MAKALAH B Arab Taukid
MAKALAH B Arab Taukid
TAUKID
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala taufik dan hidayah-
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik sebagaimana yang kami harapkan.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw yang
telah memberi petunjuk kepada umat manusia dimuka bumi dan menyempurnakan akhlak dan
budi pekerti yang mulia. Kami juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini kami
banyak menemukan kesulitan tetapi dengan ketekunan dan bantuan dari beberapa referensi
buku dan referensi dari internet sehingga makalah ini dapat tersusun. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran khususnya dari dosen pengampu mata
kuliah Bahasa Arab II yaitu Bapak M. Budi Amin Amri, M.Pd. serta para pembaca yang
sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini. Demikianlah kata pengantar yang dapat
kami berikan daripada makalah ini, semoga makalah yang telah kami susun ini dapat
memberikan manfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
C. Tujuan .............................................................................................................................. 4
BAB II ....................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
BAB III...................................................................................................................................... 8
PENUTUP ................................................................................................................................. 8
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 8
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taukid ialah penyerta/penguat yang dinyatakan dalam bentuk kalimat untuk
menghilangkan apa yang diragukan oleh pendengarnya. Dengan kata lain taukid adalah lafazh
yang menegaskan lafazh sebelumnya dengan maksud menghilangkan ihtimal (pengertian dua
kemungkinan). Jadi, tujuan taukid adalah menghilangkan keraguan atau menghilangkan
pengertian di antara dua kemungkinan dari si pendengar.
B. Rumuasan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan taukid?
2. Ada berapa pembagian taukid?
3. Menyebutkan contoh taukid dalam al-qur’an?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bahasa arab II yang
menerangkan tentang taukid.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus makalah ini antara lain:
a. Untuk dapat mengetahui apa yang di maksud dengan taukid.
b. Untuk dapat mengetahui ada berapa pembagian taukid.
c. Untuk dapat mengetahui taukid dalam al-qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Taukid
Yang dimaksud dengan taukid adalah isim atau kata yang mengikuti untuk kata yang
ُ ْس َم ْق
ص ْودًا َ ام ُع ِم َمالَي
ِ سَّ اَلت َّ ْو ِك ْيدُ تَا ِب ٌع يُ ْذ َك ُر ِفى اْل َكالَ ِم ِلدَ ْفعِ َماقَ ْد َيتَ َو َّه ُمهُ ال
“Taukid ialah penyerta/penguat yang dinyatakan dalam bentuk kalimat untuk
menghilangkan apa yang diragukan oleh pendengarnya.”
B. Pembagian Taukid
Bentuk taukid ada dua macam, yaitu:
1. Taukid maknawi
Yang dimaksud taukid maknawi adalah kata benda yang menguatkan kata benda
sebelumnya dari segi maknanya.[3]
ُ ُع ْين
b. Lafaz ain )( (العينdiri), seperti dalam contoh: ُه َ ٌ ( َجا َء زَ ْيدZaid telah datang sendiri)
c. Lafaz kulu )(ك ّل ُْ ُكلُّ ُه
(semua), seperti dalam contoh: م َجا َء ْالقَ ْو ُم (kaum itu telah datang semuanya)
d. Lafaz kilaa )َ ( ِكال, digunakan untuk 2 orang laki-laki. Seperti dalam contoh: لَ ُه َما
ُ ع ِلي ِك ُ عثْ َم
َ ان َو ُ
فِي ْال َجنَّ ِة (Utsmaan dan Ali, keduanya benar-benar di dalam surga)
e. Lafaz kilta () ِك ْلتَا, digunakan untuk 2 orang perempuan. Seperti dalam contoh: ْ َ َجائ
ت
ِ َ ( ا ِْم َرأَتdua orang perempuaan benar-benar datang)
ان ِك ْلتَا ُه َما
f. Lafaz ajma’u )( (جميعseluruh), seperti dalam contoh: َ( َجا َء ْالقَ ْو ُم ا َ ْج َمعُ ْونkaum itu telah datang
seluruhnya)
g. Lafaz yang mengikuti ajma’u yaitu: akta’u, abta’u, absa’u (maknanya sama dengan ajma’u atau
ajma’in), seperti dalam contoh: َ َجا َء ْالقَ ْو ُم ا َ ْج َمعُ ْونَ ا َ ْكتَعُ ْونَ ا َ ْبتَعُ ْونَ ا َ ْب
َصعُ ْون
Faedah memakai lafadz-lafadz itu ialah untuk menambah maksud taukid saja agar tidak diragukan.
Seperti perkataan:
َرأَيْتُ ْالقَ ْو َم ُكلُّ ُه ْم = Aku telah melihat kaum itu semuanya
ََم َررتُ ِب ْالقَ ِم ا َ ْج َم ِعيْن = Aku telah bersua dengan seluruh kaum itu[4]
2. Taukid lafzhy
Yang dimaksud taukid lafzhy itu ialah:
Atau dengan kata lain taukid lafzhy adalah kata benda yang menguatkan kata benda sebelumnya dengan
kata yang serupa.[6]
Contoh:
Engkau tercela, engkau tercela = ْال َملُ ْو ُم َأ َ ْنتَ ْال َملُ ْو ُم أ َ ْنت
Mari kita perhatikan contoh-contoh diatas. Kalau kita perhatikan dengan seksama, kita akan
َ ( اَلتِ ّ ْمbuaya) sebagai isim, lafazhض َر
melihat atau mendapati kata-kata yang diulang. Yaitu سا َح َ ( َحdatang)
sebagi fi’il, lafazh ( ََلtidak) sebagai huruf , dan lafazh ( أ َ ْنتَ ْال َملُ ْو ُمengkau tercela) sebagai
jumlah/kalimah (kata).
Jika kita teliti sebabnya, maka tidak lain bahwa pembicaraannya bermaksud untuk
menguatkan kata-kata yang diragukan oleh pendengarnya, karena boleh jadi pengertiannya
berlainan dengan maksud pembicaraannya. Oleh sebab itu , setiap kata yang diulang di sini
dinamakan kata taukid.
Taukid dalam contoh seperti itu hanya dapat dilakukan dengan mengulang kembali
kata-kata itu, yang demikian ini dinamakan taukid lafzhy, begitu pula i’rabnya sama seperti
i’rab taukid maknawi, yaitu harus mengikuti lafazh yang terletak sebelumnya.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA