Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PTK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KERJASAMA PESERTA DIDIK


KELAS II PADA MATA PELAJARANMATEMATIKA DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN PBL TIPE TGT DI
SD MUHAMMADIYAH SAPEN

DISUSUN OLEH :

ZAIMUL AFIF MAHZUM


23105260028

BIDANG STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2024

i
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 2
C. Batasan Masalah 3
D. Rumusan Masalah 3
E. Tujuan Penelitian 4
F. Manfaat Penelitian 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 6
A. Kajian Teori 6
B. Kajian Penelitian Yang Relevan 7
C. Kerangka Berpikir 12
D. Pertanyaan Penelitian 13
BAB III METODE PENELITIAN 14
A. Jenis Dan Desai Penelitian 14
B. Prosedur Penelitian 15
C. Teknik Pengumpulan Data 17
D. Teknik Analisa Data 19
DAFTAR PUSTAKA 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam mempersiapkan
generasi muda untuk menghadapi tantangan di masa depan. Salah satu
keterampilan yang sangat penting untuk dikembangkan adalah keterampilan
kerjasama. Sebagaimana dikemukakan oleh Lie (2008:28), "Keterampilan
kerjasama tidak hanya membantu peserta didik sebagai anggota masyarakat saling
bergantung pada bidang akademik, tetapi juga memudahkan mereka dalam
menjalani kehidupan di luar sekolah kelak". Keterampilan kerjasama ini menjadi
sangat penting karena dalam kehidupan nyata, seseorang tidak dapat bekerja
sendiri dan pasti akan berinteraksi dengan orang lain.
Pada jenjang Sekolah Dasar (SD), keterampilan kerjasama perlu dilatihkan
sejak dini, termasuk dalam pembelajaran Matematika. Namun, pada
kenyataannya, masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
bekerja sama saat pembelajaran Matematika. Hal ini sesuai dengan hasil observasi
yang dilakukan di kelas II SD Muhammadiyah Sapen, bahwa keterampilan
kerjasama peserta didik masih rendah. Sebagaimana diungkapkan oleh Slavin
(2011:4), "Dalam pembelajaran konvensional, peserta didik menjadi pelajar yang
pasif dan hanya menerima informasi secara prosedural sehingga tidak terbiasa
untuk bekerja sama".
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan keterampilan
kerjasama peserta didik dalam pembelajaran Matematika di kelas II SD
Muhammadiyah Sapen. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan
adalah Problem Based Learning (PBL) tipe Teams Games Tournament (TGT).
Menurut Trianto (2009:94), "PBL merupakan model pembelajaran yang
menghadapkan peserta didik pada masalah dunia nyata untuk memulai proses
pembelajaran". Sementara itu, Slavin (2011:163) menyatakan, "TGT merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh peserta

1
didik tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran peserta didik sebagai
tutor teman sebaya, dan mengandung unsur permainan".
Dengan menerapkan model PBL tipe TGT, diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan kerjasama peserta didik kelas II SD Muhammadiyah Sapen pada
mata pelajaran Matematika. Peserta didik akan terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran, bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah, saling
membantu dan berbagi pengetahuan, serta termotivasi dengan adanya unsur
permainan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Keterampilan kerjasama merupakan salah satu keterampilan penting yang harus
dikembangkan pada peserta didik sejak dini, termasuk dalam pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar.
2. Masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam bekerja sama saat
pembelajaran Matematika, khususnya pada peserta didik kelas II SD
Muhammadiyah Sapen.
3. Pembelajaran konvensional yang masih sering diterapkan menjadikan peserta
didik sebagai pelajar yang pasif dan tidak terbiasa untuk bekerja sama.
4. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan keterampilan kerjasama peserta didik
kelas II SD Muhammadiyah Sapen dalam pembelajaran Matematika.
5. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) tipe Teams Games
Tournament (TGT) berpotensi untuk meningkatkan keterampilan kerjasama
peserta didik karena melibatkan aktivitas seluruh peserta didik, peran sebagai
tutor teman sebaya, dan unsur permainan.
6. Penerapan model PBL tipe TGT diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
kerjasama peserta didik kelas II SD Muhammadiyah Sapen pada mata pelajaran
Matematika melalui proses pembelajaran yang aktif, bekerja sama dalam
kelompok, saling membantu, dan termotivasi dengan adanya unsur permainan.

