Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu nifas fisiologis untuk KF I
terapat beberapa faktor maupun permasalahan yang perlu dianalisis lebih dalam .
sehingga didalam pemberian pelayanan ibu nifas tidak berdasarkan atas kebiasaan
tetapi dari hasil analisa yang dilakukan terhadap pasien tersebut yaitu pada Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas pada Ny.S 23 Tahun P1A0 6 Jam Post Partum Normal di
Wilayah Puskesmas Trucuk II.

Menurut (Soetjiningsih 1997, Depkes RI 2007, Waryani 2010, Heryani


2010, Sulistyawati 2010, Sarwono 2002, Khasanah 2011) produksi ASI sangat
dipengaaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu, apabila ibu makan secara teratur
dan cukup gizi akan mempengaruhi produksi ASI karena kelenjar pembuat ASI dapat
bekerja secara sempurna, karena sudah terpenuhi jumlah kalori dan protein serta
mineral yag cukup selain dianjyrkan minum lebih banyak 8 - 12 gelas. untuk
mengetahui cakupan ASI yang baik atau tidak yaitu dengan bertambahnya berat
badan bayi paling sedikit 500 gram/tiap bulan atau 125 gram/minggu. ASI
merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara. Kriteria yang dapat
dipakai cakupan ASI yang cukup pada bayi antara lain, ASI yang banyak merembes
keluar melalui puting, payudara terasa tegang sebelum disusukan, berat badan naik
sesuai dengan umur : umur 5 bulan dua kali berat badan lahir, dan umur 1 tahun 3
kali berat badan lahir, ASI cukup bayi akan tertidur 3 – 4 jam, bayi lebih sering
kecing 8 kali/hari.

Pentingnya personal hygiene bagi ibu nifas, didukung adanya berbagai faktor :
tingkat pengetahuan dan informasi karena ada kaitaannya dengan penembuhan luka
dengan personal hygiene melalui tahap penyembuhan luka fase proliferasi dengan
tingkkat pengetahuan yang tinggi akan lebih mememahami dalam pelaksaan personal
hygienenya. Menurut (Depkes 2011, Depkes 2012, Prawirohardjo 2009, Saefudin
2002) terjadinya infeksi pada luka perineum pada ibbu nifas karena tidak
memperhtikan keberihan luka perineum yang disebabkan karen tidak memiliki
tingkat pengetahuan.

Rasa nyeri pada luka perineum sangat terpengaruh dari aktivitas kegeiatan
ibu, antara lain : mobilitas secara dini sangat mendukung proses pemulihan dan otot –

30
otot disekitar luka perineum. Dengan mobilisasi dini akan terjadi vaskularisasi lebih
baik yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka jahit pada lluka perineum karena
perlunya perendaran darah yang baik dalam pertumbuhan dan perbaikan sel. Menurut
( Robinnt 2007, dalam buku ajar patologi). Penyembuhan luka adalah suatu proses
yang kompleks dan terjadi secara teratur yang melibatkan regenerasi epitel dan
pembentukan jaringan parut (Menurut Manuaba 2009). Vaskularisasi pada luka
dipengaruhi oleh keadaan yang baik, untuk pertumbuhan dan perbaikan sel karena
vaskularisasi berkaitan dengan mobilisasi dini yang dapat mencegah timbulnya
komplikasi. Mobilisasi sebagai usaha untuk mengurangi rasa nyeri dan memperlancar
sirkulasi darah menurut (Robbints 2007). Dalam kasus ini kita memperlakukan pasien
untuk segeraa melakukan mobilisasi dini dengan cara awal miring kiri miring kanan
kemudian latihan duduk kemudian ltihan untuk berjalan secta memperhatikan bentuk
kenyamanan pasien. Perlu ditekankan juga adanya informasi yang jelas/ dapat
dipahami oleh pasien tersebut saat memberikan tindakan dengan memperhatikan
evidence based masa nifas untuk mengurangi rasa nyeri pada luka perineum salah
satunya dengan mobilisasi dini.

Pada perawatan bayi ibu ditekankan bagaimana cara diajari perawatan tali
pusat, memandikan dengan melalui penkes yang diberikan terhadap ibu tersebut
sesuai dengan kebutuhan serta dilakukan praktik secara langsung terhadap ibu nifas
sebelum pulang. Dalam hal ini dapat terlihat peran serta, persiapan, perhatian,
terhadap bayinya.

Pada nifas perlunya diberikan informasi tanda – tanda perdarahan sekunder


yang kadang terjadi setelah 2 jam pengawasan masa nifas. Sebagai bidan dalam
penanganan perdarahan sekunder menggunakan misoprostol (prostaglandin E1) yang
sifatnya memacu kontraksi miometriun yang berfungsi untuk mengtasi perdarahan
pasca salin karena sifatnya lebih unggul yang sifatnya stabil pada temperatur kamar.
Sebenarnya pencegahan timbulnya perdarahan yang terbaik pada saat penanganan
aktif kala III melputi pemberian uterotonika, penengangan talipusat terkendali,
masasse uterus setelah plasenta lahir. Pada saat penanganan perdarahan misoprosytol
memberika efek samping yang cukup signifikan yaitu menggigil (safering dan
kenaikan suhu (pireksial sampai 38 derajat)). Misoprostol dibandingkan dengan
oksitosi injeksi terlihat oksitosin lebih baik dlam mencegah perdarahan postpartum
lebih dari 1000 ml. Tetapi tidak ada perbedaan antara pemakain misoprostol
dibandingkan kejadian kala III lebih dari 30 menit. Dalam pemberian pelayanan

31
perdarahan primer maupun sekunder pada masa nifas bidan memberikan tindakan
kepada pasien bisa dengan kedua cara yaitu memakai misoprostol dan injeksi
oksitosin dengan alasan mudah didapatkan dan dilakukan dan berefek baik terhadap
pasien.

32

Anda mungkin juga menyukai