Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN WAHAM

Oleh:

Kelompok 2:

Resy Rahmatillah (22212169)

Shifa Khalisha Nabila (22212161)

Syarifah Nurhilma (22212160)

Syarifah munira Husra (22212164)

Nadia syafitri (22212121)

Bellawati (22212122)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSEMPENA

BANDA ACEH

2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

dengan judul "ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN WAHAM". Dalam menyusun LP

7 ini, kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan

kepada teman teman yang telah membantu menyelesaikan LP 7 ini. Kami menyadari

bahwa dalam menyusun ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan LP 7

ini. Kami berharap semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, 9 Mei 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……..……………………………..………………………….....i

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1

1.2 Tujuan penulis............................................................................................................2

1.3 Manfaatpenulis….......................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................5

2.1 Konsep( teori).............................................................................................................5

2.1.1Pengertian.....................................................................................................5

2.1.2 Etiologi........................................................................................................5

2.1.3 Rentang……..………..….…………...……………………………….......6

2.1.4Jenis/Manifestasiklinis…………….…………………………………...….6

2.1.5 Tanda dan gejala……............………………………………………….…7

2.1.6 Fase yang terjadi……………............…………………………………….8

2.1.7Penatalaksanaan………...…………………………………………….......11

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan…………………………….……………..…………14

2.2.1 Pengkajian……………………………….……….…………………...... 14

2.2.2 Pohon masalah……………………..……….…………………………... 19

2.2.3 Diagnosa Keperawatan…………..……………………………………... 20

2.2.4 Intervensi Keperawatan……..………………………………………….. 20

2.2.5 Strategi pelaksanaan…………………..………………………………....23

2.2.5.1 Strategi pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada klien……...………23

2.2.5.2 Strategi pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada keluarga………….30

2.2.6 Evaluasi……………….…………………………………....………........46
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan kondisi individu yang sejahtera dimana individu

tersebut mampu untuk selalu berpikir positif baik terhadap diri sendiri, orang lain dan

lingkungan dalam segala situasi (Emi, dkk 2018). Orang yang mempunyai

kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan dapat

berinteraksi secara baik, tepat, dan bahagia merupakan orang yang sehat jiwanya.

Individu dapat dikatakan berpotensi atau berisiko mengalami gangguan kesehatan

jiwa, jika individu tersebut tidak mampu untuk berpikir positif dan menyesuaikan diri

untuk berinteraksi dengan lingkungannya (Sutejo, 2017).

Gangguan jiwa adalah suatu pola perilaku yang secara klinis bermakna yang

berhubungan dengan distress sehingga menimbulkan gangguan pada satu atau lebih

fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2011). Selain itu gangguan jiwa juga merupakan

suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi

jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu dan hambatan dalam melakukan

peran sosial (Depkes RI, 2012)

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang dapat mempengaruhi

pikiran, perasaan, dan perilaku individu. Skizofrenia adalah bagian dari gangguan

psikosis yang terutama ditandai dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas dan

hilangnya daya tilik diri (insight). Gangguan psikosis ini belum diketahui pasti apa

penyebab dan perjalanan penyakitnya (tak selalu bersifat kronis). Pada gangguan

psikosis, termasuk juga skizofrenia, dapat ditemukan gejala gangguan jiwa berat
seperti halusinasi, waham, perilaku yang kacau, dan pembicaraan yang kacau

(Yudhantara & Istiqomqah, 2018).

Salah satu jenis gangguan jiwa skizofrenia adalah skizofrenia paranoid. Secara

klasik skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya gangguan waham.

Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan orientasi realitas

adalah ketidak mampuan klien menilai dan berespons pada realitas (Sofian, 2017).

Asuhan keperawatan pada kasus waham dapat disusun sesuai rencana tindakan

keperawatan. Beberapa rencana tindakan yang telah disusun yaitu membantu orientasi

realitas, mendiskusikan kebutuhan yang belum terpenuhi, membantu pasien

memenuhi kebutuhannya, mendiskusikan dan melatih kemampuan yang dimiliki, dan

memberikan Pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur. Rencana

kegiatan yang telah dibuat kemudian disusun rencana tindakan Keperawatan (Fitria

& Sofian 2017).

Menurut Departemen kesehatan RI Tahun 2018 perawat memiliki kedudukan

yang penting dalam menghasilkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan khususnya

pada pasien dengan masalah gangguan proses pikir : waham, karena pelayanan yang

diberikan berdasarkan pada pendekatan biopsiko-sosial-spritual dan secara sistematis

meliputi lima proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi, dan evaluasi (DepKes, 2018). Berdasarkan uraian latar belakang diatas

maka peneliti tertarik untuk meneliti permasalahn dengan judul “Laporan Asuhan

Keperawatan Jiwa Dengan Gangguan Proses Pikir : Waham.”

1.2 Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu menerapkan dan menganalisis asuhan keperawan jiwa.


