Anda di halaman 1dari 2

Kisah introvert

Sebut saja Joko, pria introvert yang kini duduk di bangku kuliah, ia saat ini telah memasuki
semester 6. Tidak ada yang salah dengan pendiam, tidak ada yang salah dengan introvert
banyak yang mengira kalau Joko itu adalah anak yang tertutup susah diajak ngobrol lah, jarang
bergaul lah.

Di lain sisi seorang pribadi introvert pun, punya dunianya sendiri, memang cara mereka agak
beda dengan kebanyakan orang. Tapi Joko yang melewati masa kuliahnya dari semester awal
sampai saat ini tiba di semester 6. Itu bukan tanpa alasan, Joko selalu bersungguh atas
kepercayaan yang orang tuanya berikan.

“Hebat juga aku meskipun teman dekat ku di kelas bisa dihitung jari, namun aku bisa
melaluinya” pungkas Joko berangan sambil mengendarai motor maticnya. Ia pun turun dari
motornya dan menaruh helm nya ke spion motor, di parkiran itu banyak yang melihat Joko.
Joko pun melirik balik hanya sepersekian detik, “hmm..mereka itu melihat ku karena aku
ganteng atau karena aku pendek sih, apapun itu aku tak peduli hehe” renung Joko didalam
hatinya. Ia pun berjalan dengan langkah tegas tak ambil pusing dengan orang yang melihatnya.

Sebuah prestasi bukan bilamana seorang introvert tapi punya kepercayaan diri lebih, karena
salah satu teman terbaiknya adalah dirinya sendiri, karena itu ia mengagumi sosok dirinya
sendiri. Sungguh introvert yang beda si Joko ini.

Seperti laki-laki kebanyakan, Joko pun memiliki wanita pujaan hatinya sendiri. Namun itu hanya
sebatas pengagum rahasia saja, mencintai dengan diam itulah Joko. Karena tak main-main
wanita incaran Joko itu adalah seorang cendekiawan dalam kelas nya. Wanita dengan
segudang kepintaran, ditunjang dengan paras nan jelita.

Sebetulnya Joko menaruh perasaan dengan si cendekiawan kelas itu, baru akhir-akhir ini. Joko
merasa dekat dengan si cendekiawan, tepatnya saat penugasan salah satu mata kuliah. Yang
mana mahasiswa/i nya ditugaskan untuk melakukan sosialisasi ke SD yang telah ditentukan.

Bak takdir atau apalah itu, si introvert dan si cendikiawan berada dalam satu kelompok. Hingga
momen sakral pun tiba, “lah yang lain pada kemana, aku masuk ke kelas ini ajalah” kata Joko.
Saat itu sosialisasi dibagi menjadi 2 kelas rombongan, untuk ruang a diisi dari kelas 4 sampai 6
dan, untuk ruang b diisi kelas 1 sampai 3.

Saat itu teman-teman joko entah kemana, padahal tadi lagi ngumpul. Singkat cerita joko masuk
ke kelas a, di sana ia merasa canggung karena dia cuman berdua dengan si cendekiawan itu.
Si cendekiawan itu pun mulai mengawali kegiatan sosialisasi. Joko yang tampak canggung
cuman bisa menggambarkan bingkai senyum di wajahnya, sambil kedua tangan istirahat
ditempat. “kelihatan gagah gak sih aku?” tanya Joko dalam hati, sambil menatap para peserta
sosialisasi.

Dalam sesi lanjutan, semua siswa/i disuruh mengambil cup air mineral yang ada di kardus
depan papan tulis. Namun belum ada yang melakukan perintah dari cendekiawan tersebut. “ayo
adik-adik ambil air di depan kalau haus” ucap cendekiawan itu. Joko dengan inisiatif nya
langsung mengambil kardus yang berisi air mineral, lalu ia membagikan nya satu demi satu
kepada peserta sosialisasi.
Dalam suatu momen si cendekiawan pun turut membantu Joko dalam membagikan air mineral.
Tangan Joko dengan tidak sengaja bersentuhan, dengan cendekiawan itu. “wah..tanganya
bening sekali” suara hati Joko sembari deg-degan. Lantas terbesit dalam benak Joko “masih
besaran tangan ku, hehe..” imbuhnya. Moment itulah yang membuat baper Joko dan menaruh
hati kepada cendekiawan itu. Sebagai intermezzo saja, Joko hanya akrab dengan 1 orang saja
dari total 8 teman yang ikut sosialisai. Mungkin karena si bobby suka sepak bola yang membuat
Joko berteman akrab padanya. Joko sebenarnya agak risih ketika ada yang ikut nimbrung
bincang persepakbolaan tapi cuman tau Ronaldo sama messi doang.

Anda mungkin juga menyukai