MAKALAH PBL Terpadu - Model PBL Webbed - KLMPK 7 Daraaa
MAKALAH PBL Terpadu - Model PBL Webbed - KLMPK 7 Daraaa
PEMBELAJARAN TERPADU
Di Susun Oleh :
DARA AYU WULAN SARI (210401140036)
Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
dengan tepat waktu dengan judul “Hakekat Model Pembelajaran webbed”. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Terpadu yang
diampu oleh Bapak Dr. Dwi agus setiawan, M.Pd. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan pembaca dan kita semua. Penulis mengucapkan terimakasih terhadap
dosen pengampu karena telah memberikan tugas ini kepada Penulis sehingga dapat belajar
lebih dalam mengenai pengetahuan khususnya pada bidang Pendidikan Evaluasi Belajar Siswa.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
sebab itulah penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ditemukan kesalahan serta
ketidak sepurnaan lainnya. Penulis mengharapkan adanya kritik serta saran yang bersifat
membangun agar lebih baik kedepannya. Dan diharapkan pula bahwa makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran webbed?
2. Apa saja karakteristik yang termasuk dalam model pembelajaran webbed?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dalam model pembelajaran webbed?
4. Bagaimana langkah dan penerapan dalam model pembelajaran webbed?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran webbed.
2. Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran webbed.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran webbed.
4. Untuk mengetahui langkah dan penerapan model pembelajaran webbed.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
berpengaruh pada pengalaman guru dan peserta didik. Mengajar dengan tema dapat
melewati bermacam-macam struktur program dan semua anak diberbagai usia.
Kefleksibelan juga dinilai lebih tinggi karena jumlah tema, yang dipilih bersifat fleksibel
artinya tidak harus sama dengan lembaga pendidikan satu dengan yang lain. Jadi jumlah
tema pun bebas. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan tema tidak
terbatas, sebuah tema dapat dikembangkan secara singkat namun juga luas disesuaikan
dengan keluasan tema dan keberminatan anak. Bahkan ada sebuah tema yang dapat
dikembangkan selama 1 bulan tapi tema lainnya kurang dari 1 bulan (Risti, 2017).
Pembelajaran dengan tema memberikan kesempatan kepada anak untuk menyatukan
pembelajaran yang diuraikan dalam kurikulum. Misalnya, dengan menggunakan tema
terjadi hubungan antara kegiatan kinestetik, bahasa, atau kognitif yang memungkinkan
anak untuk mengkombinasikan kemampuannya terhadap kurikulum kedalam satu
kesatuan.
Pembelajaran terpadu akan terjadi antara lain jika kejadian yang wajar atau eksplorasi
suatu topik merupakan inti dalam pengembangan kurikulum. Dengan berperan secara aktif
di dalam eksplorasi tersebut siswa akan mempelajari materi ajar dan proses belajar melalui
beberapa bidang studi dalam waktu yang bersamaan.
Pada pengembangan perangkat pembelajaran terpadu model Webbed ini, cara
penentuan tema yang dipilih yaitu tema sudah ditentukan guru pada tahap perencanaan
kemudian dikembangkan dalam sub-sub tema.
Materi pernafasan manusia sebagai materi pokok dikaitkan dengan materi tekanan
udara pada pelajaran fisika, materi fungsi pernafasan pada pelajaran biologi, materi unsur
senyawa pada mata pelajaran kimia, dan materi manusia ciptaan Allah pada mata
pelajaran agama.
4
a. Berpusat Pada Siswa
Pendekatan ini lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar,
sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu dengan memberikan
kemudahan- kemudahan kepada siswa untuk melakuakan aktivitas belajar.
5
e. Bersifat Fleksibel
Guru dapat mengkaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lain, bahkan mengkaitkan mata pelajaran dengan kehidupan siswa dan
keadaan lingkungan sekolah dimana meraka berada.
6
D. Langkah Membuat Rancangan dan Penerapan Model Pembelajaran Webbed (Jaring
Laba-Laba)
1. Langkah membuat rancangan model webbed (jaring laba-laba)
Dengan penerapan pembelajaran terpadu model webbed yang menggunakan
pendekatan tematik disekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan
tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu kesatuan
(holistik). Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan model
webbed (jaring laba-laba) yaitu:
a. Mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang
pengembangan untuk masing-masing kelompok usia.
b. Mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema.
c. Mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan
melalui tema dan subtema.
d. Menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada
indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih.
e. Menyusun Rencana Kegiatan Mingguan.
f. Menyusun Rencana Kegiatan Harian.
