Anda di halaman 1dari 8

No.

Dok : 03/MT/KDR/002
LEMBAGA Pokok Bahasan : Masa Depan
MINHAJ TARBIYYAH
KAJIAN MANHAJ MARHALAH MUAYYID Ditangan Islam
TARBIYAH ____________________
( LKMT) MADAH : AQIDAH
No. Kode P.B : 2.1.1.03.003
Status Revisi : 0/0
Jumlah Halaman : 8

I. Tujuan Umum Madah


1. Memahami setiap bahasan yang berhubungan dengan aqidah yang bersumber
dari al-Qur‟an dan Sunnah. Menanamkannya dalam hati, membersihkannya
dari setiap hal yang bisa menodainya dari hal yang bid‟ah dan khurafat.
2. Menguatkan hubungan seorang muslim dengan Rabbnya, berlandaskan
Aqidah yang benar, yang sesuai dengan ajaran Ahlussnnah wal Jama‟ah.
3. Mengenal manhaj yang islami dalam mengatur hubungan manusia dengan
alam semesta dengan berkeyakinan bahwa ia adalah bagian dari alam ini dan
ia yang mendapat tugas sebagai khalifah di dalamnya. Memakmurkan alam
semesta adalah sebagian dari tugasnya, sedangkan Allah sudah menindukkan
dan menunjukkannya ke dalam jalan yang benar.

II. Tujuan Teori (cognitive)


1. Menjelaskan bahwa diinul Islam adalah pedoman hidup bagi manusia
2. Menjelaskan bahwa diinul Islam adalah agama fitrah
3. Menjelaskan bahwa Islam adalah agama kemanusiaan
4. Menjelaskan Islam Agama Yang Menegakkan Keseimbangan
5. Menjelaskan kabar gembira bagi orang yang berjuang untuk merealisasikan
Islam dalam kehidupan sehari-hari

III. Tujuan Afektif dan Psikomotorik (Praktik)


1. Menjadikan Islam sebagai way of life
2. Semangat dalam beribadah, berdakwah dan berjihad

IV. Pilihan Kegiatan

Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam halaqah adalah :


1. Kegiatan Pembuka
a. Mengkomunikasikan tema dan tujuan kajian Masa Depan Di Tangan Islam
b. Menggali indikator-indikator yang menegaskan bahwa Masa Depan Di
Tangan Islam

2. Kagiatan Inti:
a. Kajian tentang tema Masa Depan di Tangan Islam
b. Berdikusi dan tanya jawab tema tersebut (lihat tujuan kognitif, afektif dan
psikomotor)
c. Penekanan dari Murobbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung dalam
kajian tersebut

____________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Aqidah pb. Al Mustaqbal Lihadzaddiin 1
3. Kegiatan Penutup:
a. Kesimpulan (lihat Tugas mandiri dan lihat kegiatan pendukung)
b. Evaluasi

V. Kegiatan-kegiatan yang mendukung


1. Mengkhususkan sebagaian dari waktu untuk bertafakkur.
2. Menulis makalah yang berhubungan dengan tema
3. Mengumpulkan ayat-ayat al-Qur‟an yang berhubungan dengan tema ini
4. Menggali informasi dari media yang menguatkan bahwa masa depan
ditangan Islam

VI. Sarana taqwim dan mutaba’ah


1. Ujian tulisan
2. Ujian lisan
3. Kontrol dan monitoring prilaku secara umum
4. Kontrol dan monitoring keikutsertaan dalan setiap kegiatan yang mendukung

VII. Referensi
a. Tafsir Fii Dzilalil Quran
b. Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah
c. Al Mustaqbal Lihadzaddin oleh Muhammad Quthb
d. Imam Ibnul Jawzi dalam tafsirnya Zaadul Masiir
e. Syeikh Abul Hasan An Nadwi, buku judulnya ” maadzaa khasiral aalam bin
thaathil muslimiin”

VIII. Muhtawa
IX. Rasmul Bayan

____________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Aqidah pb. Al Mustaqbal Lihadzaddiin 2
X. Penjelasan Rasmul Bayan
Sikap optimis kaum Muslimin bahwa masa depan milik Islam dilandasi oleh beberapa
hal, antara lain:
Islam sebagai pedoman hidup
Islam adalah agama fitrah
Islam adalah agama manusia
Islam adalah agama yang seimbang (tawazun)
Berita gembira baik dari Al-Qur‟an maupun As-Sunnah.

Masa Depan Milik Islam

Islam Sebagai Way Of Life


Allah swt. sebagai Pencipta alam semesta dan segala isinya, tidak mungkin
mencelakakan ciptaan-Nya. Dalam berbagai ayat disebutkan bahwa Allah rabbul
aalamiin. Imam Ibnul Jawzi dalam tafsirnya Zaadul Masiir mengatakan bahwa kata
“ar-Rab” mengandung tiga makna: (a) pemilik seperti dikatakan rabbud daar
(pemilik rumah) (a) pemelihara seperti dikatakan rabbusy syai’ (pemelihara sesuatu)
(c) tuan yang ditaati, seperti dikatakan dalam ayat: fayasqi rabbahu khamra (maka ia
memberi tuannya minuman khamer). Semua makna ini menunjukkan betapa Allah
swt. akan menjaga kelestarian ciptaan-Nya sampai pada saat yang Dia tentukan. Dan
untuk mewujudkan kelestarian ini, Allah telah meletakkan hukum atau sistem
mengatur perjalanan segala wujud di alam semesta, dan jalan hidup manusia.
Khusus mengenai sistem yang mengatur jalan hidup manusia Allah
menyebutnya dengan nama Al-Islam. Allah berfirman:

    

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran:
19).
Dalam ayat yang lain:

             
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.” (QS. Ali Imran 85).
Ini menunjukkan bahwa hanya Islam yang Allah akui sebagai jalan hidup manusia.
Tanpa Islam manusia akan celaka. Sebab otak manusia yang Allah ciptakan
kapasitasnya bukan untuk mengarang agama sendiri. Karenanya agama apapaun
karangan otak manusia tidak mungkin bisa menjadi pegangan.

Islam Agama Fitrah


Lebih jauh, Allah menciptakan manusia dengan bekal fitrah yang sesuai
dengan ajaran-Nya (baca: Islam). Karenanya manusia sepanjang sejarah tidak akan
pernah bisa lari dari seruan fitrahnya. Bila ia menjauh dari seruan fitrah tersebut, ia
pasti akan meronta-ronta. Kegelisahan demi kegelisahan akan terus mencekam dalam
jiwanya. Tak terhitung kasus yang membuktikan bahwa begitu banyak manusia yang

____________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Aqidah pb. Al Mustaqbal Lihadzaddiin 3
bunuh diri hanya karena kekeringan jiwa, padahal secara kebutuhan materi mereka
bisa dikatakan terpenuhi. Hasil penelitian WHO, seperti diungkap harian Republika
11/10/2006, membuktikan bahwa 873 ribu manusia melakukan bunuh diri di dunia
setiap tahunnya. Dan setiap 45 tahun terakhir angka tersebut rata-rata naik 60%.
Bahkan di Jepang -negara yang terkenal maju secara teknologi- sempat terdata bahwa
angka bunuh diri dalam satu tahun mencapai 30 ribu orang. Sebab utama tindakan
bunuh diri ini rata-rata karena ketercekaman jiwa. Tidak hanya ini yang mereka
lakukan, di internet begitu banyak jumlah situs yang mengajarakan bagaimana
seseorang melakukan bunuh diri dengan cepat. Betapa kenyataan ini semua
menunjukkan bahwa manusia benar-benar diambang kehancurannya ketika tidak
mengikuti Islam. Mereka tidak akan pernah bahagia di dunia maupun di akhirat tanpa
kembali kepada Islam. Sebab hanya Islam yang Allah seting paling sesuai dengan
panggilan fitrahnya.
Karena itulah, sekalipun manusia berusaha menghancurkan Islam sepanjang
sejarah, Islam tidak akan pernah musnah. Dibanding agama-agama lain, Islam adalah
agama yang paling banyak dimusihi. Allah berfriman:

           

           
”Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian
menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka
Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan” (QS. Al-Anfal 36).
Dalam surat Ath Thariq 15:

   

”Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-
benarnya”.
Di ayat lain:

           
”Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-
ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-
orang kafir benci” (QS. Ash-Shaf 8).
Tetapi Allah berjanji bahwa sampai kapanpun manusia tidak akan pernah
berhasil melakukan tindakan makarnya. Allah berfirman:

            

 

”Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al


Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai” (QS. At-Taubah 33).

____________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Aqidah pb. Al Mustaqbal Lihadzaddiin 4
Perhatikan ketika Allah yang menjamin untuk menjaga agama ini, nampak
bahwa segala upaya yang ditempuh para musuh, Allah mentahkan. Lebih dari itu,
jumlah pemeluknya justru semkain bertambah dari masa ke masa. Ini adalah fakta
yang membuktikan bahwa manusia cerdas masa depan pasti akan kembali kepada
Islam. Mereka tidak akan pernah menerima agama yang tidak otentik dan tidak sesuai
dengan fitrahnya. Mereka pasti akan segera mengkritisi berbagai penyimpangan yang
terdapat dapat ajaran agama-agama tersebut.

Islam Agama Kemanusiaan


Islam adalah agama yang sangat menghargai kemanusiaan. Karenanya dalam
Islam setiap prilaku yang yang tidak manusiawi harus diperangi. Tidak ada dalam
Islam pembedaan antar sesama muslim hanya karena perbedaan kulit atau ras. Pun
tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, semua muslim adalah sama
sederajat seperti barisan gigi sisir. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Hanya
kwalitas ketaqwaan yang membedakan di antara mereka. Artinya siapa yang paling
tinggi derajat ketakwaannya, dialah yang paling tinggi derajat kemanusiaanya di sisi
Allah.
Dalam beribadah pun Islam melarang cara-cara beribadah yang tidak
manusiawi. Rasulullah saw. pernah suatu saat menegur tiga orang sahabatnya yang
masing-masing ingin melakukan ibadah dengan cara tidak manusiawi: Yang pertama
ingin menegakan shalat malam dan tidak tidur, yang kedua, ingin berpuasa dan tidak
berbuka dan yang ketiga tidak ingin menikah. Lalu Rasulullah saw. dalam
tergurannya tersebut menyebutkan:

”Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku juga tidur dan menikah. Maka
barangsiapa menolak sunnahku bukan termauk golonganku.” (Ahmad).
Ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. memberikan contoh yang manusiawi dalam
beribadah. Dengan kata lain seperti yang dikatakan Imam An nawawi al iqtishaad fil
ibadah artinya tidak terlalu menyepelekan dan tidak terlalu menyiksa diri di luar
batas kemanusiaannya (lihat Riyadhush shaalihiin, Imam An nawawi, Darul Warraq
1996, h.7).
Syeikh Abul Hasan An Nadwi, seorang pemikir muslim dari India, menulis
sebuah buku judulnya ” maadzaa khasiral aalam bin khthaathil muslimiin” (kerugian
yang menimpa manusia karena keterpurukan umat Islam). Ini menunjukkan bahwa
manusia tidak akn pernah menemukan kemanusiaanya selama tidak kembali kepada
islam. Terbukti memang bahwa manusia tanpa Islam, benar-benar hidup dalam
kebingungan. Disebutkan dalam buku tersebut bahwa pada zaman jahiliah –sebelum
datangnya Islam- kaum wanita didzalimi. Mereka tidak mendapatkan hak-hak
kemanusiaannya sama sekali. Tidak sedikit dari putri-putri mereka yang dibunuh
hidup-hidup. Jauh sebelum itu di Ramawi pada abad ke VI masehi manusia sungguh
terpuruk dalam kebinatangan. Tontonan yang paling menyenangkan pada waktu itu
adalah pertarungan yang berdarah-darah dan bahkan tidak sedikit yang harus
melayangkan nyawanya. Para gladiator diadu dengan sesama mereka, atau mereka
dipaksa harus bertarung melawan binatang buas seperti singa dan lain sebagainya.
Suatu pertarungan yang menunjukkan tingkat kejamnya manusia terhadap
kemanusiaannya sendiri. Dengan kata lain di sana nampak bahwa manusia benar-
benar tidak ada harganya sama sekali.

