Makalah Profesi Lelita
Makalah Profesi Lelita
Tentang
Disusun oleh
Dosen pengampu
1445 H / 2024 M
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
NabiMuhammad SAW. Kami bersyukur kepada Ilahi Rabbi yang telah
memberikankesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .
Akhir kata saya ucapkan kepada dosen pengampu Buk Sasmi Nelwati MP,d
semoga selalu dalam lindungan allah subhanahu ta’ala dan Penulis menyadari bahwa
dalam menyusun makalah ini masih banyak terdapat kesalahan, maka dari itu dengan
penuh rasa hormat penulis mohon maaf apabila dalam penulisan masih banyak
kekhilafan. Untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari
pembaca agar bisa memperbaiki penulisan makalah ini dimasa yang akan datang. Akhir
kata penulis ucapkan terimakasih semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAS ISI
Pendidikan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam membangun
sektor kemajuan negara tersebut secara cepat dan tepat. Standar nasional pendidikan
diciptakan untuk membatasi kriteria minimum tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh desentralisasi sistem pendidikan dalam kerangka
pemerintahan Indonesia yang menganut asas otonomi daerah. Terciptanya mekanisme ini
tidak lepas dari perjalanan pendidikan Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah. Hal ini menyebabkan mengarah pada historis pendidikan
Indonesia yang menganut berbagai paham, aliran, dan konsep-konsep Pendidikan dari
berbagai tokoh-tokoh Indonesia sendiri.
B.
a. Mengeetahui Pendidikan indonesi Ki Hajar Dewantara
b. Mengeetahui Pendidikan indonesi Muhammad Syafei
c. Mengeetahui Pendidikan indonesi KH Ahmad Dahlan
C.
a. Untuk Mengeetahui Pendidikan indonesi Ki Hajar Dewantara
b. Untuk Mengeetahui Pendidikan indonesi Muhammad Syafei
c. Untuk Mengeetahui Pendidikan indonesi KH Ahmad Dahlan
A.
Tokoh filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara terlahir dengan nama Raden Mas
Suwardi Suryaningrat pada tanggal 2 Mei 1889. KHD berasal dari keluarga keraton, pura
Pakualaman, Yogyakarta. Ayahnya beliau bernama K.P.H. Suryaningrat dan Ibunya
bernama Raden Ayu Sandiyah. Ibunya merupakan buyut dari Nyai Ageng Serang, seorang
keturunan dari Sunan Kalijaga. Ki Hajar Dewantara merupakan cucu dari Sri Paku Alam
III. Raden Mas Suwardi Suryaningrat mengganti namanya di usia 39 tahun, dengan nama
Ki Hadjar Dewantara yang kita kenal sampai saat ini.
B.
Mohammad Syafei lahir tahun 1893 di Ketapang (Kalimantan Barat) dan diangkat
jadi anak oleh Ibrahim Marah Sutan dan ibunya Andung Chalijah, kemudian di bawah
pindah ke Sumatra Barat dan menetap Bukit Tinggi .Dia sudah mengajar di berbagai
daerah di nusantara, pindah ke Batavia pada tahun1912 dan disini aktif dalam kegiatan
penertiban dan Indische Partij. Pendidikan yang ditempuh Moh. Syafei adalah sekolah raja
di Bukit Tinggi, dan kemudian belajar melukis di Batavia (kini Jakarta), sambil mengajar
disekolah Kartini (Yusuf et al., 2021). Pada tahun 1922 Moh. Syafei menuntut ilmu di
Negeri Belanda dengan biaya sendiri. Disini ia bergabung dengan ”Perhimpunan
Indonesia “,sebagai ketua seksi Pendidikan. Di negeri Belanda ini ia akrab dengan Moh.