Beberapa tahapan atau langkah yang dikemukakan beberapa ahli tentang proses
pembelajaran model webbed dapat disusun secara sistematis menjadi seperti
dibawah ini.
a. Tahap Perencanaan
1. Penetapan tujuan pembelajaran
2. Penetapan bahan dan alat bantu yang digunakan
3. Penetapan metode.
b. Tahap Pelaksanaan
1. Ajakan guru mengamati alat bantu atau objek tertentu sekaligus melakukan
perbincangan.
2. Perbincangan ditindak lanjuti dengan proses identifikasi sub-sub tema.
3. Visualisasi/penggambaran atas tema dan sub-sub tema yang
diperbincangkan
4. Kegiatan pengamatan lebih lanjut (lebih cermat) atas alat bantu objek.
7
5. Penjelasan, diskusi, dan proses belajar lainnya (misalnya, bernyayi).
6. Penugasan (pembagian kelompok dan pengorganisasian tugas)
c. Evaluasi
1. Evaluasi proses keterlibatan dalam pengamatan dan diskusi.
2. Evaluasi hasil mutu laporan.
❖ IPA
Mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaanya.
• Menyebutkan nama bagian-bagian tubuh.
• Menceritakan kegunaan bagian-bagian tubuh.
• Menyebutkan anggota gerak tubuh.
❖ Bahasa Indonesia
Memperkenalkan diri sendiri dengan kalimat sederhana dan bhaasa yang santun.
• Menyebutkan nama orang tua dan saudara kandung.
• Menanyakan data diri dan nama orang tua serta saudara teman sekelas.
❖ Matematika
Membilang banyak benda.
• Membilang atau menghitung secara urut.
• Menyebutkan banyak benda.
8
• Membandingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih
sedikit, atau sama banyak.
❖ IPS
Mengidentifikasi identitas diri,keluarga,dan kerabat.
• Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan.
• Menyebutkan nama ayah, ibu,saudara dan wali.
• Menyebutkan alamat tempat tinggal.
• Menyebutkan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
❖ Kewarganegaraan
Menjelaskan perbedaan jenis kelamin,agama dan suku bangsa.
• Menyebutkan berdasarkan jenis kelamin anggota keluarga.
Tema : Keluarga ku
IPA
Bahasa Indonesia
9
5) Keterampilan berbicara.
Matematika
IPS
Kewarganegaraan
1) Berperilaku jujur pada orang tua, adik, kakak, dan anggota keluarga.
2) Bertanggung jawab kepada ornag tua, adik, kakak dan anggota keluarga.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan di contohkan kegiatan-kegiatan secara garis besar.
1) Kegiatan I
Pemberi makna pada hasil pengamatan, menggunakan informasi dari hasil
pengamatan untuk menjawab pertanyaan, menerangkan bagian-bagian tubuh
misalnya mata, telinga, hidung, lidah, kulit, dan gigi, menceritakan kegunaan
bagian-bagian tubuh yang diamati, dan menentukan cara hidup sehat.
2) Kegiatan 2
10
Pembelajaran dimulai dengan menyebutkan data diri (nama, kelas,
sekolah, tempat tinggal) dengan kalimat sederhana, menyebutkan nama orang
tua dan saudara kandung, menanyakan data diri dan nama orang tua serta
saudara kandung teman sekelas, menyebutkan nama anggota badan dan
kegunaannya dengan sederhana, mengamati gambar tentang keluarga, bertanya
jawab tentang makna gambar, membaca nyaring (didengar siswa lain) kalimat
demi kalimat dalam paragraf serta menggunakan lafal dan intonasi yang tepat
sehingga dapat memahami orang lain, mengenali huruf-huruf dan membacanya
sebagai suku kata, kata, dan kalimat sederhana, membaca penggalan cerita
dengan lafal dan intonasi yang benar, menggerakkan telunjuk untuk membuat
berbagai bentuk dan lingkaran, memegang alat tulis dan menggunakannya
dengan benar, mewarnai.
