Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DASAR DASAR ILMU PENDIDIKAN


“ Tokoh-tokoh Pendidikan yang Berpengaruh di Indonesia”

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Solfema, M. Pd.
Dra. Wirdatul ‘Aini, M. Pd.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 8
No Nama Nim
1 Davela Danilawati 23053122
2 Ropi’ah 23006167
3 Sepria Wahyu Hidayat 23086259

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji Syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan
Rahmat, hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembutan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini dapat memeberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Padang, 28 April 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Tokoh-tokoh Pendidikan yang Berpengaruh di Indonesia...............................3
B. Pengaruh Tokoh-tokoh Pendidikan terhadap Perkembangan Pendidikan
di Indonesia...................................................................................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sudah sepatutnya menentukan masa depan suatu negara. Bila
visi pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan kemaj
uan bangsa Visi pendidikan harus diterjemahkan ke dalam sistem pendidikan
yang memiliki sasaran jelas, dantanggap terhadap masalah-masalah bangsa.
Karena itu, perubahan dalam subsistem Pendidikan merupakan suatu hal yang
sangat wajar, karena kepedulian untuk menyesuaikan perkembangan yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sudah seharusnya system Pendidikan
tidak boleh jalan di tempat, namun setiap perubahan juga harus disertai dan dil
andasi visi yangmantap dalam menjawab tantangan zaman. Sesungguhnya
pendidikan yang kita laksanakan sekarang ini tidaklah terlepas dari usaha-usaha
para tokoh pendidikan yang dahulu telah merintisnya dengan perjuangan
yangsangat berat dan tidak mengenal lelah. Oleh karena itu bila kita berbicara
tentang Pendidikan yang kini berlangsung tidaklah arif bila tidak membicarakan
sosok dan tokoh-tokoh Pendidikan tersebut, dengan hanya menerima jerih payah
dan karya mereka.
Jauh sebelum kemerdekaan RI, banyak tokoh indonesia yang memiliki
pemikiran maju, khususnya dalam bidang pendidikan. Beberapa tokoh
pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara, KH Ahmad Dahlan, Mohammad Syafei,
dan Rahmah Elyunusiah merupakan sejumlah tokoh pendidikan pribumi yang
memberikan warna pendidikan sampai saat ini. Tokoh-tokoh tersebutadalah
insan-insan bermartabat yang memperjuangkan pendidikan dan sekaligus
pejuang kemerdekaan yang berjuang melepaskan cengkeraman penjajah dari
bumi Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja tokoh-tokoh Pendidikan yang berpengaruh di Indonesia?
2. Apa pengaruh tokoh-tokoh Pendidikan terhadap Perkembangan Pendidikan
di Indonesia?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tokoh-tokoh Pendidikan yang berpengaruh di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh tokoh-tokoh Pendidikan terhadap
Perkembangan Pendidikan di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tokoh-tokoh yang Berpengaruh di Indonesia
1. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara, yang sebelumnya bernama Raden Mas Suwardi
Suryaningrat,lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 mei 1889. Ia adalah salah
seorang putera terbaik negeriini. Yang memiliki pemikiran yang sangat maju
pada zamanya dalam memperjuangkan pendidikan, yang hasil pemikiranya
masih relevan hingga saat ini. Pemikirannya memiliki inti yaitu ingin
“memajukan bangsa tanpa membedakan RAS, budaya, dan bangsa”. Melihat
buah pemikiran tersebut, pemikiranya sampai saat ini masih relevan.Ki hajar
dewantara mendirikan perguruan taman siswa pada tanggal 3 juli 1992 di
Yogyakarta. Perguruan ini didirikan dalam bentuk yayasan. Latar belakang
berdirinyaadalah bahwa sekolah.
Sekolah yang didirikan oleh pemerintah hindia Belanda sesungguhnya
tidaklah diperuntukkan bagi kepentingan dan kemajuan rakyat indonesia,
tetapi untuk kepentingan politik kolonial belanda meskipun Mr. C. Th. Van
den Venter mengatakan bahwa belanda ingin menebus dosa kepada rakyat
indonesia.
Pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa
secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya,
adat, kebiasaan, status ekonomi,status sosial, dan sebagainya, serta harus
didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yangasasi.Hari lahirnya,
diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah
tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun
karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa
sungtulada (di depanmemberi teladan).
2. Mohammad Syafei
Mohammad Syafei lahir tahun 1893 di Ketapang (Kalimantan Barat)
dan diangkat jadi anak oleh Ibarahim Marah Sutan dan ibunya Andung
Chalijah, kemudian dibawah pindah ke Sumatra Barat dan menetap

