkan Wanita (>55 tahun), laki-laki lebih
berisiko untuk terkena penyakit jantung koroner dibandingkan dengan
perempuan. Insiden penyakit jantung koroner pada laki-laki dipengaruhi
oleh berbagai faktor, salah satunya rokok, namun perempuan memiliki
mekanisme pertahanan tubuh sebelum memasuki masa menopause
mengakibatkan aliran pada darah terganggu dan berkurangnya hormone
estrogen sehingga kejadian penyakit jantung koroner akan meningkat.
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apa saja “faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit jantung
koroner pada lansia di Rumah Sakit Labuang Baji Kota Makassar?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner pada lansia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden pasien PJK di Rumah
Sakit Labuang Baji Kota Makassar
b. Untuk mengetahui gambaran faktor diabetes mellitus yang
berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner pada lansia
c. Untuk mengetahui gambaran faktor riwayat keluarga dengan
kejadian penyakit jantung koroner pada lansia
6

d. Untuk mengetahui gambaran faktor merokok dengan kejadian


penyakit jantung koroner pada lansia
e. Untuk mengetahui gambaran faktor hipertensi dengan kejadian
penyakit jantung koroner pada lansia
f. Untuk mengetahui gambaran faktor jenis kelamin dengan kejadian
penyakit jantung koroner pada lansia
g. Untuk mengetahui hubungan faktor diabetes mellitus dengan
kejadian penyakit jantung koroner pada lansia
h. Untuk mengetahui hubungan faktor riwayat keluarga dengan
kejadian penyakit jantung koroner pada lansia
i. Untuk mengetahui hubungan faktor merokok dengan kejadian
penyakit jantung koroner pada lansia
j. Untuk mengetahui hubungan faktor hipertensi dengan kejadian
penyakit jantung koroner pada lansia
k. Untuk mengetahui hubungan faktor jenis kelamin dengan kejadian
penyakit jantung koroner pada lansia

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai


berikut:
1. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti untuk
menjelaskan tentang proses apa saja dalam penelitian ini kepada calon
responden. Mengimplementasikan teori dan ilmu yang telah didapatkan
selama dalam perkuliahan dalam bidang Kesehatan pada umunya, serta
mempelajari ilmu keperawatan Medikal Bedah pada khususnya.
2. Manfaat bagi Pasien
Untuk mengetahui tentang faktor apa saja mengenai penyakit jantung
koroner pada lansia
7

3. Manfaat bagi instansi pendidikan


Sebagai bahan masukan, agar dapat meningkatkan mutu pendidikan
lebih khusus dalam bidang keperawatan medikal bedah ( KMB).
4. Manfaat bagi instansi rumah sakit
Data dan hasil yang diperopleh dari penelitian ini dapat dijadikan
sebagai tolak ukur dalam meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara
kesejahteraan perawat.
5. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan bisa mempermudah peneliti selanjutnya
untuk mencari masukan atau referensi dalam penelitian yang bersifat
teoritis dan ilmiah tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian
penyakit jantung koroner pada lansia.

E. Bidang Ilmu

Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu keperawatan medikal bedah
(KMB).

F. Keaslian penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
No Nama Variable Desain Hasil penelitian Perbedaan
dan yang diteliti penelitian dengan penelitian
tahun sebelumnya
penelitia
n
(Karyatin Fakor-faktor Kuantitatif Hasil penelitian Perbedaan
1
, 2019) yang analitik dapat disimpulkan penelitian
berhubungan dengan bahwa kejadian sebelumnya adalah
dengan pendekatan PJK sangat jumlah
kejadian cross dipengaruhi oleh karakteristik yang
penyakit sectional beberapa faktor akan digunakan
jantung diantaranya usia, yaitu terdiri dari,
koroner jenis kelamin, diabetes mellitus,
hipertensi, kadar riwayat keluarga,
kolestrol, perilaku merokok,
olahraga. hipertensi, jenis
kelamin.
(Sari, Gambaran Deskriptif Usia terbanyak Perbedaan
2
Yushera faktor risiko dengan berada pada usia penelitian
Atika, kejadian pendekatan 50-59 tahun yaitu sebelumnya adalah
Widiastu penyakit 21 orang (41,2%), jumlah
8

ti, W, jantung cross jenis kelamin karakteristik yang


Fitriyasti, koroner sectional terbanyak adalah akan digunakan
B, 2018) perempuan yaitu 26 yaitu terdiri dari,
orang (51%), DM diabetes mellitus,
yaitu 26 orang riwayat keluarga,
(51%), obesitas merokok,
yaitu 16 orang hipertensi, jenis
(31,4%) dan kelamin.
hiperlipidemia yaitu
13 orang (25,5%).
(Lucky Faktor risiko Kuantitatif Usia tua (>45 Perbedaan
3
Bahtiar, yang dengan tahun) yang paling penelitian
Rian Arie berhubungan pendekatan banyak yaitu sebelumnya adalah
Gustama dengan observasio kellompok kasus 29 jumlah
n,Sri kejadian nal orang (93,5%). karakteristik yang
Maywati, penyakit Katagori kelompok akan digunakan
2023) jantung usia muda (<45 yaitu terdiri dari,
koroner (PJK) tahun) yang paling diabetes mellitus,
banyak yaitu riwayat keluarga,
kelompok kontrol 8 merokok,
orang (12,9%). hipertensi, jenis
kelamin.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Penyakit Jantung Koroner

1. Definisi penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang disebabkan


adanya plak yang menumpuk di dalam arteri koroner yang menyuplai
oksigen ke jantung, hal ini bisa membuat aliran oksigen kejantung
terhambat dan menyebabkan angina atau rasa nyeri dan tidak nyaman
di bagian dada apabila tidak diatasi, kondisi ini bisa menyebakan
penyakit jantung koroner (Suciana et al., 2021).
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang
terjadi karena rusaknya dinding pembuluh darah karena rusaknya
dinding pembuluh darah karena beberapa faktor risiko seperti radikal
bebas yang terkandung dalam rokok dan polusi, kolesterol tinggi,
hipertensi, diabetes, kebiasaan merokok, dan sebagainya. Kelesterol
yang menimbun di dinding bagian pembuluh darah, dapat
mengakibatkan pembuluh darah mengalami penempitan dan aliran
darah pun menjadi tersumbat. Akibatnya, fungsi jantung terganggu
karena harus bekerja lebih keras untuk memompa aliran darah. Arteri-
arteri koroner akan makin sempit dan mengeras, inilah yang disebut
aterosklerosis (Khariroh et al., 2018).
Coronary Artery Desease (CAD) adalah penyempitan atau
penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot
jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tidak mendapat cukup
oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada
yang disebut angina. CAD merupakan kondisi dimana terjadi
penumpukan plak pada arteri koroner yang menyebabkan arteri koroner
jadi menyempit. Kondisi ini disebebkan oleh terkumpulnya kolestrol
sehingga membentuk plak dinding arteri dalam jangka waktu yang

9
10

cukup lama. Proses tersebut disebut arterosklerosis. Coronary Artery


Desease (CAD) dapat menyebakan otot jantung melemah dan
menimbulkan komplikasi seperti gagal jantung dan gangguang irama
jantung (Fuji, 2018).
Berdasarkan definisi diatas maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa PJK disebabkan oleh adanya penumpukan plak di dalam arteri
koroner yang menyuplai oksigen ke jantung, akibatnya fungsi jantung
terganggu karena harus bekerja lebih keras untuk mompa aliran darah.
Arteri-arteri koroner akan makin sempit dan mengeras inilah yang
disebut arterosklerosis.