2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dengan waham,

mahasiswa/i diharapkan mampu:a. Menganalisis pengkajian dengan gangguan

proses pikir : waham.

a. Menganalisis intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan proses

pikir : waham.

b. Menganalisis dan melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan

gangguan proses pikir : waham.

c. Menganalisis hasil asuhan keperawatan dengan gangguan proses pikir :

waham.

d. Menganalisis dan melakukan pendokumentasian pada pasien dengan

gangguan proses pikir : waham.

3. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Laporan Kasus Asuhan Keperawatan ini dapat digunakan sebagai dasar untuk

mengembangkan pengetahuan dalam ilmu keperawatan khususnya asuhan

keperawatan jiwa pada pasien yang mengalami gangguan proses pikir :

waham.

2. Manfaat Praktis

a. Pasien Waham Kebesaran

Diharapkan tindakan yang telah di ajarkan dapat di terapkan secara

mandiri untuk orientasi realita dan untuk mendukung kelangsungan

kesehatan pasien.
b. Keluarga Pasien Waham Kebesaran

Diharapkan keluarga dapat memberikan dukungan moral, emosional dan

spiritual serta membantu dalam menerapkan asuhan keperawatan jiwa

kepada pasien dengan gangguan proses pikir : waham kebesaran

c. Program Studi Keperawatan Universitas Bina Bangsa Getsempena.

Diharapkan sebagai tambahan referensi dan bacaan yang dapat menambah

wawasan ilmu pengetahuan, khususnya asuhan keperawatan jiwa pada

pasien gangguan proses pikir : waham.

d. Perawat Wisma Srikandi

Diharapkan dapat menjadi acuan dalam menangani, memberikan

pelayanan kepada pasien gangguan jiwa dengan gangguan prosespikir :

waham.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep (Teori)

2.1.1 Pengertian

Waham adalah suatu keadaan dimana seseorang individu

mengalami sesuatu kekacauan dalam pengoprasian aktivitas-aktivitas

kognitif (Townsen, 1998). Waham adalah keyakinan yang salah secara

kokoh dipertahankan walaupun tidak di yakini orang lain dan bertentangan

dengan realita normal (Stuard dan Sudden, 1998).

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan

penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan

tingat intelektual dan latar belakang budaya, ketidak mampuan merespon

stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi atau informasi

secara akurat (Yosep, 2011).

2.1.2 Etiologi

Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya waham (Keliat, 1998 dalam

Damayanti 2012), yaitu:

1. Faktor Predisposisi

Meliputi perkembangan sosial kultural, psikologis, genetik, biokimia.

Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal

terganggu maka individu mengalami stres dan kecemasan. Berbagai

faktor masyarakat dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan

kesepian yang mengakibatkan kurangnya rangsangan eksternal. Stres


yang berlebihan dapat menganggu metabolisme dalam tubuh sehingga

membuat tidak mampu dalam proses stimulus internal dan eksternal.

2. Faktor Presipitasi

Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya

waham yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu

lama diajak bicara, objek yang ada dilingkungannya dan suasana sepi

(isolasi). Suasana ini dapat meningkatkan stres dan kecemasan.

2.1.3 Rentang Respon

2.1.4 Jenis/Manifestasi Klinis

Adapun jenis-jenis waham menurut Marasmis, stuart and sundeen (1998)

dan Keliat (1998) waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu:

1. Waham agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara

berlebihan diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan

kenyataan

2. Waham kebesaran : klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki

kebesaran atau kekuatan khusus diucapkan beulang kali tetapi tidak

sesuai dengan kenyataan.


3. Waham somatic : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya

teganggu dan terserang penyakit, diucapkan beulang kali tetapi tidak

sesuai dengan kenyataan.

4. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana

klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha.

merugikan atau mencurigai dirinya, diucapkan beulang kali tetapi

tidak sesuai dengan kenyataan.

5. Waham nihilistic : klien yakin bahwa dirinya sudah ridak ada di dunia

atau sudah meninggal, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai

dengan kenyataan.

6. Waham bizar Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang

dsisipkan di dalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan

tidak sesuai dengan kenyataan.

1). Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia

pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut,

diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

2). Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari

luar.

2.1.5 Tanda dan Gejala

Menurut Fitria Nita, 2009 tanda dan gejala pada pasien dengan perubahan

isi pikir waham adalah sebagai berikut:

1. Menolak makan.

2. Tidak ada perhatian dalam perawatan diri.

3. Ekspresi wajah sedih/ gembira/ ketakutan.


4. Gerakan tidak terkontrol.

5. Mudah tersinggung.

6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

7. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan

menghindar dari orang lain..

8. Mendominasi pembicaraan.

9. Berbicara kasar.

10. Menjalankan kegiatan keagamaan berlebihan

2.1.6 Fase Terjadinya

Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :

1. Fase Lack of Human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik

secara fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat

terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat

terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk

melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial

dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selft

ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan

dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat

berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham

terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia

ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh

kembang ( life span history ).


2. Fase lack of self esteem

Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan

antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta

dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar

lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat

lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi

komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki

kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang

melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh.

Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support

system semuanya sangat rendah.

3. Fase control internal external

Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-

apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan

tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi

klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk

diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan

menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum

terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien

mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu

tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena

besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan

hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif


berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang

lain.

4. Fase environment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam

lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan

klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu

kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai

terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super

Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat

berbohong.

5. Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta

menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan

mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien

menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering

menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).

6. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap

waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham

yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau

kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ).

Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat

menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk

mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta


memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan

menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

2.1.7 Penatalaksanaan

1. Farmakoterapi

Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada

penatalaksanaan skizofrenia secara umum menurut Townsend (1998),

Kaplan dan Sadock (1998) antara lain :

1) Anti Psikotik

Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :

a. Chlorpromazine

Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan

mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal :

3×25 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan

dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.

b. Trifluoperazine

Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik

menarik diri. Dosis awal : 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan

sampai 50 mg/hari.

c. Haloperidol

Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik,

psikosis,dan mania. Dosis awal : 3×0,5 mg sampai 3 mg. Obat

antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan

waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi

parah, harus diberikan obat antipsikotik secara intramuskular.


Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis

yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain

harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling

sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini

harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan

terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian

sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien.

d. Anti parkinson

Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme,

dan untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat.

Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari. Difehidamin, dosis yang

diberikan : 10- 400 mg/hari.

e. Anti Depresan

Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena

ansietas, dan keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari.

Imipramin, untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan

depresi neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan

: 50-75 mg/hari.

f. Anti Ansietas

Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan

somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk

meringankan sementara gejalagejala insomnia dan ansietas.

Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain:

Fenobarbital : 16-320 mg/hari


Meprobamat : 200-2400 mg/hari

Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari

2. Psikoterapi

Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan

saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok.

Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak

boleh terus-menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus

tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan

yang dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya

dengan klien. Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan

kecurigaan dan permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak semua

kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa

keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri

dan mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu

dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas.

Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman

internal klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan

perasaan klien, misalnya dengan berkata : “Anda pasti merasa sangat

lelah, mengingat apa yang anda lalui, “tanpa menyetujui setiap mis

persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien.

Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan

terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan

kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul.

Pada saat
klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu

hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik

dapat dilakukan.

3. Terapi Keluarga

Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien,

sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh

manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Menurut Dermawan (2013) faktor yang perlu dikaji yaitu :a. Faktor

predisposisi

1) Genetik : diturunkan

2) Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan konteks

limbik.

3) Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan

glutamate

4) Virus : paparan virus influenza pada trimester III

5) Psikologi : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

a. Faktor presipitasi

1) Proses pengolahan informasi yang berlebihan

2) Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.

3) Adanya gejala pemicu

Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal

dirawat, isi pengkajiannya meliputi :


a. Identitas klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak

dengan klien tentang nama klien, panggilan klien, nama perawata,

tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.

b. Keluhan utama / alasan masuk.

Tanyakan pada keluarga / klien yang menyebabkan klien dan keluarga

datang ke rumah sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi

masalah dan perkembangan yang dicapai.

c. Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan pada keluarga / klien, apakah klien pernah mengalami

gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,

penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan, kekerasan

dalam keluarga dan tindakan criminal. Dapat dilakukan pengkajian

pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya

gangguan :

1) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungsn klien sangat mempengaruhi

respon psikologis dari klien.

2) Biologis

Gangguan perkembangan dan fungus otak atau SSP, pertumbuhan

dan perkembangan individu pada prenatal, neonates dan anak-

anak.

3) Social budaya
Seperti kemiskinan, konflik social budaya (peperangan, kerusuhan,

kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang

menumpuk.

d. Aspek fisik / biologis

Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital : tekanan darah,

nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, jika

perlu kaji fungsi organ jika ada keluhan.

e. Aspek psikologis

1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang

dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang

terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh.

2) Konsep diri

a. Citra tubuh : mengenai presepsi klien terhadap tubuhnya,

bagian yang disukai dan tidak disukai.

b. Identitas diri : status dan posisi klien sebelum dirawat,

kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan

klien sebagai laki-laki/perempuan.

c. Peran : tugas yang diemban dalam keluarga/kelompok dan

masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas

tersebut.

d. Ideal diri : harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas,

lingkungan dan penyakitnya.

e. Harga diri : hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan

penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi


ppengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud

harga diri rendah.

3) Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam

kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.

4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.

f. Status mental

Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,

aktivitas motoric klien, alam perasaan klien (sedih,takut, khawatir),

afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi

pikir tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung,

kemampuan penilaian dan daya tilik diri.

g. Kebutuhan persiapan pulang

1) Kemampuan makan klien, kemampuan menyiapkan dan

membersihkan alat makan.

2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan

WC serta membersihka dan merapikan pakaian.

3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh

klien.

4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah

minum obat.

6) Masalah psikologi dan lingkungan

Data dari keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki

klieni. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap

bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah

j. Aspek medis

Terapi yang diterima oleh klien : ECT, terapi antara lain seperti terapi

psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi

okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu

refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat

melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan

bermasyarakat.

2.2.1.1 Data subjectif

1) Gejala dan tanda mayor:

a. Mengungkapkan isi waham.

b. Merasa sulit berkonsentrasi.

2) Gejala dan tanda minor:

a. Merasa khawatir.

2.2.1.2 Data Objectif

1) Gejala dan tanda mayor:

a. Menunjukkan perilaku sesuai isi waham.

b. Isi pikir tidak sesuai realitas.

c. Isi pembicaraan sulit dimengerti.

2) Gejala dan tanda minor:

a. Curiga berlebihan.

b. Waspada berlebihan.

c. Bicara berlebihan.
d. Sikap menentang atau permusuhan.

e. Wajah tegang.

f. Pola tidur berubah

g. Tidak mampu mengambil keputusan.

h. Flight of idea.

i. Produktifitas kerja menurun.

j. Tidak mampu merawat diri.

k. Menarik diri.

2.2.2 Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain,

dan lingkungan

Perubahan proses pikir : Waham


kebersaran

Harga Diri Rendah

2.2.3 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan SDKI 2017 diagnosa yang muncul yaitu gangguan proses

pikir : waham. Definisi waham yaitu keyakinan yang keliru tetang isi pikir

yang dipertahankan secara kuat atau terus menerus namun tidak sesuai

dengan kenyataan.

2.2.4 Intervensi Keperawatan


Dalam intervensi keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan hasil

pengumpulan data dan rumusan diagnosis keperawatan yang merupakan

pentunjuk dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk

mencegah, menurunkan, atau mengeleminasi masalah kesehatan klien.

Rencana keperawatan adalah bagaimana perawat merencanakan suatu

tindakan kerawatan agar dalam melakukan terhadap pasien efektif dan

efisien. Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk yang tertulis yang

menggambarkan secara tepat mnegenai rencana tindakan yang dilakukan

terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa

keperawatan (Sutejo, 2018).

No. Diagnosa Luaran Intervensi Rasional

keperawatan

1 Gangguan proses pikir : Setelah diberikan Manajeman waham - Mengetahui

Waham tindakan keperawatan (I.09295) hlm.232 penyebab dan

selama ...x... jam Tindakan: intervensi yang

diharapkan status - Monitor waham akan dilakukan

orientasi membaik yang isinya selanjutnya

dengan kriteria hasil : membahayakan diri - Memperlancar

(L.09090) hlm.123 sendiri, orang lain interaksi yang

1. Verbalisasi dan lingkungan selanjutnya akan

waham dari Terapeutik dilakukan

sedang (3) - Bina hubungan - Meningkatkan

menjadi cukup interpersonal saling rasa percaya klien

menurun (4) percaya terhadap perawat


2. Perilaku - Hindari perdebatan

waham dari tentang sesuatu yang - Membuat klien

sedang (3) keliru, nyatakan. merasa benar

menjadi cukup keraguan sesuai fakta dengan wahamnya

menurun (4) - Hindari - Suasana

3. Perilaku memperkuat gagasan lingkungan yang

sesuai realita waham. bersahabat

dari sedang - Sediakan mendukung

(3) menjadi lingkungan aman dan komunikasi

cukup nyaman. terapeutik

membaik (4) Edukasi: - Orang yang

4. Isi pikir - Anjurkan dipercaya membuat

dari sedang mengungkapkan dan nyaman dalam

(3) menjadi memvalidasi waham bercerita

cukup (uji realitas) dengan - Pengetahuan

membaik (4) orang yang mengenai penyakit

5. dipercaya- Jelaskan dapat mengubah

Pembicaraan tentang waham serta perilaku

dari sedang penyakit terkait - Mengurangi gejala

(3) menjadi kolaborasi. psikotik.

cukup - Kolaborasi

membaik (4) pemberian obat.


Orientasi realita

(I.09297) hlm.235 - Mengetahui

Observasi: perubahan yang

- Monitor perubahan dialami

orientasi - Mengetahui

- Monitor perubahan kognitif dan

kognitif dan perilaku. perilaku klien

Terapeutik: - Meningkatkan

- Perkenalkan nama hubungan saling

sebelum memulai percaya

interaksi - Menghadirkan

- Orentasikan realita

orang,tempat, dan - Memberikan

waktu pnejelasan terkait

- Hadirkan realita realita

- Libatkan dalam - Bersosialisasi

terapi kelompok dengan yang lain

realita - Mampu

Edukasi: melakukan

- Anjurkan perawatan perawatan dengan

diri secara mandiri. mandiri

2.2.5 Strategi Pelaksanaan

2.2.5.1 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien.


1. Strategi Pelaksanaan 1 Klien dengan Waham

Pertemuan ke 1

Ds:

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakinininya (tentang agama

kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara

berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

Do:

1. Klien tampak tidak mempunyai teman.

2. Klien selalu mencurigai oranglain.

3. Ekspresi wajah klien tegang.

4. Mudah tersinggung.

5. Bicara tidak realitas.

6. Klien tampak ketakutan

7. Merusak (dirinya, oranglain, dan lingkungan)

Diagnose Keperawatan: Waham

Tujuan:

1. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala waham.