3
Bukittinggi. Marah Sutan adalah seorang pendidikdan intelektual ternama.
Dia sudah mengajar di berbagai daerah di nusantara, pindah keBatavia pada
tahun 1912 dan aktif dalam Indische Partij.
Pemikiran Syafei menyarankan kesempurnaan lahir dan batin yang
harus selalu diperbaharui.Hal ini terungkap dalam pemikiran G. Revesz
seperti yang dikutip oleh Syafei : bahwa lapangan pendidikan mesti berubah
menurut zamannya, seandainya orangmasih beranggapan, bahwa susunan
pendidikan dan pengajaran yang berlaku adalah sebaik-baiknya dan tidak
akan berubah lagi, maka orang atau lembaga yang berpendirian dan berpikir
demikian telah jauh menyimpang dari kebenaran. Demikianlah, tujuan
pendidikan berupa kesempurnaan lahir dan batin,harus selalu terus
disempurnakan sesuai dengan tuntutan perubahan zaman. Dan kesempurnaan
yang cocok untuk bangsa Indonesia? Syafei mengajukan pemikiran yang
masih relevan untuk zaman kita ini.
Manusia yang sempurna lahir dan batin atau aktif kreatif itu,apa saja
unsur-unsur atauaspek-aspeknya? Ia menyatakan bahwa yaitu jiwa dan hati
yang terlatih dan otak yang berisi pengetahuan. Orang yang jiwa dan hatinya
terlatih itutekun, teliti, rajin, giat, berperhatian, dan apik dalam segala bidang
perbuatan. Pelatihan jiwa dan hati ini diperoleh melalui pelatihan bebuat atau
bekerja mengerjakan pekerjaan sehari-hari atau bahkan pekerjaan tangan.
Bahkan untuk pengisian otakpun, pelajaran pekerjan tangan dapat turut
dimanfaatkan.
3. Kiyai H. Ahmad Dahlan
Kiai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di Yogyakarta,
1 Agustus1868 meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54
tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Dia adalah putra
keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar
adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan
Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlana dalah puteri dari
H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta

4
Hadiningrat pada masa itu. Ahmad Dahlan adalah seorang yang memiliki
pengetahuan yang luas.
Meskipun usianya baru dua puluh tahun, ia mulai merintis jalan
pembaruan di kalangan umat Islam. Misalnya, membetulkan arah kiblat
shalat pada masjid yang dipandang tidak tepat arahnya yang sesuai dengan
perhitungan menurut ilmu falakiyah yang dikuasainya. Usaha inisempat
menimbulkan insiden yang membuat diri dan istrinya hampir saja
meninggalkan Kauman Yogyakarta selamanya. Kemudian memberikan
pelajaran agama di sekolah negeri yang saat itu tidak pernah dilakukan oleh
kyai lainnya. Ahmad Dahlan juga sangat memperhatikan kaum dhuafa, anak
yatim, dan fakir miskin agar selalu diperhatikan dan diayomi. Hal ini selalu
ia ingatkan kepada murid-muridnya agar selalu memperhatikan dan
menolong kaum dhuafa tersebut.
Pernah suatu ketika beliau memberikan pelajaran kepada murid-
muridnya tentang surat Al-Ma’un. Namun,surat Al-Ma’un ini selalu beliau
ulang-ulang dalam setiap pertemuan pengajian sehingga menimbulkan protes
dari murid-muridnya. Setelah dijelaskan lalu setelah pengajian selesaidan
murid-muridnya masing-masing membawa anak yatim dan disantuni
secukupnya.
4. Rahmah El Yunusiyah
Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah (lahir di Nagari Bukit
Surungan, Padang Panjang, Hindia Belanda, 26 Oktober 1900. meninggal
diPadang Panjang, Sumatra Barat, 26 Februari 1969 pada umur 68 tahun)
adalah seorang reformator. pendidikan Islam dan pejuang kemerdekaan
Indonesia. Ia merupakan pendiri Diniyah Putri, perguruan yang saat ini
meliputi taman kanak-kanak hingga sekolah tinggi. Iamemelopori
pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Padang panjang,
menjamin seluruh perbekalan dan membantu pengadaan alat senjata mereka
sewaktu Revolusi Nasional Indonesia.
Bentuk realisasi dari pemikiran pendidikan Rahmah el-Yunusiyah
adalah berupa pendirian sekolah sekolah bagi perempuan. Hal ini merupakan

5
tanggapan dari situasi padamasa itu dan sejalan pula dengan teorinya Arnold
J. Toynbee yaitu: “Challenge and Respons”. Sedangkan tujuan pendidikannya
untuk mencerdaskan kaum perempuan agar pendidikan pada masa itu tidak
berpusat pada laki laki, dengan demikian hal ini sejalan dengan teori
Feminisme, yaitu teori poststrukturalis dan postmodernisme.
Beberapa hambatan pada kaum perempuan Indonesia. Pendidikan yang
belum berpihak pada kaum perempuan dapat pula ditemui dalam bidang lain.
Misalnya dalam bidang kesehatan dan pekerjaan. Perusahaan masih banyak
yang belum memberi lapangankerja pada perempuan. Angka perempuan
menganggur lebih tinggi dapat ditemui dimana-mana dibanding laki-laki.
Kalaupun perempuan banyak ditemui bekerja disektor informal (pabrik) itu
bukan berarti hilangnya diskriminasi. Angka kaum perempuan upahnya tidak
dibayar oleh perusahaan mencapai 41,3% lebih tinggi dibanding laki-laki
yang hanya 10%menjadi bukti beban yang diterima perempuan diluar rumah.
B. Pengaruh Tokoh-tokoh Pendidikan terhadap Perkembangan Pendidikan
di Indonesia
1. Ki Hajar Dewantara
Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek
intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya.
Dan ternyata pendidikansampai sekarang ini hanya menekankan pada
pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah
rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis
atau manusiawi. Ki Hadjar Dewantara membedakan antara sistem
“Pengajaran” dan “Pendidikan”.
Menurutnya pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek
hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan). Sedangkan pendidikan lebih
memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan
mengambil keputusan, martabat mentalitas demokratik). Dalam arti luas
maksud pendidikan dan pengajaran adalah bagaimana memerdekakan
manusia sebagai anggota dari sebuah persatuan rakyat. Suasana yang
dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada

6
kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap
masing-masing anggotanya. Maka hak setiap individu hendaknya dihormati;
Pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan
independen secara fisik, mental dan spiritual.
Pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual
sebab akan memisahkan dari orang kebanyakan; pendidikan hendaknya
memperkaya setiap individu tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi
harus tetap dipertimbangkan; pendidikan hendaknya memperkuat rasa
percaya diri, mengembangkan harga diri; setiap orang harus hidup sederhana
dan guru hendaknya rela mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya
demi kebahagiaan para peserta didiknya. Peserta didik yang dihasilkan adalah
peserta didik yang berkepribadian merdeka, sehatfisik, sehat mental, cerdas,
menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab atas
kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Metode yang sesuai
dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran
dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and
dedication based onlove). Oleh karena itu bagi Ki Hajar Dewantara pepatah
ini sangat tepat yaitu “educate thehead, the heart, and the hand”. Kalau
selama ini pendidikan hanya dimengerti sebatas pembentukan intektual,
sementara pembentukan budi pekerti hanya sebatas kata-kata belaka. Maka
perlulah kita kembali melihat tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah “penguasaan
diri” sebab di sinilah pendidikan memanusiawikan manusia atau menjadikan
manusia/peserta didik kian beradab dan memiliki keadaban (humanisasi). saat
ini pendidikan hanya dimengerti sebagai pengajaran sebagaimana telahterjadi
selama ini, maka kita juga tidak akan pernah berubah. Akibatnya kita akan
selalu menjadi produk masa lalu yang tidak beruntung. Pendidikan menjadi
tempat manusia untuk mengungkapkan dirinya secara lahir dan batin. Proses
pendidikan ini akan memperbaharui diri manusia untuk mencapai nilai-nilai
luhur yang ada dalam dirinya, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
pendidikan serta peradaban dunia. Mendidik menurut Ki Hajar Dewantara

7
selalu berada dalam kontek smendidik rakyat. Artinya mendidik rakyat adalah
mendidik anak. Maka keadaan yang kita alami sekarang ini adalah hasil dari
pendidikan zaman dulu. Kalau di zaman lampau orang tua mendidik anaknya
dengan baik dan menanamkan nilai-nilai moral, maka kita sekarang akan
menikmati dan memetik hasilnya, tapi kalau terjadi sebaliknya maka kita juga
yang akan menanggung akibatnya. Dengan demikian dapat diartikan
Pendidikan adalah usaha membawa manusia keluar dari kebodohan, dengan
membuka tabir aktual-transenden dari sifat alami manusia (humannes).
Jadi, Pemikiran dari tokoh pendidikan sudah tercantum di dalam
kurikulum 2013 padasaat ini yang menitik beratkan kepada tiga ranah
pendidikan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor tidak hanya kepada
intelektual siswa.
2. Mohammad Syafei
Mohammad Syafei mengenyam pendidikan di Belanda. Pada tahun
1925 beliaukembali ke indonesia untuk mengabdikan ilmunya. Cita-cita
tersebut di wujudkan dengan mengelola sebuah sekolah yang kemudian
dikenal Sekolah INS Kayutanam. Sekolah inilebih dikenal dengan nama
Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam.Akibat
kemampuan Syafei mengelola sekolah ini kemudian tersohor dengan nama
Ruang pendidikan Indonesische Nederlandsche School (RP INS).
Tujuan utamasyafei mendirikan INS adalah untuk mendidik agar anak-
anak dapat berdiri sendiri atasusaha sendiri dengan jiwa yang merdeka.
Dengan berdirnya sekolah ini, berarti iamenetang sekolah-sekolah hindia
belanda yang hanya menyiapkan anak-anak untukmenjadi pegawai-pegawai
mereka saja. Dengan pecahnya perang dunia ke II, INS diduduki secara paksa
oleh belanda dan proses pembelajaran terhenti. Setelah Jepang menang tahun
1942 RPINS berubahterjemahannya menjadi Indonesiche Nippon School.
Dijaman ini pembelajaran merosottajam yang disebabkan oleh sulitnya
memperoleh alat-alat pelajaran dan digunakan untuk bekerja serta berlatih
demi kepentingan perang Jepang. Jadi, berdasarkan pemikiran mohammad