2
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, batasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan keterampilan kerjasama
peserta didik kelas II SD Muhammadiyah Sapen pada mata pelajaran
Matematika. Keterampilan kerjasama yang dimaksud meliputi kemampuan
peserta didik dalam bekerja sama dalam kelompok, saling membantu dan
berbagi pengetahuan, serta berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran yang akan diterapkan adalah model Problem Based
Learning (PBL) tipe Teams Games Tournament (TGT). Penelitian ini
dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2024/2025 di kelas II SD
Muhammadiyah Sapen.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah yang telah
diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
"Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) tipe
Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan keterampilan kerjasama
peserta didik kelas II SD Muhammadiyah Sapen pada mata pelajaran
Matematika?"
Adapun pertanyaan penelitian yang lebih rinci dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran Matematika dengan menggunakan
model PBL tipe TGT di kelas II SD Muhammadiyah Sapen?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan kerjasama peserta didik kelas II SD
Muhammadiyah Sapen setelah diterapkan model PBL tipe TGT pada
pembelajaran Matematika?
3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan model PBL tipe TGT untuk
meningkatkan keterampilan kerjasama peserta didik kelas II SD
Muhammadiyah Sapen pada pembelajaran Matematika?

3
4. Bagaimana upaya mengatasi kendala yang dihadapi dalam penerapan model
PBL tipe TGT untuk meningkatkan keterampilan kerjasama peserta didik
kelas II SD Muhammadiyah Sapen pada pembelajaran Matematika?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
Tujuan Umum: Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan
keterampilan kerjasama peserta didik kelas II SD Muhammadiyah Sapen pada
mata pelajaran Matematika.
Tujuan Khusus:
1. Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran Matematika dengan
menggunakan model PBL tipe TGT di kelas II SD Muhammadiyah Sapen.
2. Menganalisis peningkatan keterampilan kerjasama peserta didik kelas II SD
Muhammadiyah Sapen setelah diterapkan model PBL tipe TGT pada
pembelajaran Matematika.
3. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam penerapan model PBL tipe
TGT untuk meningkatkan keterampilan kerjasama peserta didik kelas II SD
Muhammadiyah Sapen pada pembelajaran Matematika.
4. Menemukan upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam penerapan
model PBL tipe TGT untuk meningkatkan keterampilan kerjasama peserta
didik kelas II SD Muhammadiyah Sapen pada pembelajaran Matematika.

4
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Peserta Didik
a. Meningkatkan keterampilan kerjasama peserta didik dalam pembelajaran
Matematika.
b. Meningkatkan keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam proses
pembelajaran.
c. Membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep Matematika
melalui proses pemecahan masalah secara berkelompok.
2. Bagi Guru
a. Memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan keterampilan kerjasama peserta didik dalam pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar.
b. Meningkatkan keterampilan guru dalam merancang dan mengelola
pembelajaran yang aktif, inovatif, dan menyenangkan.
3. Bagi Sekolah
a. Memberikan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
b. Mendukung pencapaian tujuan pendidikan dalam mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan di abad 21, seperti
keterampilan kerjasama.
4. Bagi Peneliti Lain
a. Memberikan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian terkait dengan model pembelajaran untuk
meningkatkan keterampilan kerjasama atau penelitian tindakan kelas dalam
pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Keterampilan kerjasama
merupakan salah satu keterampilan penting yang harus dimiliki oleh
individu, terutama dalam menghadapi tantangan di abad ke-21. Keterampilan
ini menjadi sangat penting mengingat bahwa sebagian besar pekerjaan dan
aktivitas dalam kehidupan sehari-hari saat ini melibatkan interaksi dan
kolaborasi dengan orang lain.
Menurut Greenstein (2012:22), "Kerjasama adalah kemampuan untuk
bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
dan mencapai tujuan bersama". Definisi ini menekankan bahwa kerjasama
tidak hanya terbatas pada interaksi sosial semata, tetapi juga melibatkan upaya
bersama untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan tertentu.
Lebih lanjut, Trilling dan Fadel (2009:54) menyatakan bahwa
"Keterampilan kerjasama melibatkan kemampuan untuk bekerja secara efektif
dengan orang lain, menunjukkan sikap menghargai dan hormat, serta
berkontribusi dalam mencapai tujuan bersama". Definisi ini menekankan
pentingnya sikap saling menghargai dan berkontribusi secara aktif dalam
proses kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Binkley et al. (2012:48) menambahkan bahwa "Kerjasama merupakan
kemampuan untuk berkolaborasi dan bekerja secara produktif sebagai bagian
dari sebuah tim, menunjukkan kepemimpinan yang fleksibel, dan tanggung
jawab secara individu serta bersama-sama". Definisi ini menggarisbawahi
pentingnya kerjasama dalam konteks tim, di mana setiap anggota tim harus
bertanggung jawab secara individu dan kolektif, serta mampu menunjukkan
kepemimpinan yang fleksibel.
Lebih detail lagi, Laal dan Ghodsi (2012:487) menyebutkan bahwa
"Keterampilan kerjasama mencakup kemampuan untuk bernegosiasi,