3) Kegiatan 3
Kegiatan pembelajaran meliputi membilang atau menghitung secara
urut jumlah anggota keluarga, menyebutkan anggota keluarga, membandingkan
dua anggota keluarga melalui istilah lebih banyak, lebih sedikit atau sama
banyak, dan membaca dan menulis lambang bilangan dengan tema keluarga.
4) Kegiatan 4
Pembelajaran mengajak siswa mengamati gambar tentang keluarga,
kemudian bertanya jawab tentang nama-nama anggota keluarga,
mendeskripsikan kasih sayang anggota keluarga, menceritakan pengalaman
diri, menceritakan kasih sayang antar-anggota keluarga, dan menunjukkan sikap
hidup rukun dalam kemajemukan keluarga.
5) Kegiatan 5
Pembelajaran dimulai dengan berdiskusi kelas membahas kasih sayang
keluarga, mengidentifikasi macam-macam contoh perbedaan, seperti perbedaan
jenis kelamin, menceritakan kasih sayang keluarga, memberikan contoh hidup
rukun melalui kegiatan di rumah dan di sekolah, dan menerapkan hidup rukun
di rumah dan di sekolah.
6) Kegiatan 6
11
Dalam pembelajaran siswa diminta memilih gambar sesuai dengan
anggota keluarganya, siswa menceritakan tugas dan tanggung jawab
anggota keluarga.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran terpadu model webbed adalah suatu pembelajaran yang
menggunakan metode tematik. Penggunaan pembelajaran terpadu model webbed ini
lebih menekankan pada penetuan tema belajar yang harus tepat dan mengikat pada
proses pembelajaran. Karakteristik model webbed itu sendiri harus berpusat pada siswa,
memberi pengalaman langsung, pemisah antara mata pelajaran yang tidak begitu jelas,
menyajikan konsep dari beberapa mata pelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran
harus tepat sesuai dengan minat dan bakat siswa, juga menggunakan prinsip belajar
sambil bermain yang menyenangkan. Pembelajaran terpadu jaring laba-laba adalah
model pembelajaran yang dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang
kecenderungan dapat disampaikan melalui beberapa bidang studi lain. Dalam hubungan
ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu
maupun lintas mata pelajaran. Dengan demikian model ini merupakan model yang
mempergunakan pendekatan tematik lintas bidang studi. Untuk dapat menerapkannya,
seorang guru dapat dituntut secara serius dan mendalam untuk memahami dan memilih
tema utama/pokok (ensesial) yang memiliki keterkaitan materi yang secara
metodologis bisa dipadukan. Guru dituntut memiliki kejelian dalam memilih dan
memilah tema/pokok bahasan yang kemudian tema utama/pokok tersebut disebarkan
ke dalam berbagai mata pelajaran.
B. Saran
Setelah adanya pemahaman terhadap pembelajaran terpadu model webbed
penulis mengharapkan kepada para calon pendidik agar dapat mengaplikasikannya
didalam kelas sesuai dengan pemaparan penjelasan yang telah dijelaskan dalam
pembahasan. Untuk itu hendaknya pendidik lebih cakap dalam memilih model
pembelajaran mana yang tepat untuk diajarkan kepada peserta didiknya, dan juga
pembelajaran mana yang merupakan penentu berhasil atau tidak nya seorang pendidik
menjalankan proses pembelajaran di kelas.
13
DAFTAR PUSTAKA
(Dewi, 2021) (Sasmita et al., 2023) (Damayanti et al., 2023) (Hastanto et al., 2023)
Damayanti, P. S., Pujiarti, T., & Srirahmawati, I. (2023). Pengaruh Pembelajaran Terpadu
Model Webbed Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Dan Media Pembelajaran, 2(3), 39–47.
Dewi, I. S. (2021). Profil implementasi model pembelajaran webbed dalam mata pelajaran
IPA terpadu di Indonesia (2013-2021). Jurnal Inovasi Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat, 1(1), 16–31.
Hastanto, A. B., Atiqoh, A., & Karyono, H. (2023). Pengembangan Bahan Ajar Tematik
Pendamping Guru dengan Model Webbed. EDUKASIA: Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran, 4(2), 2219–2234.
Sasmita, E., Fitria, Y., & Erita, Y. (2023). Penggunaan Model Webbed Untuk Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Tematik Terpadu Di Sekolah Dasar. Innovative: Journal Of
Social Science Research, 3(2), 4737–4751.
14