8
syafei tentang pembelajaran di tekankankepada siswa, sudah tercantum pada
kurikulum 2013 pada saat ini.
3. KH.Ahmad Dahlan
Metode pembelajaran yang dikembangkan K.H. Ahmad Dahlan
bercorak kontekstualyaitu melalui proses penyadaran. Contoh klasik adalah
ketika Beliau menjelaskan suratal-Ma’un kepada santri-santrinya secara
berulang-ulang sampai santri itu menyadari bahwa surat itu menganjurkan
supaya kita memperhatikan dan menolong fakir-miskin, dan harus
mengamalkan isinya. Setelah santri-santri itu mengamalkan perintah itu baru
digantisurat berikutnya. Ada semangat yang musti dikembangkan oleh
pendidik Muhammadiyah, yaitu bagaimana merumuskan sistem pendidikan
ala al-Ma’un sebagaimana dipraktekanK.H. Ahmad Dahlan.
Menurut Kyai Haji Ahmad Dahlan bahwa, sistem pendidikan dan
pengajaran agamaIslam di Indonesia yang paling baik adalah sistem
pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di dalamnya
diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkansistem pengajaran mengikuti
sistem madrasah/sekolah. Dalam semangat yang sama, belakangan ini
sekolah-sekolah Islam tengah berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan
salah satunya model sekolah full day school.
Tujuan akhir pendidikan yang dikemukakan oleh Kyai Haji Ahmad
Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai
ulama- intelek atau intelek-ulama yaitu seorang muslim yang memiliki
keteguhan iman dan ilmu yang luas kuat jasmani dan rohani.Jika dikaitkan
dengan latar belakang timbulnya pemikiran pendidikan Islam Kyai Haji
Ahmad Dahlan antara lain disebabkan oleh rasa tidak puas terhadap sistem
pendidikan yang ada dan hanya mengembangkan salah satu bidang
pengetahuan saja, dan ini dibuktikan dengan pandangannnya mengenai tujuan
pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang baik budi, luas
pandangan, dan bersedia berjuang untuk kemajuanmasyarakat.
Dengan mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh
lembaga pendidikan Belanda, Kyai Haji Ahmad Dahlan mampu menyerap

9
untuk kemudian dengan gagasan dan praktek pendidikannya dapat
menerapkan metode pendidikan yang dianggap baru saat itu ke dalam
sekolah-sekolah yang didirikannya dan madrasah-madrasah tradisional.
Metode yang ditawarkannya adalah perpaduan antara metode
pendidikanmodern dengan metode pendidikan tradisional.
4. Rahmah el Yunusiyah
Pada 1 November 1923, Rahmah membuka Madrasah Diniyah Li al-
Banat sebagai bagian dari Diniyah School yang dikhususkan untuk murid-
murid putri. Rahmah mengatur kegiatan belajar mengajar di masjid yang
terletak berseberangan dengan rumah kediamannya di Jalan Lubuk Mata
Kucing (sekarang Jalan Abdul Hamid Hakim), Pasar Usang, Padang Panjang.
Dua teman Rahmah, Sitti Nansiah dan Djawana Basyir, termasuk guru
terawal, sementara Rahmah merangkap sebagai guru dan pimpinan. Mulanya
terdapat 71 orang murid yang kebanyakan adalah ibu-ibu muda. Pelajaran
diberikan selama 2,5 jam meliputi dasar pengetahuan agama, gramatika
bahasa Arab, dan ilmu alat. Para murid duduk di lantai mengelilingi guru
secara berkelompok. Para guru memakai buku-buku berbahasa Arab dan
menerangkan dengan bahasa Indonesia. Ilmu pengetahuan umum belum
diajarkan pada tahun pertama.
Oleh karena itu, Rahmah mengerahkan murid-muridnya bergabung
dengan Persatuan Murid-Murid Diniyah School (PMDS) untuk mendapatkan
berbagai pengetahuan umum dan mengikuti berbagai kegiatan seperti
kepanduan, organisasi, dan koperasi. Dengan hadirnya bagian untuk putri,
Diniyah School peninggalan Zainuddin berangsur-angsur hanya dihadiri oleh
murid-murid putra, dan Madrasah Diniyah Li al-Banat yang didirikan
Rahmah menjadi populer sebagai Diniyah Putri.
Ketika Zainuddin meninggal secara mendadak pada 10 Juli 1924,
banyak orang menyangka bahwa usaha yang baru dirintis Rahmah akan
hilang di tengah jalan, sebagaimana dicatat oleh Isnaniah Saleh. Dalam suatu
rapat pengurus Diniyah Putri yang diadakan oleh Rahmah beberapa hari
setelah Zainuddin meninggal, majelis guru sepakat untuk meningkatkan

