Retno Wulan Seroja_Universitas Bengkulu_ Tinjauan Kejahatan dan Penyimpangan Seksual dari Aspek Biologi, Sosiologi Hukum, dan Psikoanalisis_FISION - Retno Wulan Seroja
Retno Wulan Seroja_Universitas Bengkulu_ Tinjauan Kejahatan dan Penyimpangan Seksual dari Aspek Biologi, Sosiologi Hukum, dan Psikoanalisis_FISION - Retno Wulan Seroja
Definisi perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai
kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang agama secara individu
maupun sebagai bagian makhluk sosial (Hisyam & Hamid, 2015). Kata seks (sex)
berarti jenis kelamin yang digunakan untuk mengidentifikasi laki-laki dan
perempuan dari segi biologi. Sehingga, penyimpangan seksual berarti perilaku
seksual yang dianggap menyimpang atau menyalahi aturan yang sudah ditetapkan
(hukum, agama, dan kebiasaan) termasuk kepada akal sehat dan fitrah (Fathonah,
2016). Pengertian lain menyebutkan bahwa penyimpangan seksual (sexual
deviation), ketidakwajaran seksual (sexual perversion), atau kejahatan seksual
(sexual harassment) adalah bentuk dorongan dan kepuasan seksual yang diperoleh
atau ditunjukkan kepada objek seksual dengan tidak lazim (Masmuri & Kurniawan,
2016).
Paraphilia atau parafilia dapat diartikan sebagai aktivitas seksual yang tidak pada
umumnya, terminologi ini kerap kali diartikan sebagai penyimpangan seksual.
Parafilia didefinisikan oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
(DSM) sebagai gairah seksual yang terus menerus dan berulang terhadap objek atau
aktivitas atipikal, ditunjukkan dalam fantasi, dorongan, atau perilaku seksual
setidaknya selama 6 bulan. Delapan gangguan yang terdaftar dalam DSM V dan
termasuk pedofilia, eksibisionisme, voyeurisme, sadisme seksual, masokisme
seksual, frotteurisme, fetisisme, dan fetisisme transvestic (Fathonah, 2016; Seto et
al., 2014). Jurnal lain menambahkan bahwa homo seksual, bestially, incest,
necrophilia, dan sodomi sebagai penyimpangan seksual (Sarwono dalam Masmuri
& Kurniawan, 2016).
Penyebab dari parafilia belum diketahui pasti, untuk saat ini kombinasi proses
neurobiologis, interpersonal, dan kognitif dianggap berperan dalam perjalanannya.
Penelitian menyebutkan ada beberapa neurotransmitter yang dikaitkan dengan
kejadian gangguan parafilik (Fisher & Marwaha, 2023). Penyebab terjadinya
penyimpangan seksual dapat berasal dari faktor intrinsik atau ekstrinsik, sehingga
psikologis atau kejiwaan, pengalaman saat kecil, lingkungan pergaulan, dan faktor
genetik mampu mempengaruhi secara bersamaan (Martiasari, 2019).
Oleh karena itu, kajian penyimpangan seksual yang penulis bawakan dikerucutkan
pada bagian yang berkaitan dengan bentuk kejahatan yang jelas melanggar hak
asasi manusia, dasar negara, dan UUD 1945. Karena bentuk kejahatan seksual serta
zina yang terikat perkawinan jelas berkenaan sanksi pidana. Sementara, bentuk
penyimpangan yang tidak terikat perkawinan tidak dikenakan sanksi pidana apapun,
artinya bebas atas pasal 284 KUHP ayat 1 tentang perzinahan. Pengaturan berkaitan
persetubuhan dengan unsur paksaan juga diatur dalam pasal 285 dan 286 KUHP.
Pemerintah juga mengeluarkan Perpu yang mengatur hukuman kebiri bagi pelaku
pelecehan seksual terhadap anak, kemudian secara teknis diatur dalam Perpu
Perlindungan Anak pasal 81 ayat 3, 4, dan 5 (Martiasari, 2019).
Tatalaksana terapi parafilia dari aspek kedokteran dibagi menjadi dua kategori
utama, yaitu bidang psikologi melalui cognitive behavioral therapy (CBT) dan
perlakuan biologis untuk individu dengan gangguan parafilia yang menderita untuk
mendapat kebaikan dari masyarakat yang lebih besar (Fisher & Marwaha, 2023).
Solusi terhadap kejahatan dan penyimpangan sosial dari aspek sosiologis dan
pengaturan hukum berdasarkan sifat, watak, dan kehendak manusia yang berbeda
adalah melalui peraturan, norma, dan kaidah dalam kehidupan bermasyarakat.
Orang tua sebagai kontrol lingkup hidup mikro anak sangat berperan dalam akses
informasi yang diterima anak (Martiasari, 2019). Penanganan kasus penyimpangan
seksual dari sudut pandang psikoanalisis biasanya dengan menggali lebih dalam
masa lalu yang bersangkutan dan mengoreksi perkembangan yang tidak sesuai
(Lianawati, 2020).
KESIMPULAN
Fisher KA, Marwaha R. Paraphilia. (2023). In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books /NBK554425/
Hisyam, C., & Hamid, A. (2015). Sosiologi Perilaku Menyimpang (Umasih (ed.);
I).
KPAI, 2016 Rincian Data Kasus Berdasarkan Klaster Perlindungan Anak 2016-
2020, http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi- data/data-kasus-per-tahun/rincian-
data-kasus-berdasarkan-klaster-perlindungan-anak-2016-2020, diakses pada
tanggal 14 Oktober 2023
Lantz SE, Ray S. Freud Developmental Theory. (2022). In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books /NBK557526/
Seto, M. C., Kingston, D. A., & Bourget, D. (2014). Assessment of the Paraphilias.
In Psychiatric Clinics of North America (Vol. 37, Issue 2, pp. 149–161). W.B.
Saunders. https://doi.org/10.1016/j.psc.2014.03.001
Sujana, I. N., Setyawati, K. A., & Ujanti, N. M. P. (2018). The Existence Of The
Lesbian, Gay, Bisexual And Transgender (LGBT) Community In The
Perspective Of A State Based On Pancasila. Mimbar Hukum - Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada, 30(1), 126. https://doi.org/10.22146/jmh.28655
BIODATA PENULIS