2. Etiologi

Etiologi PJK adalah adanya penyempitan, penyumbatan, atau


kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot
jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat menghilang. Hal ini dapat
merusak system pengontrol irama jantung dan berakhir dengan
kematian (Hermawatirisa, 2018).
Salah satu penyebab PJK adalah kebiasaan makan makanan
berlemak tinggi terutama lemak jenuh sehingga terbentuknya plak-plak
lemak yang disebut ateroma. Ateroma akan menyebabkan
Aterosklerosis, yaitu suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai
oleh endapan lemak, trombosit, makrofag dan leukosit di seluruh
lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media. Pada
aterosklerosis, lapisan intima dinding arteri banyak mengandung
kolesterol atau lemak lain yang megalami pengapuran, pengerasan, dan
penebalan. Mengeras dan menyempitnya pembuluh darah oleh
pengendapan kolesterol, kalsium, dan lemak berwarna kuning dikenal
sebagai aterosklerosis (atherosclerosis) atau pengapuran (Irmalita,
2018).
11

Tahap-tahap terjadinya aterosklerosis dimulai dengan deposit


lemak dalam dinding arteri yang normal. Bila deposit ini berlanjut akan
mengakibatkan deposit yang semakin banyak, sehingga dapat
mengakibatkan penutupan atau tersumbatnya saluran pembuluh darah.
Adapun faktor-faktor terjadinya aterosklerosis adalah hiperlipidemia,
hipertensi, merokok, diabetes mellitus, kegemukan dan kurang aktifitas
fisik (Irmalita, 2018).

3. Patofisiologi

Awal mula terjadinya suatu PJK diawali dengan terbentuknya


aterosklerosis, yang dimana pembentukan suatu aterosklerosis ditandai
dengan terjadinya endotel pembuluh darah yang disebabkan hipertensi,
zat nikotin pada pembuluh darah dan diabetes mellitus, lumen
pembuluh darah menyempit diakibatkan karak yang terbentuk pada
arteri koroner sehingga asupan oksigen ke otot jantung untuk
berkontraksi menurun dan menimbulkan rasa tidak nyaman (Sari,
2017). Akibat penyumbatan pembuluh darah, maka kadar kolestrol
LDL dalam darah naik dan menumpuk di dinding arteri secara
berlebihan, sehingga aliran darah terganggu dan pembuluh darah juga
menjadi abnormal (Fajar, 2015).

Aterosklerosis adalah mengerasnya timbunan lemak pada


dinding arteri secara etimologis, secara harfiah zat yang semula lembut
dan lembek tersebut tertimbun dan terakumulasi jumlahnya dalam satu
area, sehingga terjadi proses pengerasan hingga menyumbat alirah
darah dalam pembuluh darah, timbunan lemak yang terjadi tersebut
disebabkan oleh kelestrol LDL yang sifatnya sangat mudah sekali
melekat dalam pembuluh darah, pembuluh darah yang menjadi sebuah
proses mengalirnya substansi metabolisme tubuh akan berakibat sangat
fatal jika tersumbat rusaknya dinding arteri menganggu kelancaran
aliran darah ke otot jantung dan organ tubuh yang kemudian bisa
mengakibatkan serangan jantung (Majid, 2018).
12

Patalogi jantung koroner dibagi dalam tahapan yaitu (Majid, 2018) :

a) Iskemia

Iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan


suplai oksigen miokard, ditandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika
kebutuhan oksigen miokardium melebihi suplai, iskemia miokard
dapat bersifat asimtomatis terutama pada pasien diabetes (Syukri,
2017).

Pada iskemia, terjadi perubahan hemodinamika bervariasi


sesuai ukuran segmen yang mengalami iskemia dan derajat respons
refleks kompensasi sistem saraf otonomi, serangan iskemia biasanya
mereda dalam beberapa menit jika ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen sudah diperbaiki perubahan metabolik,
fungsional, hemodinamik, dan elektrokardiografik yang terjadi
semuanya bersifat reversible (Majid, 2018).

b) Angina Pektoris

Angina pektoris adalah gejala disertai kelainan morfologis


secara permanen pada miokardium. Gejala yang menjadi ciri khas
yaitu nyeri bagian dada dengan tekanan berat, panas dan seperti
diremas. Rasa nyeri selalu menjalar kebagian lengan kiri, leher,
daerah maksila hingga dagu, punggu sampai ke lengan kanan.
Merasakan hal itu sekitar 1-5 menit dan akan hilang ketika istirahat.
Terjadinya angina dikarenakan meningkatnya kebutuhan oksigen
akan miokardium, latihan fisik, stress dan udara dingin. Keadaan ini
bisa terjadi berulang-ulang jika ketersediaan dan keseimbangan
oksigen terganggu (Majid, 2018).

c) Infark miokardium

Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri, infark


transmural mengenai seluruh tebal dinding yang bersangkutan,
13

sedangkan infark subendokardial terbatas pada separuh bagian


dalam miokardium, letak infark berkaitan dengan penyakit pada
daerah tertentu dalam sirkulasi koroner misalnya, infark dinding
anterior disebabkan oleh lesi pada ramus desendens anterior arteria
koronaria sinistra. Infark miokardium akan mengurangi fungsi
ventrikel karena otot yang nekrosis kehilangan daya kontraksi,
sedangkan otot yang iskemia di sekitarnya juga mengalami
gangguan daya kontraksi. Secara fugsional, infark miokardium akan
menyebabkan perubahan-perubahan seperti pada iskemia, daya
kontraksi akan menurun, gerakan dinding abnormal, perubahan daya
kembang dinding ventrikel, pengurangan fraksi ejeksi, peningkatan
volume akhir sistolik ventrikel, dan peningkatan tekanan akhir
diastolic ventrikel (Majid, 2018).

Nekrosis miokard akut akibat gangguan aliran darah arteri


koronaria yang bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria
karena trombus atau spasme hebat yang berlangsung lama (Syukri,
2017).

Infark miokard terbagi menjadi 2 menurut

1) Non ST elevasi miokardial infark (NSTEMI)


2) ST elevasi miokardial infark (STEMI)

4. Manifestassi klinis

Gejala dan komplikasi berkembang sesuai dengan lokasi dan


tingkat penyempitan lumen arteri, pembentukan thrombus dan
penyembutan aliran darah ke miokardium, tanda dan gejala meliputi
(Majid, 2018):

a) Kurangnya suplai oksigen ke miokardium (Infark miokard)

b) Ketidakmampuan jantung memompa darah secara efektif untuk


mengoksigenasi jaringan dan sel
14

c) Angina pektoris

d) Acute coronary syndrome (ACS)

e) Kematian jantung mendadak.

Jika gejala tersebut hanya muncul pada saat beraktivitas , maka


kondisi tersebut dinamakan angina stabil. Akan tetapi, jika gejala
tersebut muncul bahkan pada saat beristirahat,kondisi tersebut
dinamakan angina tidak stabil. Kondisi ACS terjadi apabila gejala
iskemik berkepanjangan dan tidak cepat reda (Majid, 2018).

5. Pencegahan penyakit jantung koroner

Pencegahan penyakit jantung koroner menurut (Septarini, 2020) :

a) Pencegahan primer

Pencegahan primer merupakan upaya yang diperlihatkan


kepada orang-orang yang termasuk dalam kelompok risiko
(misalnya, orang yang berusia sekitar 45 tahun, orang dengan
riwayat hipertensi, dan faktor lainnya), tujuan dari pencegahan
primer adalah untuk membatasi timbulnya penyakit dengan
mengendalikan penyebab beberapa contoh pencegahan awal
penyakit jantung koroner antara lain: menjaga jenis dan pola
makan, menjauhi minuman beralkohol, melarang merokok, dan
melakukan aktifitas jasmani secara teratur (Septarini, 2020).