2. Klien dapat mengetahui orientasi realitas nya.

3. Klien dapat terpenuhi kebutuhan realitasnya

Tindakan:

1. Identifikasi tanda dan gejala waham.

2. Bantu orientasi realita: panggil nama, orientasi waktu, orang dan

tempat/lingkungan.

3. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi.


4. Bantu klien memenuhi kebutuhan realitasnya.

5. Masukan pada jadwal kegiatan hariannya.

A. Orientasi

1. Salam terapeutik

“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya alda, saya perawat

yang dinas pagi ini di Ruang melati. Saya dinas dari jam 07.00–

14.00, saya yang akan membantu perawatan bapak hari ini.

Nama bapak siapa? senangnya dipanggil apa?”

2. Validai perasaan

“bagaimana perasaan bapak saat ini?”

3. Kontrak

“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak rasakan

sekarang?” “Berapa lama bapak R mau kita berbincang-

bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” “Dimana enaknya kita

berbincang-bincang pak?”

B. Fase Kerja

“Saya mengerti bapak merasa bahwa bapak adalah seorang Nabi,

tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya, karena setahu saya

semua Nabi tidak hidup didunia ini” “Tampaknya bapak gelisah

sekali, bisa bapak ceritakan kepada saya apa yang bapak rasakan?”

“baik bapak, jadi bapak merasa takut nanti diatur-atur oleh orang

lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri pak sendiri?” “Siapa

menurut bapak yang sering mengatur-atur diri bapak?” “Jadi adik

bapak yang sering mengatur bapak?” “Kalau bapak sendiri inginnya


seperti apa?” “Bagus bapak sudah punya rencana dan jadwal untuk

diri sendiri.” “Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak”

“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di

luar rumah sakit karena bosan kalau dirumah sakit terus ya?”

C. Terminasi

1. Evaluasi subjektif

“Bagimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dengan

saya?”

2. Evaluasi objektif

“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”

3. Rencana Tindak Lanjut

“baik bapak, bagaiman kalau besok kita berbincang-bincang

lagi megenai hal positif apa saja yang bapak miliki?” “bapak

maunya kita berbincang dimana dan jam berapa?” “kita

masukan kedalam jadwal harian bapak ya. Jika bapa melakukan

secara mandiri bapak tulis M, jika dibantu bapak tulis B, jika

tidak melakukan tulis T, apakah bapak mengerti?”

2. Strategi Pelaksanaan 2 Klien dengan Waham

Pertemuan ke 2

Ds:

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakinininya (tentang agama,

kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara

berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan


Do:

1. Klien tampak tidak mempunyai teman.

2. Klien selalu mencurigai oranglain.

3. Ekspresi wajah klien tegang.

4. Mudah tersinggung.

5. Bicara tidak realitas.

6. Klien tampak ketakutan.

7. Merusak (dirinya, oranglain, dan lingkungan)

Diagnose Keperawatan: Waham

Tujuan:

1. Klien dapat mengetahui kemapuan yang dimilikinya.

2. Klien dapat melatih cara mengontrol waham

Tindakan:

1. Mengevaluasi kegiatan SP1.

2. Diskusikan kemampuan yang dimiliki.

3. Latih cara yang dipilih dan berikan pujian

4. Masukan pada jadwal kegiatan harian

A. Orientasi

1. Salam Terapeutik

“Assalamualaikum pak, selamat pagi. Masih ingat dengan saya?”

2. Evaluasi validasi

“bagaimana perasaannya saat ini? Bagus”

3. Kontrak
“sesuai dengan kontrak kita yang kemarin, hari ini kita akan

belajar kemapuan positif yang dimiliki bapak” “bapak maunya

dimana dan berapa menit?”

B. Fase Kerja

“Apa saja hobi bapak? Saya catat ya pak, terus apa lagi?” “Wah, rupanya

bapak pandai main suling ya.” “Bisa bapak ceritakan kepada saya kapan

pertama kali belajar main Suling, siapa yang dulu mengajarkannya kepada

bapak dimana?” “Bisa bapak peragakan kepada saya bagaiman bermain

suling yang baik itu.” “Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita buat

jadwal untuk kemampuan bapak. Berapa kali sehari/seminggu bapak mau

bermain suling?” “Ada tidak hobi atau kemampuan bapak yang lain selain

bermain suling?”

C. Terminasi

1. Evaluasi subjekti“Bagimana perasaan bapak setelah berbincang-f

bincang dengan saya?”

2. Evaluasi objektif

“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan dan lakukan? Bagus.”

3. Rencana Tindak Lanjut

“baik bapak, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi

tentang mimun obat utuk bapak?” “bapak maunya kita berbincang

dimana dan jam berapa?” “kita masukan kedalam jadwal harian bapak

ya. Jika bapa melakukan secara mandiri bapak tulis M, jika dibantu

bapak tulis B, jika tidak melakukan tulis T, apakah bapak mengerti?”