6
mendorong pemecahan masalah, dan mengelola konflik, serta memberikan
dan menerima umpan balik secara konstruktif". Hal ini menunjukkan bahwa
keterampilan kerjasama juga melibatkan kemampuan untuk mengelola dan
menyelesaikan konflik, serta memberikan dan menerima umpan balik secara
konstruktif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
kerjasama merupakan kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan orang
lain, berkontribusi dalam mencapai tujuan bersama, menunjukkan sikap
menghargai dan tanggung jawab secara individu dan kolektif, berkomunikasi
dengan baik, mengelola konflik, terlibat dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan secara bersama-sama, serta memiliki kepemimpinan
yang fleksibel.
Keterampilan kerjasama sangat penting untuk dikembangkan, baik dalam
konteks akademik maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks
akademik, keterampilan kerjasama dapat memfasilitasi proses pembelajaran
yang lebih bermakna dan mendalam, di mana peserta didik dapat saling
berbagi pengetahuan, bertukar ide, dan mengembangkan pemahaman secara
bersama-sama. Selain itu, keterampilan kerjasama juga mempersiapkan
peserta didik untuk menghadapi tantangan di dunia kerja yang semakin
kompleks dan menuntut kemampuan untuk bekerja secara kolaboratif dalam
tim.
Dalam kehidupan sehari-hari, keterampilan kerjasama sangat diperlukan
dalam berbagai aspek, seperti dalam lingkungan keluarga, masyarakat, atau
organisasi. Kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, menghargai
perbedaan, dan mencapai tujuan bersama menjadi kunci untuk membangun
hubungan yang positif dan harmonis, serta menciptakan lingkungan yang
produktif dan kondusif.
Oleh karena itu, pengembangan keterampilan kerjasama menjadi sangat
penting dan perlu mendapat perhatian dalam proses pendidikan dan

7
pembelajaran. Berbagai metode dan strategi pembelajaran yang mendorong
kolaborasi, kerja tim, dan interaksi sosial perlu diterapkan untuk memfasilitasi
perkembangan keterampilan kerjasama peserta didik.

2. Pembelajaran Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran inti yang diajarkan di Sekolah Dasar
(SD). Pembelajaran Matematika di SD memiliki peranan penting dalam
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama (Depdiknas,
2006:416).
Menurut Susanto (2013:183), "Matematika adalah salah satu disiplin ilmu
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi,
memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam
dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi".
Lebih lanjut, Soedjadi (2000:11) menyatakan bahwa "Matematika
merupakan ilmu yang berhubungan dengan ide-ide atau konsep-konsep
abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif". Definisi ini
menggarisbawahi bahwa Matematika memiliki karakteristik abstrak,
terstruktur, dan menggunakan penalaran deduktif.
Dalam konteks pembelajaran di SD, Matematika memiliki peran yang
sangat penting untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, kritis, dan kreatif. Sebagaimana dijelaskan oleh Wahyudi dan Anggoro
(2017:2), "Pembelajaran Matematika di SD bertujuan untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,
kreatif, serta kemampuan bekerja sama".
Selain itu, Matematika juga memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan
sehari-hari. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Heruman (2008:1),

8
"Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta
operasi-operasinya, tetapi juga unsur ruang sebagai sasarannya".
Dalam proses pembelajaran Matematika di SD, guru perlu
memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
dan perkembangan peserta didik. Menurut Sundayana (2018:2),
"Pembelajaran Matematika di SD harus memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran, seperti bermakna, menyenangkan, menantang, aktif, dan
terpadu".
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, diharapkan pembelajaran
Matematika di SD dapat berlangsung secara efektif dan bermakna bagi peserta
didik, sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama yang
sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan di masa depan.
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik (student-centered) dan menggunakan masalah
sebagai konteks untuk belajar. Menurut Arends (2012:397), "PBL merupakan
model pembelajaran yang didesain untuk membantu guru memberikan
informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik dengan
menghadapkannya pada masalah autentik (nyata) dari awal untuk membangun
kemampuan berpikir tingkat tinggi dan mengembangkan pengetahuan secara
mandiri".
Lebih lanjut, Tan (2009:1) menyatakan bahwa "PBL adalah model
pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru". Dalam PBL,
masalah yang disajikan kepada peserta didik bukanlah masalah sederhana,
melainkan masalah yang kompleks dan membutuhkan pemecahan secara
kolaboratif.

9
4. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh peserta didik,
peran sebagai tutor teman sebaya, dan unsur permainan. Slavin (2011:163)
menjelaskan, "TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran peserta didik sebagai tutor teman sebaya, dan mengandung
unsur permainan".
Lebih detail, Shoimin (2014:207) menyatakan bahwa "TGT merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik
dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang
peserta didik yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras
yang berbeda".
5. Model Pembelajaran PBL Tipe TGT
Kombinasi antara model PBL dan TGT dapat menciptakan pembelajaran
yang lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik. Dalam pembelajaran PBL
tipe TGT, peserta didik dihadapkan pada masalah autentik dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif untuk memecahkan masalah
tersebut. Selama proses pemecahan masalah, peserta didik saling berbagi
pengetahuan, bertukar ide, dan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi.
Setelah proses pemecahan masalah selesai, dilanjutkan dengan permainan
akademik (games tournament) antar kelompok untuk memantapkan
pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Trianto (2010:83), "Dalam TGT, setelah
bekerja dalam kelompok dan memahami materi pelajaran yang diberikan,
peserta didik akan melakukan permainan akademik di akhir pembelajaran".
Dengan menerapkan model PBL tipe TGT, peserta didik tidak hanya
mendapatkan pengetahuan konseptual, tetapi juga mengembangkan

10
keterampilan proses seperti kerjasama, komunikasi, pemecahan masalah, dan
berpikir kritis. Selain itu, unsur permainan dalam TGT dapat meningkatkan
motivasi dan minat belajar peserta didik.
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan penelitian ini di antaranya :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Sri Armidi Yang Berjudul: “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VI SD”, menyimpulkan Hasil
analisis penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar antara
siklus I (jumlah 1330, rata-rata 67, daya serap 67%, ketuntasan belajar 70%)
dan siklus II (jumlah 1590, rata-rata 80, daya serap 80%, ketuntasan belajar
95%). Terjadi peningkatan hasil belajar antara siklus I dan siklus II,
menunjukan kenaikan rata-rata daya serap 13% dan pada ketuntasan belajar
mengalami kenaikan sebesar 25%. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik
simpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
siswa kelas VI SD secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar IPS.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Putu Diah Kirana Purnama Dewia dan I Dewa
Putu Juwana yang berjudul:” Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament pada Mata Pelajaran Biologi Kelas 11 Dapat
Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi Siswa kelas XI MIPA 2 SMA Negeri
1 Kuta Utara tahun ajaran 2022/2023, menyimpulkan bahwa Hasil penelitian
menyatakan bahwa terjadi peningkatan keterampilan kolaborasi siswa dari
siklus 1 ke siklus 2 dari aspek kerjasama (50% menjadi 77%), tanggung jawab
(59% menjadi 74%), kompromi (57% menjadi 73%), komunikasi (56%
menjadi 77%), dan fleksibilitas (57% menjadi 76%). Hasil sudah mencapai
indikator keberhasilan yang ditentukan, yaitu persentase tiap aspek mencapai
>60% sehingga membuktikan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe
teams games tournament pada mata pelajaran biologi kelas 11 dapat
meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa.