Pencegahan primer adalah upaya yang dilakukan sebelum


seseorang menderita penyakit jantung koroner, tujuan pencegahan
primer adalah untuk menghambat berkembangnya dan meluasnya
faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner (Widodo, 2012).
Upaya pencegahan ini berupa :

1) Peningkatan kesadaran pola hidup sehat


Upaya ini lebih baik diterapkan sedini mungkin sejak bayi
dengan tidak membiarkan bayi menjadi gemuk, demikian pula
15

halnya pengalaman pola hidup sehat harus diterapkan sejak


balita menganjurkan pada anak-anak untuk lebih banyak
makan sayuran dan buah serta menghindari makanan yang
kurang mengandung serat dan banyak kolestrol (Widodo,
2012).
Melakukan olahraga secara teratur biasakan setiap hari untuk
melakukan olahraga, setidaknya 3-5 kali dalam seminggu
dapat melakukan olahraga 30 menit sangat berguna bagi
kesehatan jantung (Widodo, 2012).
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala
Adapun jenis pemeriksaan yang dianjurkan adalah (Widodo,
2012).
(a) Pemeriksaan fisik mengenai kemungkinan adanya
kelainan organis pada jantung ataupun mengalami
hipertensi
(b) Pemeriksaan elektrokardiografi untuk melihat struktur
atau organis jantung
(c) Pemeriksaan laboratarium seperti : gula darah, LDL, HDL
(d) Pemeriksaan treadmill test pada orang yang mengalami
keluhan nyeri dada dan hasil EKG meragukan

b) Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya mencegah atau


menekan timbulnya penyakit melalui deteksi dini dan pemberian
pengobatan dini, pencegahan sekunder bertujuan untuk
mengurangi konsekuensi penyakit yang lebih serius melalui
diagnosis dini hal ini memberikan individu dengan deteksi dini dan
tindakan intervensi yang efektif, termasuk pencegahan sekunder,
yaitu memperkuat pengobatan lebih lanjut sehingga penyakit tid ak
memburuk, cegah pengendalian penyakit jantung koroner dengan
16

skrining hipertensi paruh baya, karena hipertensi merupakan faktor


risiko penyakit jantung koroner (Septarini, 2020).

c) Pencegahan tersier

Pencegahan tersier merupakan aspek penting rehabilitasi.


Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi dan meminimalkan
gangguan, kecacatan yang disebabkan penurunan kesehatan.
Membantu pasien dalam beradaptasi dengan kondisi yang tidak
dapat disembuhkan. Contoh pencegahan tersier untuk penyakit
jantung koroner ialah rehabilitas jantung (Septarini, 2020).

6. Pemeriksaan Dan Penentuan Diagnostik PJK

a) Mendiagnosis penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan


memperhatikan hasil pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) dan
Angiografi untuk mengetahui adanya penyumbatan pada pembuluh
darah koroner. Elektrokardiogram adalah gambar elektronik yang
dihasilkan saat jantung berkontraksi. Gambar yang diperoleh berupa
kecepatan, irama jantung dan apakah miokard berkontraksi secara
normal (Notoatmodjo, 2011).

b) Pemeriksaan angiografi, metode ini dapat mendeteksi kelainan


jantung langsung dari pembuluh arteri jantung. sama seperti
radiografi, angiogram digunakan, tetapi pemeriksaan ini melibatkan
prosedur invasif, yang melibatkan memasukan kateter ke dalam
arteri atau vena dan kemudian mendorongnya ke berbagai bagian-
bagian organ di jantung (Wongkar & Yalume, 2019).
c) Pemriksaan ekokadiografi pemriksaan yang tidak menimbulkan
rasa sakit dan berdasarkan pemantulan gelombang suara
(ultrasound) dari berbagai bagian jantung, pada tes ini dapat dilihat
dari gambaran fungsi pompa jantung dan kontraksi yang terganggu
bila suplai darah terganggu (Notoatmodjo, 2011).
17

7. Penatalaksanaan penyakit jantung koroner


Menurut Notoatmodjo (2011) penatalaksanaan PJK yaitu :
1) Farmakologi

Penatalaksanaan penyakit jantung koroner secara farmakologi


meliputi Non Farmakologi :

a) Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin)


diberikan secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara
pelan-pelan. Dosisnya awal 2,0-2,5 mg dapat diulangi jika perlu.
b) Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan
menurunkan venous return akan menurunkan preload yang berarti
menurunkan oksigen demam. Di samping itu nitrat juga mempunyai
efek dilatasi pada arteri koroner sehingga akan meningkatakan suplai
oksigen. Nitrat dapat diberikan dengan sediaan spray atau
sublingual, kemudian dilanjutkan dengan peroral atau intravena.
c) Trombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard
akut adalah melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat
mungkin (Revaskularisasi/Reperfusi). Hal ini didasari oleh proses
patogenesanya, dimana terjadi penyumbatan atau trombosis dari
arteri koroner. Revaskularisasi dapat dilakukan (pada umumnya)
dengan obat-obat trombolitik seperti streptokinase, r-TPA
(recombinant tissue plasminogen ativactor complex), Urokinase,
ASPAC (anisolated plasminogen streptokinase activator), atau Scu-
PA (single-chain urokinase-type plasminogen activator). Pemberian
trombolitik terapi sangat bermanfaat jika diberikan pada jam
pertama dari serangan infark. Terapi ini masih bermanfaat jika
diberikan 12 jam dari onset serangan infark.
2) Terapi non farmakologi antara lain, berhenti merokok, mengurangi
makanan berlemak, istirahat cukup dan olahraga teratur (Huriyati
dkk, 2019).
18

8. Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner


Penyebab terjadinya aterosklerosis sampai sekarang ini belum
diketahui akan tetapi terdapat faktor risiko yang mungkin menyebabkan
terbentuknya aterosklerosis. Kejadian aterosklerotik pada pembuluh
darah terjadi karena beberapa faktor risiko yang saling berkaitan
sehingga dapat mempercepat proses aterogenik, faktor risiko menurut
(Wihastuti, 2016) yaitu :
a. Faktor-faktor yang tidak dapat diubah
1) Riwayat Keluarga
Faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kejadian PJK adalah riwayat penyakit keluarga, peningkatan
risiko mortalitas terdapat pada seseorang dengan riwayat
penyakit jantung premature pada usia kurang dari 50 tahun,
risiko terkait hal ini dapat dinilai pada munculnya diagnosis PJK
ayah dan kakak laki-laki yang didiagnosis PJK sebelum umur
55 tahun dan ibu atau kakak perempuan sebelum umur 65 tahun
(Ramadhan & Husnah, 2019).
Hasil penelitian dari faktor heriditas didapatkan adanya
penderita PJK yang mempunyai riwayat keluarga mengalami
PJK 14% dan penderita PJK yang tidak mempunyai riwayat
keluarga mengalami PJK 86%, keadaan ini dijelaskan oleh ilmu
biologi bahwa kromosom adalah bagian sel yang memuat sifat
keturunan (genetika) (Khariroh et al., 2018).
2) Jenis Kelamin
Pria memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita
jantung koroner hal ini dipengaruhi oleh faktor perilaku
merokok, seseorang yang merokok dapat merusak kesehatan
secara perlahan-lahan, hal ini disebabkan bahwa merokok
memperbesar risiko seseorang terkena penyakit jantung
koroner dari pada wanita rawan dengan penyakit jantung
koroner setelah menopause, peningkatan setelah menopause
19

terjadi akibat penurunan kadar estrogen dan peningkatan lipid


dalam darah (Kurnia, 2015).
Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari 50%
pasien dengan PJK berjenis kelamin laki-laki, hal ini sesuai
dengan teori jumlah pria yang terkena PJK lebih banyak dari
pada wanita, gender atau jenis kelamin pasien perempuan yang
mengalami PJK berusia 60-74 tahun sebanyak 12 pasien
(60%), berdasarkan fakta tersebut sesuai dengan teori bahwa
seseorang rentan terhadap aterosklerosis koroner (Kurnia,
2015).
3) Usia
Usia adalah faktor risiko terpenting dan 80% dari
kematian akibat penyakit jantung koroner terjadi pada orang
dengan usia 65 tahun atau lebih, meningkatnya usia seseorang
akan semakin tinggi kemungkinan terjadinya penyakit jantung
koroner, peningkatan usia berkaitan dengan penambahan
waktu yang digunakan untuk proses pengendapan lemak pada
dinding pembuluh nadi selain itu, proses kerapuhan dinding
pembuluh tersebut semakin Panjang, sehingga semakin tua
seseorang maka semakin besar kemungkinan risiko
terserangnya penyakit jantung koroner (Melyani et al., 2023).
Risiko usia berpengaruh pada risiko terkena penyakit
kardiovaskular karena usia menyebabkan perubahan didalam
jantung dan pembuluh darah seiring bertambahnya usia
seseorang lebih rentan terhadap penyakit jantung koroner,
namun jarang menyebabkan penyakit serius sebelum 40 tahun
dan meningkat 5 kali lipat pada usia 40-60 tahun penderita PJK
sering ditemui pada usia 60 tahun keatas, tetapi juga pada usia
dibawah 40 tahun sudah ditemukan. Pada laki-laki, kasus
kematian PJK mulai dijumpai pada usia 35 tahun dan terus
meningkat dengan bertambahnya usia. Makin bertambahnya
20

usia makin menumpuk plak pada lokasi yang sama. Zat-zat ini
yang kemudian menempel didinding pembuluh darah sehingga
membuat plak makin membesar, makin sempit arteri sehingga
suplai darah kaya oksigen ke jantung kian menipis dapat
memunculkan sumbatan pada arteri koroner, kondisi ini
didukung sebagian besar oleh faktor riwayat kesehatan yang
kurang terkendali yang mengakibatkan penyakit jantung
koroner (Melyani et al., 2023).
Hasil penelitian menunjukan lebih dari 50% pasien PJK
berusia 60-74 tahun yaitu sebanyak 26 (60,5%), hal ini sesuai
dengan teori bahwa penyakit jantung sebagaimana penyakit
lain risiko terkena semakin meningkat seiring pertambahan
usia (Kurnia, 2015).
b. Faktor-faktor yang dapat diubah
1) Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama
untuk terjadinya PJK tekanan darah tinggi secara terus menerus
menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah arteri dengan
perlahan-lahan, arteri tersebut megalami pengerasan yang
disebebkan oleh endapan lemak pada dinding, sehingga
menyempitkan lumen yang terdapat di dalam pembuluh darah
yang akan membuat aliran darah menjadi terhalang jika
pembuluh darah arteri koroner terkena maka menyebabkan
terjadinya PJK hipertensi akan menaikkan beban kerja jantung,
sehingga otot jantung menebal dan menjadi lebih kaku.
Pengerasan otot jantung merupakan kondisi yang tidak normal,
karena jantung tidak dapat bekerja dengan baik serta risiko
terhadap stroke, gagal ginjal, serangan jantung dan gagal
jantung kognisif, tekanan darah tinggi akan menyebabkan
pembuluh darah koroner, pembuluh darah yang memberikan
suplai darah kejantung mengalami aterosklerosis (penyumbatan
21

lemak di dinding pembuluh darah) dan terjadi pembentukan


plak, plak akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah
koroner, dimana penyempitan akan menghambat aliran darah
sehingga asupan oksigen ke jantung untuk memenuhi jantung
akan menurun. Plak tersebut juga mampu mengalami
pembentukan sumbatan pembuluh darah koroner secara tiba-
tiba (Sumara et al., 2021).
Hasil penelitian mengatakan bahwa hipertensi adalah
salah satu faktor penyebab terjadinya PJK, dari sebanyak 62
(76.5%) orang dengan kasus PJK memiliki riwayat hipertensi
dengan jangka waktu menderita hipertensi selama ≥10 tahun
sebelum terkena PJK (Triananinsi, 2020)
2) Diabetes Mellitus
Penderita diabetes mellitus (DM) cenderung memiliki
prevalensi arteriosklerosis yang tinggi, demikian pula pada
kasus arteriosklerosis koroner premature dan berat,
hiperglikemia menyebabkan pembentukan trombus
hiperglikemia bisa menjadi penyebab kelainan metabolisme
lemak atau prediposisi terhadap degenerasi vaskular yang
berkaitan dengan gangguan toleransi terhadap glukosa (Majid,
2018). Tingginya kadar gula dalam darah menyebabkan jantung
harus bekerja lebih ekstra ketika mengalirkan darah keseluruh
tubuh kelebihan glukosa yang masuk kedalam darah dapat
merusak pembuluh darah dan menyebabkan penyakit arteri
koroner selain itu gula darah dapat memicu penggumpalan
darah sehingga menyebabkan penyumbatan pada pembuluh
darah, darah yang menjadi kental akibat tingginya kadar gula
dalam darah, menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras
untuk memompa darah, akibatnya sering muncul gejala jantung
berdebar dan perasaaan mudah lelah, kondisi ini diperparah jika
adanya timbunan lemak dalam jantung (Aswitama et al., 2022).
22

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50%


pasien PJK tidak memiliki riwayat diabetes mellitus sebanyak
29 (67,4%), berdasarkan hal tersebut bahwa faktor risiko
diabetes mellitus bukan merupakan faktor risiko utama yang
menyebabkan terjadinya PJK (Kurnia, 2015).
3) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor perilaku yang
sangat penting dari penyakit kardiovaskular, hal tersebut sesuai
dengan teori salah satunya rokok yang menyebabkan stress
oksidatif yang nantinya berakibat terhadap difungsi endotel dan
berdampak terjadinya aterosklerosis, seorang yang merokok
umumnya mengalami penurunan kadar High Density
Lipoprotein (HDL), sehingga risiko terjadinya penebalan
dinding pembuluh darah meningkat keadaan ini bukan hanya
dialami oleh perokok sendiri, tetapi juga oleh perokok pasif
maupun orang di sekeliling perokok (Majid, 2018).

Berdasarkan data yang sudah didapatkan pada penelitian


sebanyak 18 pasien PJK (41,9%) adalah perokok dengan
konsumsi ringan sampai berat dan semuanya adalah laki-laki,
hal ini sesuai dengan teori bahwa rokok memiliki banyak
kandungan zat yang berbahaya bagi tubuh (Kurnia, 2015).

4) Obesitas

Obesitas atau berat badan yang berlebih berhubungan


dengan beban kerja jantung yang meningkat dan juga kebutuhan
oksigen untuk jantung (Riungu et al., 2018). Obesitas
berhubungan dengan intake kalori dan peningkatan kadar Low
Density Lipoprotein (LDL), obesitas secara tidak langsung
meningkat risiko terkena aterosklerosis dan penyakit
kardiovaskular lainnya, orang yang obesitas memiliki beberapa
peningkata risiko, antara lain terkena hipertensi, cenderung
23

memiliki kadar lipid tinggi (hiperlipidemia) dan berisiko


berkembang menjadi DM (Riungu et al., 2018).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil sebanyak


63% pasien PJK mengalami obesitas, obesitas secara tidak
langsung meningkatkan risiko terkena aterosklerosis dan
penyakit kardiovaskular lainnya (Riungu et al., 2018)

5) Dislipidemia

Dislipidemia merupakan suatu kondisi dimana terjadi


abnormalitas kadar lipid di dalam darah, diantaranya
peningkatan kadar kolestrol, Low Density Lipoprotein (LDL)
dan kadar trigliserida, serta penurunan kadar High Density
Lipoprotein (HDL) hubungan antara LDL dan PJK terdapat
dalam proses aterosklerosis proses aterosklerosis dimulai
dengan kerusakan atau disfungsi endotel pada dinding arteri
kemungkinan penyebab dari kerusakan endotel ini dapat
disebabkan oleh meningkatnya level Low Density Lipoprotein
(LDL) bila kadar LDL tinggi, maka kolestrol yang diangkut oleh
LDL dapat mengendap pada lapisan subendotelial (Setianingsih
et al., 2014).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa


semua pasien PJK mengkonsumsi makan berkolestrol, mulai
dari tingkat konsumsi rendah sampai dengan tingkat tinggi, hasil
penelitian ini sesuai dengan teori bahwa kolestrol dapat
menyebabkan terjadinya PJK (Kurnia, 2015).

9. Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Terjadinya PJK Pada


Lansia

Risiko terkena penyakit jantung koroner meningkat seiring dengan


bertambahnya usia dan kejadian penyakit jantung koroner dapat
timbul 10 tahun lebih awal pada pria (>45 tahun) dibandingkan
24

wanita (>55 tahun), masyarakat usia lebih dari 45 tahun sudah


memasuki usia pralansia, pada pralansia tubuh secara fisiologis
menurun karena terjadinya penurunan sekresi dan juga fisiologi
tubuh, sehingga lama kelamaan akan munculnya penyakit yang
diakibatkan oleh masalah degeneratif. Namun, orang yang mulai
memasuki usia 55 tahun ke atas sudah mengalami perubahan di
dalam tubuh seperti penimbunan, penebalan dan kekakuan
pembuluh darah (Wibowo, dkk 2022). Sedangkan usia produktif
terdapat beberapa faktor penyebab diantaranya adalah gaya hidup
yang tidak sehat, seperti pola makan yang kurang baik, kurang
aktivitas fisik, merokok, dan stress yang tinggi serta fakto-faktor
lainnya (Gutierrez, J. et al. 2018)

B. Tinjauan Umum Lansia

1. Definisi Lansia
Lansia merupakan kelompok pada manusia yang telah masuk ke
tahap akhir dari fase kehidupannya, kelompok yang dikatagorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut dengan Anging Process
atau biasa yang disebut dengan sebutan penuaan, menua merupakan
salah satu tahap alamiah yang harus kita lewati dalam tahap menua,
pada tahap ini secara satu persatu kemampuan jaringan dalam
memperbaiki dan mempertahankan fungsinya secara normal akan
menghilang akibatnya akan berdampak pada beberapa masalah fisik
seperti terjadinya osteorosis yang menyebabkan lansia harus menjalani
tirah baring dalam jangka waktu yang sangat lama. Proses penuaan ini
akan terjadi pada seluruh organ tubuh, termasuk organ tubuh bagian
dalam yaitu otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan lain-lain, dan organ
tubuh bagian luar yaitu kulit (Manafe & Berhimpon, 2022).
b. Klasifikasi Lansia
Menurut WHO membagi masa lanjut usia yaitu usia 45-60 tahun
disebut middle age (setengah baya atau A-teda madya), usia 60-75
25

tahun disebut alderly (usia lanjut atau wreda utama), usia 75-90 tahun
disebut old (tua atau prawasana), usia diatas 90 tahun disebut tua atau
very old (Akbar et al., 2021).
c. Proses Menua
Proses menua salah satu siklus hidup hilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan tubuh untuk mempertahankan struktur dan fungsi
normal yang dialami oleh setiap manusia Sadondang dan Komalasari
dalam (Journal & Lansia, 2023). Menurut Yudiansyah (2017)
bertambahnya usia akan menyebabkan lansia mengalami perubahan.
Secara umum perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan
fisik seperti perubahan pada kulit keriput yang menjadi simbolnya
proses penuaan, perubahan kognitif, perubahan emosi, perubahan
psikososial, sistem sensorik, dan sistem muskuloskeletal adanya
perubahan fisiologis pada sistem muskuloskeletal meliputi penurunan
kekuatan otot, penurunan fleksibilitas, penurunan elastisitas dan
penurunan kekuatan gerak sendi yang dapat meningkatkan risiko jatuh
pada lansia kurangnya aktivitas menjadi faktor utama yang
menyebabkan hal tersebut, aktivitas fisik salah satu faktor yang
menentukan komposisi tubuh, seperti halnya kelenturan keseimbangan
untuk melakukan aktivitas fungsional sepanjang hidup (Bintang et al.,
2020).
d. Perubahan yang Terjadi pada Lansia
Menurut Munandar (2019) individu yang memasuki masa lanjut
usia menghadapi berbagai perubahan, baik masalah fisik maupun
masalah psikis. Masa lansia ditandai dengan perubahan yang dialami
antara lain tumbuhnya uban, kulit yang mulai keriput, berat badan
menurun, tinggalnya gigi sehingga sulit makan selain itu, terdapat pula
perubahan-perubahan yang mempengaruhi kehidupan psikologis lansia
seperti perasaan dikucilkan, tidak lagi dibutuhkan, tidak manusiawi
untuk menerima kenyataan baru dan perubahan terkait interaksi lansia
dengan lingkungan sosial (Muqorobin & Kartin, 2022).
26

Perubahan yang dihadapi lansia dapat mempengaruhi kehidupan


sehari-hari, baik kehidupan dirumah maupun dalam kehidupan sosial
bermasyarakat lansia terkadang tidak mampu atau belum siap
menghadapi masa tua dengan segala permasalahan yang dihadapi
perubahan yang terjadi pada lansia menuntut lansia untuk dapat
menyesuaikan diri mengikuti perkembangannya perubahan yang terjadi
pada lansia menuntut lansia untuk dapat menyesuaikan diri dengan
tugas-tugas yang mengikuti perkembangannya salah satu hal yang
harus dimiliki agar lansia dapat menyesuaikan diri adalah kemampuan
menerima diri dan lingkungan dengan baik (Muqorobin & Kartin,
2022).
27

C. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan hubungan antar konsep berdasarkan studi


empiritis, yang akan menjelaskan tentang teori apa saja yang akan dijadikan
sebagai acuan dalam menjelaskan sebuah fenomena yang akan diteliti
(Pinzon & Edi, 2021).

Faktor yang tidak Faktor yang dapat


dapat dimodifikasi dimodifikasi

Jenis Kelamin Riwayat Keluarga


Diabetes Dislipidemia Merokok
(Kurniah , 2015) (Ramadhan & Mellitus
(Setianingsih, (Majid, 2018)
Husnah, 2019) (Aswitama, 2014)
2022)

Usia

(Melyani, 2023) Obesitas Hipertensi

(Riungu, 2018) (Sumara, 2021)

Penyakit Jantung
Koroner

Bagan 2.1 Kerangka Teori


(Sumber: Ramadhan & Husnah (2019), Kurnia & Prayogi (2015), Melyani (2023), Sumara
(2021), Aswitama (2022), Majid (2018), Riungu (2018), Setianingsih (2014)).
28

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat


dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antar variable, baik variable yang diteliti maupun variable yang tidak diteliti.
Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan
dengan teori (Theodoridis & Kraemer, 2017).

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi :

1. Riwayat keluarga
2. Jenis Kelamin

Faktor yang dapat dimodifikasi :

1. Diabetes Mellitus
2. Merokok Penyakit Jantung Koroner
3. Hipertensi

Faktor-faktor yang tidak diteliti :

1. Dislipidemia
2. Usia
3. Obesitas

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Di teliti

: Tidak diteliti

: Garis petunjuk faktor yang mempengaruhi


29

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan variable tunggal yaitu faktor yang


berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner pada lansia.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis atau hipotesa merupakan suatu penyataan yang sifatnya


sementara, atau kesimpulan sementara atau dugaan yang bersifat logis
tentang suatu populasi. Dalam ilmu statistik, hipotesis merupakan
pernyataan parameter populasi. Parameter populasi ini menggambarkan
variabel yang ada dalam populasi, dihitung menggunakan statistik sampel
(Heryana & Unggul, 2020).
Ho : Tidak ada faktor kejadian penyakit jantung koroner pada lansia

Ha : Ada faktor kejadian penyakit jantung koroner pada lansia.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Menurut (Pinzon & Edi, 2021) desain penelitian merupakan cara yang
sistematis untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian. Metode
penelitian adalah kuantitatif, kuantitatif adalah jenis penelitian yang
menghasilkan temuan-temuan baru yang dapat dicapai (diperoleh) dengan
menggunakan prosedur-prosedur secara statistik atau cara lainnya dari suatu
pengukuran. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan
desain penelitian deskriptif yang dimana untuk melihat gambaran fenomena
yang terjadi pada salah satu populasi tertentu dan tidak membandingkan
satu kelompok dengan lainnya (Pinzon & Edi, 2021). Adapun tujuan
penelitian ini untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian penyakit jantung koroner pada lansia di rumah sakit labuang baji
kota makassar.
B. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Rizaldy Taslim Pinzon & Edi, 2021). Populasi
penelitian ini adalah pasien yang mengalami penyakit jantung koroner
pada lansia di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar yang berjumlah 100
responden.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling
tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Rizaldy Taslim
Pinzon & Edi, 2021). Sampel penelitian ini adalah pasien yang
mengalami penyakit jantung koroner pada lansia di Rumah Sakit

30
31

Labuang Baji Makassar yang sudah dihitung menggunakan rumus


slovin kemudian dibulatkan menjadi 80 responden.
3. Kriteria Sampel
Kriteria subjek penelitian terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian
dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2021). Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan subyek
yang memenuhi kriteria inklusi (Notoatmodjo, 2021).
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien dengan penyakit jantung koroner (PJK)
2) Pasien lansia dengan usia 45-90 tahun
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu :
1) Pasien yang memiliki keterbatasan fisik, mental, atau kognitif
yang dapat menggangu penelitian (buta, tuli, cacat mental)
2) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden penelitian.
4. Tekhnik Pengambilan Sampel
Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu tekhnik purposive sampling dimana tehnik penentuan sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu. Penentuan besar sampel dapat
digunakan rumus slovin sebagai berikut:

Rumus:

n= N
1 + Na²
Keterangan:

N : Besar Populasi
n : Besar Sampel
e : Tingkat Signifikan (0,05)
32

n= N
1 + Ne²
n= 100
1 + 100 (0,05)²
n= 100
1 + 100 (0,0025)
n= 100
1,25
n= 80

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara


operasional berdasarkan karateristik yang diamati, memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena (Hidayat & Hayati, 2019).

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Penyakit PJK disebabkan Kuesioner Kriteria penilaian Nominal
Jantung oleh adanya :
Koroner penumpukan plak Kasus: Responden
di dalam arteri yang PJK
koroner yang Kontrol:
menyuplai oksigen Responden yang
ke jantung, berisiko PJK
akibatnya fungsi
jantung terganggu
karena harus
bekerja lebih keras
untuk mompa
aliran darah.
Diabetes Tingginya kadar Kuesioner 1 : Responden Nominal
Mellitus gula darah yang mengalami
disertai dengan diabetes mellitus
gangguan 2 : Responden
metabolisme yang tidak
karbohidrat, mengalami
lemak, dan diabetes mellitus
protein sebagai
akibat gangguan
33

fungsi insulin
Riwayat Riwayat nyeri dada Kuesioner 1 : Responden Nominal
penyakit seperti ditekan yang memiliki
jantung yang menjalar ke riwayat keluarga
koroner bahu, lengan dan mengalami PJK
dalam leher selama 15-30 2 : Responden
keluarga menit atau pernah yang tidak
didiagnosis oleh memiliki riwayat
dokter pada orang keluarga
tua, kakak, atau mengalami PJK
adik sebelum usia
56 tahun
Merokok Merokok adalah Kuesioner 1 : Responden Nominal
kebiasaan tanpa yang merokok
tujuan positif yang 2 = Respondek
merugikan bagi yang tidak
kesehatan, merokok
Hipertensi Dikatakan Pengukuran Hipertensi Rasio
hipertensi bila tekanan darah dinyatakan
tekanan diastolic dengan :
seseorang ≥90 1. Hipertensi bila
mmHg dan tekanan tekanan
sistolik ≥140 diastolic ≥90
mmHg mmHg dan
tekanan
sistolik ≥140
mmHg
Jenis Ciri fisik dan Kuesioner Jenis kelamin Nominal
Kelamin biologis responden dan kartu dinyatakan
untuk membedakan identitas dengan :
gander pada 1. Pria
penderita jantung 2. Wanita
koroner

D. Tempat Penelitian

Lokasi pada penelitian adalah di Rumah Sakit Labuang Baji Kota Makassar.

E. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Desember 2023 di Rumah Sakit


Labuang Baji Kota Makassar.

F. Alat Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat


digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan
data sebagai suatu metode yang independen terhadap metode analisis data
34

atau bahkan menjadi alat utama metode dan teknik analisis data (Borrego,
2021). Pengumpulan data membutuhkan suatu instrument. Adapun
karakteristik tersebut (Diabetes mellitus, hipertensi, jenis kelamin,
merokok, dan riwayat keluarga). Pengumpulan data menggunakan
kuesioner (Daftar pertanyaan), pertanyaan yang digunakan adalah
pertanyaan terstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa
sehingga peneliti dapat dengan mudah mengumpulkan data.
1. Data Demografi
Metode pengumpulan data ini untuk melihat data responden yang
terdiri nama inisial responden, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan.
2. Kuesioner
Kuesioner/angket merupakan metode pengumpulan data yang
telah dilakukan dengan cara memberikan beberapa macam pertanyaan
yang berhubungan dengan masalah penelitian. Menurut Sugiyono
(2017:142). Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Prihatin et al., 2019).
Kuesioner berisi tentang faktor yang berhubungan dengan PJK yang
berisi dengan 4 pertanyaan, 2 pilihan, pilihan 1 (Ya) yang dimana
responden yang mengalami, pilihan 2 (Tidak) yang dimana responden
tidak mengalami, dengan karakteristik riwayat keluarga, diabetes
mellitus, hipertensi, dan merokok.

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Perijinan

Peneliti mengajukan surat ijin penelitian ke


Program Studi Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Megarezky

Surat dibawah ke Fakultas Keperawatan dan


Kebidanan Universitas Megarezky (FKK
Unimerz)
35

Surat dibawah ke LPPM kemudian dari


LPPM di serahkan ke Rumah Sakit Labuang
Baji Kota Makassar
Surat dibawah ke LPPM kemudian dari
LPPM di serahkan ke Rumah Sakit Labuang
Baji Kota Makassar

Pengambilan data awal di Rumah Sakit


Labuang Baji Kota Makassar

Bagan 3.1 Prosedur Pengumpulan Data

2. Pengumpulan Data

a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat secara langsung melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner ataupun melalui sebuah
pengukuran. (Indonesia, 2021). Data primer yang terdapat di dalam
penelitian adalah data yang diperoleh melalui kuesioner yang
dilakukan oleh peneliti.
b. Data Sekunder
Menurut Sugiyono, (2018) menyatakan bahwa data sekunder
yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data sekunder diperoleh dari tempat penelitian
yang akan di ambil yaitu kuisioner yang telah diisi oleh reponden
yang ada di Rumah Sakit Labuang Baji Kota Makassar.