3. Strategi Pelaksanaan 3 Klien dengan Waham

Pertemuan ke 3

Ds:

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakinininya (tentang agama,

kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara

berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan

Do:

1. Klien tampak tidak mempunyai teman.

2. Klien selalu mencurigai oranglain.

3. Ekspresi wajah klien tegang.

4. Mudah tersinggung.

5. Bicara tidak realitas.

6. Klien tampak ketakutan

7. Merusak (dirinya, oranglain, dan lingkungan)

Diagnose Keperawatan: Waham

Tujuan:

1. Klien dapat mengetahui cara minum obat sesuai anjuran dokter

Tindakan:

1. Mengevaluasi kegiatan SP2.

2. Jelaskan tentang obat yang diminum.

3. Masukan pada jadwal kegiatan hariannya

A. Orientasi

1. Salam Terapeutik

“Assalamualaikum pak, selamat pagi”


2. Evaluasi validasi

“Bagaimana pak, sudah dicoba latihan main sulingnya? Bagus

sekali.”

3. Kontrak

“Sesuai dengan kontrak kita yang kemarin, kita akan membicarakan

tentang obat yang harus bapak minum, Bagaimana kalau kita mulai

sekarang pak?” “Berapa lama bapak mau kita membicarakannya?

Bagaimana kalau 20 atau 30 menit saja?”

B. Kerja

“bapak berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang

diminum?” “bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,

tidurnya juga tenang.” “Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya

oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP

gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya

agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi,

jam 1 siang, dan jam 7 malam.” “Bila nanti setelah minum obat mulut

bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa banyak

minum dan mengisap-isap es batu.” “Sebelum minum obat ini bapak

mengecek dulu label dikotak obat apakah benar nama bapa tertulis disitu,

berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus

diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!” “Obat-obat ini

harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum

dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya bapak tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi

dengan dokter.”

C. Terminasi

1. Evaluasi subjektif

“Bagimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dengan saya?”

2. Evaluasi objektif

“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”

3. Rencana Tindak Lanjut

“baik bapak, bagaiman kalau besok kita berbincang-bincang lagi

kebutuhan lain yang bapak perlukan” “bapak maunya kita berbincang

dimana dan jam berapa?” “kita masukan kedalam jadwal harian bapak

ya. Jika bapa melakukan secara mandiri bapak tulis M, jika dibantu

bapak tulis B, jika tidak melakukan tulis T, apakah bapak mengerti?”

4. Strategi Pelaksanaan 4 Klien dengan Waham

Pertemuan ke 4

Ds:

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakinininya (tentang agama,

kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara

berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

Do:

1. Klien tampak tidak mempunyai teman.

2. Klien selalu mencurigai oranglain.

3. Ekspresi wajah klien tegang.


4. Mudah tersinggung.

5. Bicara tidak realitas.

6. Klien tampak ketakutan

7. Merusak (dirinya, oranglain, dan lingkungan)

Diagnose Keperawatan: Waham

Tujuan:

1. Klien dapat mengetahui kebutuhan yang lainnya

Tindakan:

1. Mengevaluasi kegiatan SP3

2. Diskusikan kebutuhan lain dan cara memenuhinya

3. Diskusikan kemapuan yang dimiliki dan memilih cara yang akan

dilatih

4. Masukan pada jadwal kegiatan hariannya

A. Orientasi

1. Salam Terapeutik

“Assalamualaikum pak, selamat pagi”

2. Evaluasi validasi

“Bagaimana pak, sudah minum obat hari ini? Bagus sekali.”

3. Kontrak

“Sesuai dengan kontrak kita yang kemarin, kita akan

membicarakan tentang kebutuhan lain yang mungkin masih belum

terpenuhi, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?” “Berapa


lama bapak mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau

30 menit saja?”

B. Fase Kerja

“baik bapak, bapak ada hal lain yang bapak inginkan? Misalnya seperti

bermain ditaman atau semacamnya” “wah bapak mau bermain ditaman

ya” “baik bapak sekarang kita ketaman ya, sekaligus bapak belajar

bersosialisasi dengan orang orang disekitar,bagaimana bapak?”

C. Terminasi

1. Evaluasi subjektif

“Bagimana perasaan bapak setelah kita berjalan ditaman dan

bersosialisai dengan orang lain?”

2. Evaluasi objektif

“Apa saja tadi yang telah kita lakukan pak? Bagus.”

3. Rencana Tindak Lanjut

“baik bapak, bapak sudah melakukan semua kegiatan sesuai jadwal

kegiatan harian bapak. Untuk selanjutnya bapak harus tetap

melakukannya secara mandiri ya pak. Jangan lupa obatnya

diminum juga. Saya permisi ya pak”

2.2.5.2 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada keluarga.

1. Strategi Pelaksanaan 1 Keluarga Klien dengan Waham

Pertemuan ke 1

Ds:
Keluarga klien mengatakan klien sering mengungkapkan sesuatu

yang diyakinininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan

dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan

Do:

1. Klien tampak tidak mempunyai teman.

2. Klien selalu mencurigai oranglain.

3. Ekspresi wajah klien tegang.

4. Mudah tersinggung.

5. Bicara tidak realitas

Diagnose Keperawatan: Waham

Tujuan:

1. Keluarga mampu memahami pengertian, tanda & gejala, dan

proses terjadinya.

2. Keluarga mampu merawat klien waham

Tindakan:

1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien.