10
sistem pengajaran Diniyah Putri lengkap dengan sarana. Pada 1925, Rahmah
menyewa rumah bertingkat dua di Pasar Usang untuk dijadikan ruangan kelas
dan asrama Diniyah Putri. Ia mengupayakan sendiri mencari perlengkapan
seperti bangku, meja, dan papan tulis. Sedikitnya 60 orang murid menempati
asrama pada tahun pertama. Selain Diniyah Putri, Rahmah membuka program
pemberantasan buta huruf untuk kalangan ibu-ibu yang lebih tua pada 1926
setelah melihat kebanyakan mereka tak sempat mengenyam pendidikan
formal.Kegiatan itu diikuti oleh 125 orang ibu-ibu pada mulanya, tetapi
terpaksa dihentikan setelah Diniyah Putri binasa oleh gempa bumi sehingga
sekolah itu menuntut perhatian sepenuhnya dari Rahmah.
Diniyah Putri memiliki sedikitnya 200 murid pada 1928. Jumlah itu,
dicatat oleh Deliar Noer, meningkat menjadi 350 pada 1930, dan 400 pada
1935 Mereka berasal dari Minangkabau, Bengkulu, Tapanuli, Deli, Aceh, dan
Selangor.Seorang lulusan Diniyah Putri Aishah Ghani menyebut kehidupan
Diniyah Putri sangat terkungkung dan diawasi secara ketat. "Mereka benar-
benar mempersiapkan murid-murid perempuan menjadi perempuan, dengan
mengajarkan menenun, ilmu kerumahtanggaan, dan membuat murid-murid
mengetahui segala sesuatu dan memiliki rasa tanggung jawab." Seiring
meningkatnya kebutuhan tenaga pengajar, Rahmah membuka Kulliyyatul
Mualimat el Islamiyyah (KMI) pada 1 Februari 1937 sebagai sekolah guru
untuk putri dengan lama pendidikan tiga tahun. Sebelum pendudukan Jepang,
Diniyah Putri telah memiliki 500 murid pada 1941. Saat pendudukan Jepang,
Diniyah Putri di Padang Panjang sempat menjadi tempat perawatan korban
kecelakaan, sedangkan cabang Diniyah Putri di Jakarta ditutup.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyelenggaraan pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan
dengan tujuan yang sangat bagus pula. Dengan mengaplikasikan tokoh yang
berpengaruh di Indonesia tersebut, diharapkan pendidikan yang berlangsung di
seluruh dunia termasuk Indonesia dapatmenjadi lebih baik.
Namun masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, baik
mengenai SDMnya, fasilitasnya, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau
daerah dalam memandang arti penting pendidikan, dan kendala-kendala lain.
Persoalan pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, karenanya tentu
secara bersama-sama pula kita mencari alternative pemecahannya.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, mudah-mudahan dengan adanya
makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi kita semua. Untuk
kesempurnaan makalah ini, kami selaku pemakalah bersedia menerima kritik
dan saran yang membangun untuk menuju yang lebih baik nantinya untuk
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

12
DAFTAR PUSTAKA
Herry, M. (2006). Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20. Jakarta: Gema
Insani Press.
Hasbullah. (2012). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali pers.
Pribadi, S.A.T. (2010). Kiprah K.H. Ahmad Dahlan dalam Modernisasi Pendidikan
Islam di Indonesia. Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Suryadi. (2009). Pendidikan Indonesia Menuju 2025. Sekolah Pascasarjana UPI.

13

Anda mungkin juga menyukai