Hatta, yang memiliki banyak kesamaan dan karakteristik dan gagasan dengannya,
terutama tentang pendidikan bagi pengembangan nasionalisme di Indonesia (Daulay,
2007). Dia berpendapat bahwa agar gerakan nasionalis dapat berhasil dalam menentang
penjajahan Belanda, maka pendidikan rakyat haruslah diperluas dan diperdalam.
C.
KH Ahmad Dahlan lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta pada tahun 1868 dan
Meninggal pada Tanggal 23 Februari 1923 dengan nama Muhammad Darwis. Ayahnya
KH Abu Bakar bin Kiai Sulaiman adalah imam dan Khatib Masjid Besar Kauman
Yogyakarta, sementara ibunya Siti Aminah adalah anak KH Ibrahim, penghulu besar di
Yogyakarta (Komala, 2021). Menurut salah satu silsilah, keluarga Muhammad Darwis
dapat dihubungkan dengan Maulana Malik Ibrahim, salah seorang wali penyebar agama
Islam yang telah dikenal di Pulau Jawa. KH Ahmad Dahlan menyelesaikan pendidikan
dasarnya pada Madrasah dan Pesantren di Yogyakarta dalam bidang nahu, Fiqih, dan tafsir.
Pada tahun 1888, Ahmad Dahlan disuruh oleh orang tuanya menunaikan ibadah haji. Ia
bermukim di Mekkah selama 5 Tahun untuk menuntut ilmu agama Islam, seperti qiraat,
tauhid, tafsir, Fiqih, tasawuf, ilmu mantik, dan ilmu falaq.
K.H Ahmad Dahlan merupakan tokoh nasional yang memiliki tipe man of action
(Agustang et al., 2021) artinya K.H Ahmad Dahlan lebih menonjol ke urusan masalah
praktik maka dari ini warisan dari K.H Ahmad Dahlan lebih condong ke kegiatan-kegiatan
di luar kelas yang lebih banyak ke teori, sehingga ia tidak banyak memiliki karya tulisan.
Cita- cita pendidikan yang digagas oleh K.H Ahmad Dahlan adalah lahirnya manusia-
manusia baru yang mampu tampil sebagai "intelektual” memiliki keteguhan iman dan
berpikiran luas. Maka dari itu, ide pendidikan yang digagas K.H Ahmad Dahlan
menyelamatkan umat Islam dari cara berpikir statis menuju pemikiran yang dinamis,
kreatif dan inovatif, itu merupakan satu-satunya jalan mencapai tujuan tersebut dan
melalui pendidikan dan pengolahan pendidikan agama Islam secara modern dan
profesional, sehingga pendidikan yang dilaksanakan mampu memenuhi atau menghadapi
dinamika pada zamannya. Menurut Ahmad Dahlan, pendidikan yang baik adalah
pendidikan yang sesuai dengan tuntunan zaman. seperti contoh, pada awal abad 20-an,
Ahmad Dahlan melihat umat Muslim di Indonesia tertinggal secara ekonomi oleh
kolonialisme Belanda. Ketika itu ekonomi Muslim sangat tidak mempunyai akses ke
sektor-sektor pemerintahan atau perusahaan-perusahaan swasta.
Bahwa penyebab utama kemunduran umat Islam disebabkan pola pikir yang
dimiliki dan cara pandang terhadap masa yang akan datang, sehingga pada masa tersebut
umat Islam tertinggal jauh dengan umat yang lain (Al Faruq, 2020). Oleh karena itu,
kebebasan berpikirlah menjadikan atribut penting yang menjadikan manusia sebagai
pedoman dalam perbuatan dan sedangkan kemauanlah yang menjadi pendorong perbuatan
manusia.
Pada tahun 1918, di sekolah Muhammadiyah yaitu Mulo met de Qur'an Ahmad
Dahlan memasukkan pelajaran bahasa Arab sebagai mata pelajaran wajib, yang bertujuan
peserta didik mampu untuk memahami arti dan makna Al- Quran dan Hadits secara ilmiah
sehingga peserta didik itu sendiri tidak hanya sekedar ikut dan terhanyut pada pendapat
orang lain. Dengan demikian, para peserta didik diharapkan mampu memperoleh
kemampuan untuk memahami maksud dan arti dari Al-Quran dan Hadits.