2. Jelaskan pengertian, tanda&gejala, dan proses terjadinya

waham.

3. Jelaskan cara merawat: tidak disangkal, tidak diikuti/diterima.

4. Latih cara mengetahui kebutuhan pasien dan mengetahui

kemapuan pasien.

5. Masukan pada jadwal kegiatan hariannya


A. Orientasi

1. Salam terapeutik

“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya alda, saya perawat

yang dinas pagi ini di Ruang melati. Saya dinas dari jam 07.00–

14.00, saya yang akan membantu perawatan ibu hari ini. Nama

ibu siapa? senangnya dipanggil apa?”

2. Validai perasaan

“bagaimana perasaan ibu saat ini?”

3. Kontrak

“Bisa kita berbincang-bincang tentang kondisi suami ibu saat

ini?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang bu?” “ibu

maunya berapa menit?”

B. Fase Kerja

“ibu, apa masalah yang ibu rasakan dalam merawat bapak? apa yang

sudah bapak lakukan dirumah? Dalam menghadapi sikap bapak yang

selalu mengaku-ngaku sebagi seorang nabi tetapi nyatanya bukan

nabi hanya merupak salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu

akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali bapak

berkata bahwa ia seorang nabi, ibu dan bersikap dengan mengatakan:

Pertama: ibu mengerti bahwa bapak merasa seorang nabi, tapi sulit

bagi ibu untuk mempercayainya karena setahu kita semua nabi tidak

ada yang hidup didunia. Kedua: ibu harus lebih sering memuji bapak

jika ia melakukan hal-hal yang baik. Ketiga: hal-hal ini sebaiknya

dilakukan oleh seluruh keluarga yan berinteraksi dengan bapak.


Bapak dan ibu dapat bercakap-cakap dengan baak tentang kebutuhan

yang diinginkan oleh bapak, misalnya: ibu percaya kalau bapak

punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada kami,

bapak kan punya kemampuan. Keempat: ibu mengatakan kepada

bapak, Bagaimana kalau kemampuan untuk bermain suling dengan

baik dicoba sekarang, dan kemudian setelah dia melakukannya ibu

harus memberikan pujian. Ibu jangan lupa, bapak ini perlu minum

obat agar pikirannya jadi tenang.” “Obatnya ada tiga macam pak,

yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang

putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu

ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini

diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam,

jangn dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat

menyebabkan bapak bisa kambuh kembali. bapak sudah punya

jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera

berikan pujian!”

C. Terminasi

1. Evaluasi subjektif

“Bagimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan

saya?”

2. Evaluasi objektif

“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”

3. Rencana Tindak Lanjut


“baik ibu, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi

tentang melatih kemampuan positif yang dimiliki klien” “ibu

maunya kita berbincang dimana dan jam berapa.

2. Strategi Pelaksanaan 2 Keluarga Klien dengan Waham

Pertemuan ke 2

Ds:

Keluarga klien mengatakan klien sering mengungkapkan sesuatu yang

diyakinininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya)

berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

Do:

1. Klien tampak tidak mempunyai teman.

2. Klien selalu mencurigai oranglain.

3. Ekspresi wajah klien tegang.

4. Mudah tersinggung.

5. Bicara tidak realitas.

Diagnose Keperawatan: Waham

Tujuan:

1. Keluarga mampu menegetahui kebutuhan klien.

2. Keluarga dapat melatih klien dalam mengontrol waham

Tindakan:

1. Evaluasi kegiatan SP1.

2. Latih cara memenuhi kebutuhan pasien.


3. Latih cara melatih kemampuan yang dimiliki klien.

4. Masukan pada jadwal kegiatan hariannya

A. Orientasi

1. Salam terapeutik

“Assalamualaikum, selamat pagi.”

2. Validasi perasaan

“bagaimana perasaan ibu saat ini?”

3. Kontrak

“sesuai dengan kontrak kita yang kemarin hari ini kita akan

mendiskusikan tentang memenuhi kebutuhan klien dan melatih

kemapuan positif klien”

B. Kerja

“Sekarang anggap saja saya suami ibu yang sedang mengaku nabi, coba ibu

praktikkan cara bicara yang benar bila bapak sedang dalam keadaan seperti

ini!” “Bagus,betul begitu caranya, sekarang coba praktikkan cara

memberikan pujian atas kemampuan yang dimiliki oleh bapak. Bagus!”

“Sekarang coba cara memotivasi bapak minum obat dan melakukan kegitan

positifnya sesuai jadwalnya!” Bagus sekali ternyata ibu sudah mengerti cara

merawat bapak.” “Bagaimana kalau sekarang kita coba langsung kepada

bapak.”

C. Terminasi

1). Evaluasi subjektif

“Bagimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya?”

2). Evaluasi objektif


“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”

3). Rencana Tindak Lanjut

“baik ibu, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang

meminum obat klien” “ibu maunya dimana dan jam berapa?”