11
3. Penelitian yang dilakukan oleh Meita Fitrianawati dan H. Hartono yang
berjudul:” Perbandingan Keefektifan PBL Berseting TGT Dan Gi Ditinjau
Dari Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Toleransi kelas VIII
SMP Negeri 1 Sleman Yogyakarta”, menyimpulkan bahwa Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan PBL berseting
TGT dan PBL berseting GI efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa,
kemampuan berpikir kreatif, dan toleransi siswa, dan tidak ada perbedaan
antara keduanya.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Dede Kurnia Adiputra dan Yadi Heryadi yang
berjudul:,”meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) pada mata pelajaran IPA di
Sekolah Dasar”, menyimpulkan bahwa Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis Systematic Literatur
Review (SLR). Rata-rata peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif TGT pada mata pelajaran IPA di SD sangat
besar. Sehingga model kooperatif TGT sangat direkomendasikan untuk
digunakan dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah hingga
identifikasi masalah, terdapat kerangka berpikir yang logis didalam merubah pola
keterampilan kerja sama peserta didik kelas II pada mata pelajaran Matematika
dengan model pembelajaran PBL tipe TGT sebagai tindakan kelas siklus 1, dan
dilanjutkan pada pembelajaran siklus 2 yang juga menggunakan model
pembelajaran Model Pembelajaran Pbl Tipe Tgt. Semua proses dianalisa baik
pembelajaran konvensional siklus 1 maupun siklus 2, yang akhirnya dapat ditarik
kesimpulan.
Secara bagan, kerangka berpikir ini dapat digambarkan sebagai berikut.

12
Gamabar 1. Bagan kerangka berpikir
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian landasan teori dan kerangka berfikir, maka pertanyaan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Keaktifan kerjasama belajar manakah yang difokuskan pada penelitian
tersebut?

13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Peserta
Didik Kelas II Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Pbl
Tipe Tgt Di Sd Muhammadiyah Sapen” termasuk dalam penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dan
kolaboratif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau
meningkatkan kualitas pembelajaran serta profesionalitas guru secara
berkelanjutan (Ningrum, 2014:23). Penelitian tindakan kelas adalah suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan dari guru yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan (Suwandi,
2010:10).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi antara guru
sebagai pendidik utama dan mahasiswa sebagai peneliti. Penelitian dilakukan pada
pembelajaran prakarya dan kewirausahaan rekayasa dengan menggunakan model
Stephen Kemmis dan Robbin Mc. Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus, dimana satu siklus terdiri atas tiga kali pertemuan. Setiap siklusnya terdiri
dari dari tahap perencanaan tindakan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan
(observe), dan refleksi (reflect). Siklus model ini dapat dilihat pada Gambar 2.

14
Gambar 2. Siklus Model Kemmis & Taggart

(Sumber: Zainal Aqib, 2009: 23)

1. Tempat penelitianPenelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD


Muhammadiyah Sapen yang beralamat di Jalan Bimo Kurdo no.33, Demangan,
Kec.Gundokusuman, Kota Yogyakarta
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2024/2025 mulai
bulan Juli- Agustus.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SD Muhamadiyah
Sapen berjumlah 36 orang, yang terdiri atas 20 siswa perempuan dan 16 siswa
laki-laki.
B. Prosedur Penelitian

Perencanaan disesuaikan dengan metode pembelajaran yang akan digunakan

dalam proses pembelajaran selanjutnya. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran

merupakan langkah nyata terhadap proses pembelajaran di kelas yang melibatkan

aktivitas langsung baik guru maupun para siswanya. Observasi ini nantinya

15
menjadi rujukan awal terhadap data konkret pada proses pembelajaran dan hasil

belajar siswa. Evaluasi merupakan langkah untuk mengukur ketercapaian hasil

belajar siswa. Hasil belajar tersebut perlu dianalisa secara cermat yang nantinya

menjadi data penting sebagai refleksi kegiatan belajar mengajar terlebih mengenai

penggunaan metode pembelajaran.

Tahapan kegiatan PTK pada setiap tindakan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan (plan)

Tahap perencanaan ini merancang mengenai hal yang akan dilakukan

sesuai dengan temuan masalah dan gagasan pada pembahasan

sebelumnya. Pada tahap ini peneliti menjelaskan apa, mengapa, dimana,

kapan, siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan. Peneliti

menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus

untukdiamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk

merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

2. Tindakan (act)

Pelaksanaan tindakan merupakan tahap implementasi dari rencana

tindakan yang telah disusun dan disiapkan untuk setiap komponen yang

diperlukan pada tahap perencanaan. Pada tahap ini guru

mengimplementasikan perencanaan dengan model pembelajaran STAD

mulai dari langkah awal saat penyusunan kelompok sampai langkah

terakhir yaitu siswa mengikuti evaluasi yang bersifat mandiri.