Dunia Pendidikan menurut Ahmad Dahlan Pendidikan juga tidak cukup hanya
sekedar kecerdasan intelektual, tetapi pembentukan karakter sangat penting pada peserta
didik di kehidupan sehariharinya. Maka dari itu melalui pendidikan para peserta didik
dapat memenuhi kepribadian yang utuh baik jasmani maupun rohani dan memiliki jiwa
sosial yang baik juga. Ahmad Dahlan sendiri menekankan pembentukan karakter harus
diawali dengan iman, ilmu dan amal. Karena setiap perbuatan yang dilakukan dengan
tujuan baik, kepercayaan diri dan ikhlas maka Allah akan memberikan kemudahan pada
perbuatannya. Dengan adanya ilmu yang kita miliki, setiap manusia wajib mengamalkan
ilmunya, ilmu dan amal adalah dasar dari pendidikan pembentukan karakter yang
diterapkan oleh Ahmad Dahlan.
K.H. Ahmad Dahlan terobsesi dengan kekuatan sistem pendidikan Barat seperti
terlihat pada sekolah-sekolah Belanda. Sistim pendidikan yang dikembangkan oleh K.H.
Ahmad Dahlan mengikuti pola Barat dengan memberikan penguatan pada nilai-nilai Islam
yang berkemajuan. Dengan demikian, peran K.H. Ahmad Dahlan dalam bidang
pendidikan adalah upaya mengompromikan beberapa unsur positif dari sistem pendidikan
Islam dan sistem pendidikan Barat. Model pendidikan ini, dibuktikan dengan karyanya
yang nyata, yaitu lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah di seluruh
Nusantara ini, yang kini jumlahnya mencapai puluhan ribu, mulai PAUD, Pendidikan
Dasar dan Menengah, sampai dengan Pendidikan Tinggi Muhammadiyah.
Pendidikan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam membangun
sektor kemajuan negara tersebut secara cepat dan tepat. Standar nasional pendidikan
diciptakan untuk membatasi kriteria minimum tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh desentralisasi sistem pendidikan dalam kerangka
pemerintahan Indonesia yang menganut asas otonomi daerah. Terciptanya mekanisme ini
tidak lepas dari perjalanan pendidikan Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah. Hal ini menyebabkan mengarah pada historis pendidikan
Indonesia yang menganut berbagai paham, aliran, dan konsep-konsep Pendidikan dari
berbagai tokoh-tokoh Indonesia sendiri
Dengan di buatnya makalah ini, penulis mengharap kritik dan saran yang bisa
membuat makalah ini menjadi lebih sempurna. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna. Saran dari penulis , agar pembaca bisa mempelajari materi yang telah
penulis buat ini.
Syarifudin, Tatang. 2009. Landasan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Departemen Agama RI.
Eka Yanuarti. 2017. “Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan
Kurikulum 13”. Jurnal Penelitian Henricus Suparlan. “Filsafat Pendidikan Ki Hajar
Dewantara dan Sumbangannya Bagi Pendidikan Indonesia” I Made Sugiarta, Ida
Bagus Putu Mardana,
Agus Adiarta, I Wayan Artanayasa. 2019. “Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh
Timur)”. Jurnal Filsafat Indonesia Sukri, Trisakti Handayani, Agus Tinus. 2016. “
Abuddi, Nata. Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.) A.A
Navis. 1996. Filsafat dan Strategi Pendidikan M. Sjafei.Jakarta: PT. Grasindo
A.Shamad,
Irhas. 2003. Imu Sejarah. Jakarta: Hayfa Press Abdurrahman, Dudung. Metodologi Penelitian
Sejarah Islam. Yogyakarta:
Ombak Arifin, Imbron. 1996. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan.
Malang: Kalimasahada