H. Rencana Analisis Data

Analisis data menurut (Sugiyono, 2018) adalah proses mencari dan


menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
36

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri


sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data dalam penerapan harus memperhatikan langkah-
langkah. Dibawah ini merupakan langkah-langkah proses pengolahan data
yaitu :
a. Penyuntingan (Editing): Tahap ini melakukan pemeriksaan
kelengkapan jawaban responden dalam kuesioner yang telah diperoleh
dengan tujuan agar data yang dimaksud dapat diolah secara benar.
b. Pengkodean (Coding): Tahap ini peneliti merubah jawaban responden
yang telah diperoleh menjadi bentuk angka yang berhubungan dengan
variabel peneliti sebagai kode pada peneliti.
c. Tabulasi (Skoring): Tahap ini peneliti menghitung skor yang telah
diperoleh setiap responden berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan peneliti.
d. Tabulating: Tahap ini peneliti memasukkan hasil penghitungan
kedalam bentuk table dan melihat persentasi dari jawaban pengelolaan
data dengan menggunakan komputerisasi.
e. Analisa: Data dilakukan terhadap kuesioner, untuk melihat adanya
hubungan pada kedua variabel.
Penelitian ini menggunakan metode statistik yang digunakan untuk
menganalisa data yaitu:
1. Analisa Univariat
Menurut Notoatmodjo 2018 analisis univariat bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Untuk data numerik
di gunakan nilai mean dan median. Dalam penelitian analisis univariat
karakteristik responden terdiri dari nama (inisial), usia, pekerjaan,
diabetes mellitus, riwayat keluarga, merokok, hipertensi, dan jenis
kelamin.
37

2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan dua variable adapun
variable yang akan dihubungkan adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian penyakit jantung koroner dengan analisis yang
digunakan tersebut biasanya pengujian statistik (Priantoro, 2018).
Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi square untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit
jantung koroner. Dalam penelitian ini, analisis bivariat yang digunakan
adalah uji chi square dengan derajat kepercayaan 95%. Dari perolehan
analisis bivariat, apabila nilai p<0,05 maka disimpulkan bahwa hipotesis
nol ditolak yang artinya ada hubungan. Kemudian, untuk interpretasi
besar nilai Odds Ratio (OR), yaitu sebagai berikut : 1) faktor risiko ialah
faktor yang diuji mempunyai besar OR>1; 2) bukan faktor risiko ialah
faktor yang diuji mempunyai besar OR=1.

I. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian ini adalah suatu pedoman etika yang berlaku
untuk setiap kegiatan penelitan yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak
yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh
dampak hasil penelitian tersebut (Kusuma, 2013).
1. Informend cosent (Persetujuan menjadi klien)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara
penelitian dengan responden peneliti dengan memberikan lembar
persetujuan informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian
dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan dengan menjadi
responden. Tujuan informend consent adalah agar subyek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek
bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika
responden tidak bersedia, maka penelitian harus menghormati hak
responden.
38

2. Anonimity (Tanpa Nama)


Anonimity merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan
nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang diisikan.
Peneliti tidak menampilkan informasi yang mengenai nama dan alamat
asal responden dalam kusioner maupun alat ukur apapun untuk menjaga
anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut
privasi subyek yang tidak ingin identitas dan segala informasi tentang
dirinya diketahui oleh orang lain. Prinsip ini dapat diterapkan dengan
cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat subyek kemudian
diganti dengan kode tertentu.
4. Fidelity (Kepercayaan)
Pada penelitian ini mengandung makna bahwa perawat
mempunyai ketaatan/kewajiban untuk menepati janji dan menyimpan
rahasia pasien dan menghargai janji maupun komitmen
5. Justice (Keadilan)
Pada saat melakukan penerapan partisipan diperlukan sama tidak
dibeda-bedakan dari status sosial dan tidak didiskriminasi dalam proses
penerapan.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, F., Darmiati, D., Arfan, F., & Putri, A. A. Z. (2021). Pelatihan dan
Pendampingan Kader Posyandu Lansia di Kecamatan Wonomulyo. Jurnal
Abdidas, 2(2), 392–397. https://doi.org/10.31004/abdidas.v2i2.282

Aswitama, P., Listina, F., & Aziza, N. (2022). Hubungan Antara Pengetahuan Dan
Sikap Tentang Diabetes Mellitus Dengan Perilaku Mengontrol Gula Darah
Pada penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 12(Januari),
75–82.

Bintang, S. S. B. S., Tinambunan, N. W., Berampu, S., Zannah, M., & Jehaman, I.
(2020). Pengaruh Pemberian Senam Lansia Terhadap Peningkatan Kebugaran
Dan Fleksibilitas Serta Kecepatan Pada Lansia Di Desa Sionom Hudon
Selatan Tahun 2020. Jurnal Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf), 3(1), 21–26.

Borrego, A. (2021). Metode Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian. 10, 6.

CDC. 2019. Heart Disease: Coronary Artery Disease. Tersedia pada:


https://www.cdc.gov/heartdisease/coronary_ad.htm (Diakses: 10 November
2023)

Fajar, K. A. (2015). Hubungan Aktifitas Fisik dan Kejadian penyakit Jantung


Koroner di Indonesia Analisis Data Riskesdas Tahun 2013. Universitas
Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fuji, W. P. (2018). Pemantauan kateterisasi jantung pada tindakan PTCA terhadap


pasien CAD. Jurnal Arsip Kardiovaskular Indonesia, 3(1), 182–186.

Heryana, A., & Unggul, U. E. (2020). Hipotesis penelitian. June.


https://doi.org/10.13140/RG.2.2.11440.17927

Hidayat, R., & Hayati, H. (2019). Jurnal Ners Volume 3 Nomor 2 Tahun 2019
Halaman 84 - 96 jurnal ners Research & Learning in Nursing Science http://
journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners Pengaruh pelaksanaan sop
perawat pelaksana terhadap tingkatan pasien di rawat inap. Universitas

39
40

Pahlawan Tuanku Tambusa, 3(23), 274–282.

Indonesia, P. P. (2021). Jurnal akuntansi. 54. Vol 9 No 1, page 119-125

Journal, P., & Lansia, P. (2023). Physio journal. 3(1), 41–48. Diakses 25 November
2023.

Karyatin, K. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit


Jantung Koroner. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 11(1), 37–43.
https://doi.org/10.37012/jik.v11i1.66

Kemenkes.RI. (2016). 616.98 Ind p. In Journal of Chemical Information and


Modeling (Vol. 53, Issue 9).

Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.

Kemenkes, RI. 2020. Tanda & Gejala Penyakit Jantung Koroner (PJK).
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographicp2ptm/hipertensi-penyakit-jantung
danpembuluh-darah/apa-saja-tanda-dan-gejalapenyakit-jantung-koroner. pjk.
Diakses 17 November 2023.

Khariroh, S., Ayu, N. M. S., & Akbar, F. (2018). Faktor Kejadian Penyakit Jantung
Koroner Pada Klien Yang Dirawat Diruang Icu. Mycological Research,
106(11), 1323–1330.

Kurnia, E. (2015). Faktor Jenis Kelamin, Genetik, Usia, Tingkat Stress Dan
Hipertensi Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Jurnal STIKES,
8(1), 64–75. https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-
a7e576e1b6bf. Diakses 17 November 2023.

Kusuma, D. K. (2013). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan


melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian.

Majid, A. (2018). Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


kardiovaskular. Pustaka Baru Press.

Manafe, L. A., & Berhimpon, I. (2022). Hubungan Tingkat Depresi Lansia Dengan
41

Interaksi Sosial Lansia di BPSLUT Senja Cerah Manado. Jurnal Ilmiah


Hospitality 749, 11(1), 749–758.

Melyani, M., Tambunan, L. N., & Baringbing, E. P. (2023). Hubungan Usia dengan
Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Rawat Jalan di RSUD dr.
Doris Sylvanus Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Surya Medika, 9(1), 119–
125. https://doi.org/10.33084/jsm.v9i1.5158

Muqorobin, M. S., & Kartin, E. (2022). SENTRI : Jurnal Riset Ilmiah. SENTRI:
Jurnal Riset Ilmiah, 1(3), 17–34.

Najib, M. N. N. (2020). Faktor Teristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Di


Beberapa Ruah Sakit Di Indonesia Periode Tahun 2011 Sampai Dengan Tahun
2019. Skripsi FK Unbos. Unbos Makasar: Diterbitkan. Diakses 15 November
2023

Notoatmodjo, S. (2021). Metodologo Penelitian Kesehatan. 144.

Pinzon, & Edi. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan.

Priantoro, H. (2018). Hubungan Beban Kerja Dan Lingkungan Kerja Dengan


Kejadian Burnout Perawat Dalam Menangani Pasien Bpjs. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 16(3), 9–16. https://doi.org/10.33221/jikes.v16i3.33

Prihatin, K., Suprayitna, M., & Fatmawati, B. R. (2019). Motivasi Terhadap Efikasi
Diri Dalam Perawatan Diri Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. 7, 27–35.

Ramadhan, M. H., & Husnah. (2019). Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner
(PJK). Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 1–15.
https://jurnal.usk.ac.id/JKS/article/view/24257

Riungu, J., Ronteltap, M., & van Lier, J. B. (2018). Build-up and impact of volatile
fatty acids on E. coli and A. lumbricoides during co-digestion of urine
diverting dehydrating toilet (UDDT-F) faeces. Journal of Environmental
Management, 215, 22–31. https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2018.02.076

Rizaldy Taslim Pinzon, & Edi, dr. D. W. R. (2021). Metodologi Penelitian


42

Kesehatan.

Rsup, D. I., Sudirohusodo, W., & Metode, B. (2018). Penyakit Jantung Koroner
Pada Pasien Rawat Jalan RSUD Labuang Baji Makassar Phisical Activit And
Mental Health Toward Coronary Heart Disease On Out Patients In RSUP DR
. Wahidin Sudirohusodo And.

Sari, S. R. (2017). Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Pada Pegawai Negeri
Sipil UIN Alauddin Makasar.

Setianingsih, H., Soetjipto, S., Sudiana, I. K., Suryokusumo, M. G., Arand, E. N.


C., Cininta, G. A., Sufyan, D. L., Kaser, S., Ebenbichler, C. F., Tilg, H.,
Obesitas, P. T., Kemenkes RI, Ma’rufi, R., Rosita, L., Setianingsih, H.,
Wisnumarta, S. E., & Tjandra, S. A. (2014). Lembar Pengesahan Jurnal Media
Medika Muda Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik Pada. JHE (Journal
of Health Education), 13(1), 47–53.
https://doi.org/10.20885/jkki.vol6.iss1.art7

Suciana, Henni Kumaladewi Hengky, & Usman. (2021). Analisis Faktor Risiko
Penyakit Jantung Korener Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsud
Andi Makkasau Kota Parepare. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 4(2),
254–265. https://doi.org/10.31850/makes.v4i2.612

Sugiyono. (2018). Metode penelitian Kuantitatif.

Sumara, R., Saputra, S. H., Mukarommah, N., Wibowo, N. A., Yumni, F. L., &
Supriyanto, S. (2021). Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. 6(1).

Sumiarty, C. dan Fitrianingsih, N. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Penyakit Jantung Koroner. Bogor: WH Press. Diakses 20 November
2023.

Syukri, A. E. D. P. (2017). Profil Penyakit Jantung Koroner Di Irina F Jantung


RSUP PROF. Dr. R. D. Kando Manado. E-CliniC, 1(1), 1–8.
https://doi.org/10.35790/ecl.1.1.2013.6036
43

Theodoridis, T., & Kraemer, J. (2017). Metodologi Penelitian Dalam Bidang


Kesehatan.

Triananinsi, N. (2020). Media kesehatan masyarakat. Media Kesehatan


Masyarakat, 16(1), 116–126. https://ejurnal.undana.ac.id/MKM/

WHO. (2016). Penyakit Kardiovaskular. https://www-who-int.translate.google

WHO. (2020). The Top 10 Cause Of Death. https://www.who.int/news-room/fact-


sheets/detail/the-top-10-causes-of-death

Wibowo, dkk., (2022). “Analisis Faktor Risiko Pada Kejadian Masuk Rumah Sakit
Penyakit Jantung Koorner Di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya”. Jurnal
Sains dan Kesehatan 4. (1). 10-18. Diakses 18 November 2023

Widodo, Arif. 2012. Upaya perawat dalam promosi kesehatan untuk pencegahan
penyakit jantung.
(https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/116174420/2.%2520Arif
%2520Widodo.pdf) diakses pada 20 November 2023)

Wongkar, A. H., & Yalume, R. A. S. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit


Jantung Koroner Di Ruangan Poliklinik Jantung Rs. Bhayangkara Tk. Iii
Manado. Journal of Community and Emergency, 7(1), 27–41.
44

Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Makassar, 2023
Kepada
Calon Responden
Di tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertandatangan dibawah in i :
Nama : Laily Kadariyah
Nim : A1C222058
Saya mahasiswi program studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Megarezky Makassar
bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER
PADA LANSIA DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR”
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya mohon kesedian Ibu/Bapak untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Keikutsertakan Ibu/Bapak dalam penelitian ini bersifat
sukarela dan tanpa paksaan. Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi
Ibu/Bapak sebagai responden dan peneliti akan menjamin kerahasiannya. Demikian surat
permohonan ini penulis buat atas kesedian dan kerjasamanya, peneliti mengucapkan
banyak terimakasih.

Peneliti,

Laily Kadariyah
45

Lampiran 2

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(Informed Consent)

Saya yang bertandatangan dibawah ini :


Nama :.............................................................
Alamat :..............................................................
Sudah mendengarkan dari penelitian ini dan menyatakan bersedia dengan sukarela dan
tanpa paksaan menjadi responden dari penelitian :
Nama : Laily Kadariyah
Instansi : Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Megarezky
Makassar
Dengan Judul “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA LANSIA DI RUMAH
SAKIT LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR”

Makassar, 2023

Peneliti Responden

Laily Kadaariyah (….............................)


46

Lampiran 3

KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk pengisian :

1. Sebelum menjawab pertanyaan isilah identitas Bapak/Ibu dengan benar pada


lembar yang disediakan.
2. Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti sebelum Bapak/Ibu menjawab karena
jawaban Bapak/Ibu sangat mempengaruhi hasil penelitian ini.
3. Demi kelancaran penelitian, jawablah pertanyaan dengan jujur tanpa
dipengaruhi oleh orang lain.
4. Semua data yang anda cantumkan akan kami jamin kerahasiaanya.
5. Berilah tanda √ pada kolom yang anda pilih .
A. Identitas Responden

INISIAL :

ALAMAT :

UMUR : Tahun

JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI PEREMPUAN

PENDIDIKAN : SD SMA

SMP PERGURUAN TINGGI

PEKERJAAN : SWASTA PNS

WIRASWASTA IRT/Tidak bekerja


47

Lampiran 4

LEMBAR CEKLIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA LANSIA DI RUMAH
SAKIT LABUANG BAJI KOTA MAKASSAR

No Pernyataan Ya Tidak
1 Riwayat Keluarga :
Dalam keluarga memiliki riwayat penyakit
jantung, hipertensi, diabetes mellitus, stroke.
2 Kebiasaan Merokok :
Memiliki kebiasaan merokok aktif atau sering
terpapar oleh asap rokok.
3 Riwayat Hipertensi :
Pernah memiliki riwayat hipertensi, atau
sedang mengkonsumsi obat anti-hipertensi
(TD : systole >140 mmHg dan diastole >90
mmHg) sebelum terdiagnosa PJK.
4 Riwayat Diabetes Mellitus :
Menderita diabetes mellitus dan mendapatkan
terapi diet, olahraga, dengan atau tanpa obat
anti hiperglikemia atau pernah menderita
diabetes mellitus sebelum terdiagnosa PJk.
Diabetes Mellitus jika tidak mencantumkan
dapat dilakukan pemeriksaan nilai GDS >200
mg/dL.
48

Lampiran 5

SURAT PENGAMBILAN DATA AWAL

Anda mungkin juga menyukai