3. Strategi Pelaksanaan 3 Keluarga Klien dengan Waham

Pertemuan ke 3

Ds:

Keluarga klien mengatakan klien sering mengungkapkan sesuatu yang

diyakinininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya)

berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan

Do:

1. Klien tampak tidak mempunyai teman.

2. Klien selalu mencurigai oranglain

3. Ekspresi wajah klien tegang

4. Mudah tersinggung

5. Bicara tidak realitas

Diagnose Keperawatan: Waham

Tujuan:

1. Keluarga mampu memahami cara memberikan obat kepada klien

Tindakan:

1. Evaluasi kegiatan SP2.


2. Jelaskan obat yang diminum oleh pasien dan cara memberikannya.

3. Masukan pada jadwal kegiatan hariannya

A. Orientasi

1. Salam terapeutik

“Assalamualaikum, selamat pagi.”

2. Validasi perasaan

“bagaimana perasaan ibu saat ini?”

3. Kontrak

“sesuai dengan kontrak kita yang kemarin hari ini kita akan

mendiskusikan tentang cara minum obat untuk klien”

B. Fase Kerja

“jadi begini bu, ini obatnya ada tiga macam bu, yang warnanya oranye

namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya

agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran

jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang,

dan jam 7 malam.” “Bila nanti setelah minum obat mulut bapaknya terasa

kering, untuk membantu mengatasinya ibu bisa memberi banyak minum

kebapak” “Sebelum minum obat ini ibu mengecek dulu label dikotak obat

apakah benar nama bapa tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus

diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya

sudah benar!” “Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan

kemungkinan besar harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak

kambuh lagi, sebaiknya ibu tidak menghentikan sendiri obat yang harus

diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.”


C. Terminasi

1. Evaluasi subjektif

“Bagimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya?”

2. Evaluasi objektif

“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”

3. Rencana Tindak Lanjut

“baik ibu, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang

cara merujuk jika klien kambuh” “ibu maunya dimana dan jam

berapa?”

4. Strategi Pelaksaan 4 Keluarga Klien dengan Waham

Pertemuan ke 4

Ds:

Keluarga klien mengatakan klien sering mengungkapkan sesuatu yang

diyakinininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya)

berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

Do:

1. Klien tampak tidak mempunyai teman.

2. Klien selalu mencurigai oranglain.

3. Ekspresi wajah klien tegang.

4. Mudah tersinggung.

5. Bicara tidak realitas.

6. Diagnose Keperawatan: Waham

Tujuan:

1. Keluarga mampu memahami cara merujuk klien ketika klien kambuh


Tindakan:

1. Evaluasi kegiatan SP3.

2. Jelaskan obat yang diminum oleh pasien dan cara memberikannya.

3. Masukan pada jadwal kegiatan hariannya

A. Orientasi

1. Salam terapeutik

“Assalamualaikum, selamat pagi.”

2. Validasi perasaan

“bagaimana perasaan ibu saat ini?”

3. Kontrak

“sesuai dengan kontrak kita yang kemarin hari ini kita akan

mendiskusikan tentang cara merujuk klien ketika klien kambuh”

B. Fase Kerja

“ibu sudah paham kan bagaimana tanda dan gejala klien saat terjadi

waham?” “jadi bu, jika ibu sudah mulai melihat tanda dan gejala waham

pada suami ibu, ibu harus segera merujuknya kerumah sakit. jangan lupa

untuk selalu melakukan kegiatan sesuai jadwal harian saat dirumah ya

bu. Obatnya juga jangan sampai putus ya”

C. Terminasi

1. Evaluasi subjektif

“Bagimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya?”

2. Evaluasi objektif

“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”

3. Rencana Tindak Lanjut


“baik ibu, semua tindakan sudah kita diskusikan dan pelajari

bersama. Jangan lupa untuk selalu mengontrol kegiatannya suami ibu

ya”

2.2.6 Evaluasi

Asuhan keperawatan adalah proses dinamis yang melibatkan perubahan

pada status kesehatan klien sepanjang waktu, meningkatnya kebutuhan

data, berbagai diagnosis, dan modifikasi rencana asuhan keperawatan

(Stuart, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Keliat A. Budi. Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:

EGC.

Fitria, Nita, 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7

Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta. Salemba

Medika. Yosep, lyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan

Gangguan Jiwa. Medan: USU Press. Sujono & Teguh. (2009). Asuhan Keperawatan

Jiwa. Jogjakarta: Graha Ilmu.

Ariawan, Ratep, &Westa.Gangguan waham menetap pada pasien penyalahgunaan

ganja (2014). diperoleh tanggal 19 april 2017. Dari http//www.ojs.unud.ac.id.

Azizah LilikMa'rifatul. (2011). Keperawatan jiwa aplikasi praktek klinik

Grahallmu. Yogyakarta:

Badan Penelitian dan pengembangan kesatuan kementrian kesehatan Indonesia RI

(2013). Prevalensi gangguan jiwa berat menurut kabupaten/kota di provensi Bali

Jakarta: Rikesadas Bali

Dircjan, A. H. S. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa . Yogyakarta Nuha

medika.

Prabowo, E. (2014). Konsep dan aplikasi asuhan keperawatan jiwa Mcdika.

Anda mungkin juga menyukai