16
3. Observasi (observ)

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yang

dimulai dari kegiatan pendahuluan sampai penutup. Tahapan ini

dilaksanakan untuk mengamati dan mendokumentasikan hal-hal yang

terjadi saat tindakan berlangsung. Alat bantu lembar observasi, catatan

lapangan, dan camera difungsikan untuk mendokumentasikan proses

pembelajaran dan untuk saling melengkapi data. Pada tahap ini, peneliti

dibantu dengan observer yang ikut serta mengamati keaktifan belajar

siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan berdasarkan

lembar observasi yang sebelumnya telah disusun oleh peneliti.

4. Refleksi (reflect)

Tahap refleksi ini dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan

peneliti untuk memutuskan yang berkenaan dengan hal-hal yang sudah

mencapai keberhasilan, kekurangan, dan cara mengatasi dan menentukan

tindakan selanjutnya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian merupakan cara untuk mengumpulkan

data dan memperoleh suatu informasi dalam mencapai tujuan penelitian (Jasiah et

al, 2021:138). Teknik pengumpulan data harus berlandaskan masalah yang telah

dirumuskan di awal penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian tindakan

kelas secara sederhana dibagi menjadi dua yaitu teknik tes dan non tes.

17
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang paling sering
digunakan dalam penelitian tindakan kelas. Observasi dilakukan dengan cara
mengamati secara langsung proses pembelajaran, perilaku siswa, interaksi
antara guru dan siswa, serta situasi di dalam kelas. Sebagaimana dikemukakan
oleh Kunandar (2011:143), "Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data
tentang proses pembelajaran, tingkah laku siswa, dan kegiatan yang dilakukan
guru dalam mengelola kelas". Observasi dapat dilakukan oleh peneliti sendiri
atau dengan melibatkan observer lain seperti teman sejawat atau mahasiswa.
Data observasi dapat berupa catatan lapangan, lembar observasi terstruktur,
atau rekaman video.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang melibatkan tanya jawab
secara langsung antara peneliti dengan narasumber, seperti siswa, guru, atau
pihak lain yang terlibat dalam proses pembelajaran. Sukardi (2013:88)
menyatakan, "Wawancara adalah sebuah percakapan antara dua orang atau
lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau
sekelompok subjek penelitian untuk dijawab". Wawancara dapat bersifat
terstruktur dengan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, semi-
terstruktur yang memungkinkan adanya pertanyaan tambahan, atau tidak
terstruktur yang lebih fleksibel dan terbuka.
3. Dokumentasi
Dokumentasi meliputi pengumpulan data tertulis seperti rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), hasil pekerjaan siswa, catatan
lapangan, dan dokumen lain yang relevan. Sebagaimana dijelaskan oleh
Sukmadinata (2010:221), "Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data
dengan cara mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik". Dokumentasi juga dapat

18
berupa foto, video, atau rekaman audio selama proses pembelajaran
berlangsung.
4. Angket
Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi, sikap, atau
tanggapan peserta didik terhadap proses pembelajaran atau tindakan yang
dilakukan. Hopkins (2008:154) menyatakan, "Kuesioner atau angket dapat
digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan data tentang persepsi,
sikap, atau tanggapan peserta didik terhadap proses pembelajaran". Kuesioner
atau angket dapat berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup dengan pilihan
jawaban yang telah disediakan, atau pertanyaan-pertanyaan terbuka yang
memungkinkan peserta didik untuk menjawab dengan kalimat sendiri.
D. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis
kualilatatif yang bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan terntentu. Adapun
langkah-langkah yang harus dilalui dalam analisis data adalah reduksi data,
display data dan coclusion drawing tau verification (Nasution, 2017).
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2019) mengemukakan bahwa
aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara intraktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
penuh. Aktivitas selama analisis data, yaitu reduction data, display data dan
coclusion drawing atau verification.
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Menurut Sugiyono (2019:338) data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara rinci dan teliti.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan
membuang yang tidak perlu. Data yang diperoleh dari hasil penelitian
terlebih dahulu direduksi berupa menyarik atau memilah hal-hal yang

19
dianggap penting dan dianggap tidak penting. Dengan demikian, data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
mencarinya bila diperlukan.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa reduksi
data merangkum data-data yang terkumpul dari lapangan kemudian memilih
hal-hal yang pokok sesuai dengan fokus penelitian. Pada penelitian ini, maka
penulis terlebih dahulu ingin mengetahui faktor-faktor penyeab kesulitan
peserta didik dalam bekerja sama pada pembelajaran Matematika
2. Display Data (Penyajian Data)
Menurut Sugiyono (2019:341) bahwa penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk singkat, bagan, hubungan antar kategori. Penyajian data akan
mempermudah pada proses memahami dara, atau hasil penelitian yang
menggambarkan kejadian pada hasil penelitian.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dismpulkan bahwa dalam data
penelitian ini data display merupakan langkah kedua setelah merudksikan
data, yaitu memudahkan penelitian untuk memahami tentang apa-apa yang
terjadi dilapangan tentang faktor-faktor penyebab kesulitan peserta didik
dalam bekerja sama Matematika pada siswa kelas II SD Muhammadiyah
Sapen.
3. Conclusion Drawing/Verification (Kesimpulan)
Menurut Sugiyono (2019:340) kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan apabila dikemukakan bukti-bukti yang kuat
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat meneliti kembali kelapangan mengumpulan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel.
Jadi, kesimpulan dapat diperoleh dengan baik dengan menganalisis dengan
baik seluruh komponen yang terkait dengan penelitian.

20
4. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tentang penyebab
kesulitan belajar IPA pada siswa kelas V dengan mengunakan presentase (%)
dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2012) :

P 100%

Keterangan:
P : Persentase
F : Jumlah Jawaban Dari Setiap Alternatif Jabawan
N : Jumlah Responden
Keterangan presentase menafsirkan dan menyimpulkan untuk
mempermudah pengujian hasil penelitian dan pengambilan kesimpulan
penulis menggunakan rumus:

I= Maka I = = 25

Keterangan: I = Interval
Maka kriteria intreprestasi skornya berdasarkan interval:
a) Nilai 0%-25% = Sangat Setuju
b) Nilai 26%-50% = Setuju
c) Nilai 51%-75% = Tidak Setuju
d) Nilai 76%-100% = Sangat Tidak Setuju

21
DAFTAR PUSTAKA
Lie, A. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Slavin, R.E. (2011). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Skills: A Guide to Evaluating Mastery
and Authentic Learning. Thousand Oaks, CA: Corwin.
Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times.
San Francisco: Jossey-Bass.
Binkley, M., Erstad, O., Herman, J., Raizen, S., Ripley, M., Miller-Ricci, M., &
Rumble, M. (2012). Defining Twenty-First Century Skills. In P. Griffin, B.
McGaw, & E. Care (Eds.), Assessment and Teaching of 21st Century Skills
(pp. 17-66). Dordrecht: Springer.
Laal, M., & Ghodsi, S. M. (2012). Benefits of Collaborative Learning. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 31, 486-490.
Depdiknas. (2006). Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta:
Depdiknas.
Heruman. (2008). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
Sundayana, R. (2018). Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika.
Bandung: Alfabeta.
Wahyudi & Anggoro, B.S. (2017). Strategi Pemecahan Masalah Matematika.
Yogyakarta: Teras.
Arends, R.I. (2012). Learning to Teach (9th Ed.). New York: McGraw-Hill.

22
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Slavin, R.E. (2011). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.
Tan, O.S. (2009). Problem-Based Learning and Creativity. Singapore: Cengage
Learning.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Putu Diah Kirana Purnama Dewia., & I Dewa Putu Juwana. (2023). “Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament pada Mata
Pelajaran Biologi Kelas 11 Dapat Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi
Siswa”. Jurnal Edukasi Matematika dan Sains XII Nomor 2: 121-132
Dede Kurnia Adiputra., & Yadi Heryadi.(2021).” Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Tournament) Pada Mata Pelajaran IPA Di Sekolah Dasar”. HOLISTIKA :
Jurnal Ilmiah PGSD V No. 2:114-111
Ni Luh Sri Armidi.,(2022).” Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VI
SD”. Journal of Education Action Research 6, No. 2: 214-220
Meita Fitrianawati., & H. Hartono.(2016)” Perbandingan Keefektifan Pbl Berseting
TGT dan Ditinjau Dari Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif Dan
Toleransi”. JURNAL RISET PENDIDIKAN MATEMATIKA 3 No1:55-65
Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sukardi. (2013). Metode Penelitian Tindakan Kelas: Implementasi dan
Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

23
Hopkins, D. (2008). A Teacher's Guide to Classroom Research. Maidenhead: Open
University Press.

24

Anda mungkin juga menyukai