Islam Agama Yang Menegakkan Keseimbangan

____________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Aqidah pb. Al Mustaqbal Lihadzaddiin 5
Di dalam Islam manusia menemukan dirinya benar-benar diperlakukan secara
seimbang: (a) Seimbang antara fisik dan ruhani. Artinya tidak seperti agama lain yang
cendrung menghilangkan makna keseimbangan ini. Sebagian agama cendrung
meletakkan manusia sebagai mahluk ruhani saja, sehingga ia dilarang memenuhi
kebutuhannya fisiknya, seperti tidak boleh menikah dan lain sebagainya. Sebagian
yang lain cendrung menyikapi manusia sebagai mahluk fisik saja, sehingga ia
diajarkan menyembah materi, bukan menyembah Allah yang ghaib. Tuhan mereka
divisualisasaikan menjadi patung. Hidup mereka bergelimang materi tanpa ada unsur
ruhaninya sama sekali. Islam tidak demikian. Islam meletakkan manusia sebagai
mahluk fisik dan ruhani sekaligus. Tidak ada dalam Islam hak-hak kemanusiaan yang
digerogoti. Semuanya, baik fisik maupun ruhani dipenuhi secara seimbang.
Perhatikan Rasululllah saw. sebagai contoh yang paling konkrit dalam hal ini.
Ia berpuasa dan juga berbuka, ia juga menikah dan mengurus istri-istrinya, pun ia juga
shalat malam dan tidur. Jadi tidak ada yang diabaikan dari hak-hak fisik dan ruhani.
Bahkan Rasulullah bersabda: ”Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih
dicintai oleh Allah dari pada seorang mukmin yang lemah” (HR. Muslim no. 4816)
Ini menunjukkan perhatiannya kepada pentingnya pembinaan fisik, lalu dalam hadits
ketika menegaskan tetantang hakikat ihsan ia bersabda: ”hendaknya kau menyembah
Allah sekan melihatNya, dan jika tidak, ingatlah bahwa Ia melihamu” (HR. Muslim
no 8). Ini menggambarkan bagaimana seharusnya manusia membina ruhaninya.
Dalam kesempatan lain Rasulullah saw. pernah mengucapkan:

“Celakalah mutanath thi’uun tiga kali.” (HR. Muslim no 2670).


Artinya celaka orang-orang yang berlebih-lebihan dalam beribadah. Bahkan suatu saat
ketika Aisyah memberitahukan mengenai seorang wanita yang berlebih-lebihan dalam
menegakkan shalat, Rasulullah saw. segera menegurnya: ”hendaknya kau
mengerjakan itu sebatas kemampuanmu, dan Allah tidak akan pernah bosan
(memberikan pahala yang setimpal dengan amalmu) sampai kau sendiri yang bosan”.
(HR. Bukahri 3/31, Muslim no 785). Ini semua menunjukkan betapa mempertahankan
keseimbangan antara jasmani dan ruhani adalah inti ajaran Islam.
(b) Seimbang antara dunia dan akhirat. Islam mengajarkan bahwa manusia
diciptakan bukan untuk di dunia saja melainkan juga di akhirat. Bahkan tujuan hidup
manusia sebenarnya untuk akhirat, Allah berfirman:

             

                
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-
Qashash: 77).
Jadi berdasarkan ini dunia hanyalah keperluan. Sebab kehidupan hakiki yang
seharusnya manusia capai adalah akhirat, Allah berfirman:

____________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Aqidah pb. Al Mustaqbal Lihadzaddiin 6
               

 
”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”
(Al-Ankabuut: 64).
Konsep keseimbangan ini tentu sangat berbeda dengan konsep materialisme
yang hanya mengajarkan manusia menjadi mahluk materlistis. Sebab materialisme
hanya membuat manusia menjadi seperti komoditi yang diperjual belikan, atau seperti
mesin yang dipaksa harus bekerja siang dan malam tanpa ada kesempatan untuk
ibadah dan berdzikir. Secara ruhani ia pasti akan mengalami kekeringan. Akibatnya ia
akan menderita tidak hanya di dunia melainkan lebih dari itu di kahirat. Perhatikan
Allah berfriman:

            
”Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta" (QS. Thaha 124).
Dalam ayat yang lain Allah menggambarkan kesalapahaman orang-orang kafir yang
hanya sibuk membangun dunia:

        


”Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan
akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal” (Al-A‟la 16-17).
Di sini nampak bahwa mengutamakan dunia saja adalah langkah yang salah,
melainkan harus keduanya dipersiapkan secara seimbang.

Adanya Bisyaraat (kabar gembira)


Allah berfirman:

             

    


Musa berkata kepada kaumnya, „Minta tolonglah kalian kepada Allah dan bersabarlah.
Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi
orang-orang yang bertakwa" (QS. Al A‟raf 128).
Ayat ini menunjukkan bahwa kemenangan akan diberikan kepada hamba-hambaNya
yang bertakwa. Maksudnya adalah Islam dan umatnya. Dan ini pasti terjadi cepat atau
lambat, sebab Allah tidak pernah mengingkari janji. Allah berfirman: innallaaha laa
yukhliful mii’aad (sesungguhnya Allah tidak pernah menyalahi janji) (QS. Ali
Imran 9).
Rasulullah saw. dalam banyak kesempatan seringkali juga memberikan
bisyarat ini. Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah telah mengumpulkan untukku
dunia, maka aku menyaksikannya dari ujung timur dan barat, dan kerajaan umatku
akan melampaui timur dan barat seperti yang dikumpulkan untukku, dan aku diberi

____________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Aqidah pb. Al Mustaqbal Lihadzaddiin 7
dua kekayaan (emas dan perak atau kekayaan dua kerajaan Romawi dan Persia) (HR.
Muslim no. 5144). Dalam hadits yang lain Rasulullah saw. bersabda: ”berilah kabar
gembira kepada umatku dengan kemenangan, ketenangan di negerinya, pertolongan
Allah, dan kemulyaan agamanya, siapa yang menjadikan amal akhiratnya untuk
dunia, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa di akhirat” (HR. Imam Ahmad no
20273).

Penutup
Seluruh yang kita sebutkan di atas, menjadi bukti nyata bahwa Islam adalah
agama masa depan. Sampai kapanpun manusia tetap akan membutuhkannya. Sebab ia
adalah way of life, dan suara firahnya. Dengan Islam manusia akan memperlakukan
dirinya sebagai manusia. Dan di saat yang sama ia akan bisa menajalani hidupnya
secara seimbang di muka bumi. Lebih-lebih Allah dan Rasul-Nya telah menjanjikan
bahwa Islam dan umatnya pasti akan menang. Dan Allah tidak pernah mengingkari
janjiNya.
Tetapi semua ini tidak bisa dicapai dengan hanya mengkahyal. Islam adalah
pedoman hidup, yang harus diamalkan. Umat Islam harus bergerak untuk
mengamalkannya tidak hanya dipojok-pojok masjid melainkan harus merambah ke
dataran kehidupan nyata denga segala dimensinya; politik, sosial, budaya, ekonomi
dan lain sebagainya. Inilah Islam yang diyakini Rasulullah saw dan sahabat-
sahabatnya. Perhatikan mereka tidak hanya duduk beribadah di masjid, melainkan
terus bergerak menyebarkannya dan merealisakannya dalam kehidupan nyata, secara
integral. Dan dengan upaya yang integral inilah, Islam dan umatnya benar-benar
pernah mampu menalukkan dua kekuatan super power pada masanya: Romawi dan
Persia. Wallahu a’lam bishshawab.

____________________________________________
Materi Tarbiyah Muayyid, madah Aqidah pb. Al Mustaqbal Lihadzaddiin 8

Anda mungkin juga menyukai