Kelompok 9_Kelas D_Laporan Pratikum Ilmu Ternak Perah
Kelompok 9_Kelas D_Laporan Pratikum Ilmu Ternak Perah
LAPORAN PRAKTIKUM
KELAS DURIAN
Ditulis oleh:
DOSEN PEMBIMBING:
LINDAWATI DOLOKSARIBU, PhD
Penulis
BAB I
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 DAFTAR PRAKTIKUM 1
1.3 TUJUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 PEMERIKSAAN KEADAAN PHYSICS 2
2.2 UJI ALKOHOL 2
2.3 PENETAPAN DERAJAT ASAM (°SH) 3
2.4 PENETAPAN BERAT JENIS (BJ) 4
2.5 PENETAPAN KADAR LEMAK (L) 5
2.6 PENETAPAN KADAR BAHAN KERING (BK) 6
2.7 PENETAPAN KADAR BAHAN KERING TANPA LEMAK (BKTL) 7
BAB III PENUTUP 8
3.1 KESIMPULAN 8
DAFTAR PUSTAKA 9
1.3 TUJUAN
- Untuk mengetahui keadaan Physics dari susu
- Mengetahui tingkat keasaman melalui uji alkohol
- Untuk mengetahui Berat Jenis dari susu
- Untuk mengetahui kadar lemak dari susu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PEMERIKSAAN KEADAAN PHYSICS
A. Uji Warna
Warna air susu dapat terlihat langsung apabila contoh berada di dalam
botol yang berwarna putih bersih atau tabung reaksi. air susu yang bisa terlihat:
● Kebiru-biruan, dimana memberi gambaran apabila susu dicampur air terlalu
banyak atau krimnya diambil.
● Kemerah-merahan memberi gambaran bahwa air susu berasal dari sapi perah
yang menderita radang ambing, menderita penyakit mastitis dan dipengaruhi
pakan seperti pemberian buah naga.
Hasil:
Pada awal, warna air susu yang diuji berwarna broken white / putih
kekuning-kuningan, lalu dengan ditambahkannya air secara bertahap serta
semakin banyak, membuat warna air susu berubah menjadi warna putih kebiru-
biruan.
B. Uji Bau
Bau-bauan seperti bau kotoran sapi, pakan, obat-obatan, dan lain-lain
mudah berpindah ke air susu karena sifat lemak susu yang mudah menyerap bau
dari sekitarnya. Bau tersebut akan lebih mudah tercium pada air susu yang masih
panas dibandingkan dengan air susu yang dingin sebab zat yang terkandung dalam
susu akan menguap. uji bau mula mula dilakukan pada susu segar kemudian susu
setelah dipanaskan sampai menguap di dalam tabung reaksi.
Hasil:
Dari hasil praktikum sebelum dipanaskan air susu berbau tidak menyengat
namun setelah dididihkan bau dari susu tersebut seperti bau susu yang lebih
menyengat.
Kesimpulan:
Susu yang diuji berkualitas baik karena warna air susu yang sehat berkisar
dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna kuning pada air dan lemak
susu disebabkan oleh adanya pigmen yang larut dalam lemak susu.
Sedangkan dari uji bau membuktikan bahwa susu masih dalam kualitas
yang baik karena masih memiliki bau yang tidak menyengat, karena apabila
menyengat maka susu tersebut sudah tidak baik karena sifat lemak dalam susu
yang mudah menyerap bau disekitarnya.
2. Titrasilah salah satu erlenmeyer dengan HaOH 0,25 N yang tersedia dalam
buret hingga mulai terbentuk warna merah muda yang tidak lenyap lagi apabila
dikocok.
3. Kalikan jumlah ml NaOH 0,25 N yang terpakai dengan 2 dan inilah derajat
asam yang ditentukan. Dikalikan 2 karena jumlah air susu yang digunakan
sebanyak 50 ml sedang menurut definisi seharusnya 100 ml.
4. Hasilnya adalah derajat asam dengan….°SH.
Derajat asam susu normal menurut Melk Codex 4½ - 7°SH.
b. Cara hemat
Alat-alat yang dipergunakan:
● Buret dengan skala 0,1 ml
● Pipet
● 2 buah beaker glass / erlenmeyer
Alat-alat yang dipergunakan:
● Larutan NaOH 0,1 N
● Larutan indikator phenolphthalein 2%
Cara Kerja:
1. Ke dalam 2 botol erlenmeyer masing-masing diisikan 10 ml air susu, kemudian
masing-masing ditetesi 2 tetes indikator phenolphthalein.
2. Salah satu erlenmeyer dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna
merah yang tidak lenyap apabila dikocok.
3. Kalikanlah jumlah ml NaOH 0,1 N yang terpakai dengan 4 dan hasil ini
merupakan derajat asam °SH. Karena yang digunakan hanya 10 ml susu 1/10
dari jumlah seharusnya dan kekuatan NaOH N = 0,10/0,25 dari seharusnya
menurut definisi, maka hasilnya harus dikalikan dengan 10 x 0,10/0,25 = 4.
4. Hasil dari cara penetapan 5a dan 5b tidak boleh berbeda lebih dari 0,2°SH.
Hasil:
Pada saat praktikum, penetapan pH didapatkan hasil sebesar 6,4°
Kesimpulan:
Nominal pH yang didapatkan (6,4°) masuk ke dalam nominal SNI yang
disarankan yaitu 6,0 - 7,5°, dan rata-rata pH susu di Indonesia adalah 6,3 - 6,8°
Cara Kerja:
5. Setelah air susu dihomogenkan, air susu dengan hati-hati dituangkan ke dalam
tabung dan dicegah pembentukan buih.
6. Suhu air susu ditetapkan dengan termometer; kemudian laktodensimeter
dibenamkan berhati-hati, biarkan timbul kembali dan ditunggu sampai diam.
Kemudian skala laktodensimeter dibaca/dicatat, pekerjaan ini dilakukan 3 kali
kemudian diambil rata-ratanya. Apabila laktodensimeter menunjukkan garis
pada skala 25 berarti BJ air susu 1,0250. Perlu diingat bahwa laktodensimeter
dengan desimal ke 2 dan 3, selebihnya (desimal ek 4) ditaksir.
7. Suhu air susu harus diantara 20 – 30°C, kemudian disesuaikan dengan BJ pada
27½°𝐶
76 yang artinya perbandingan dengan BJ air susu pada 27½°C terhadap air
27½°𝐶
pada 27½°C pada tekanan 76 cm Hg. Dengan koefisien pemuaian air susu yang
mengakibatkan perubahan BJ nya ± 0,0002 setiap °C.
8. Dengan menggunakan laktodensimeter yang tertera 27½°C dapat dilihat
hasilnya kemudian disesuaikan dengan BJ pada tabel 1, atau dapat dihitung.
Dengan menggunakan laktodensimeter yang tertera 15°C harus dilakukan
perhitungan (jangan menggunakan tabel 1 untuk penyesuaian).
Hasil:
𝑔
Pada saat praktikum, berat jenis yang didapatkan adalah sebesar 1,030 .
𝑚𝑙
Kesimpulan:
𝑔
Berat jenis minimum menurut SNI adalah sebesar 1,0270 , oleh karena
𝑚𝑙
itu maka susu yang diuji memiliki berat jenis yang baik sehingga bisa dikatakan
bahwa susu tersebut baik.
Cara Kerja:
1. Air susu dan asam sulfat sebelum digunakan harus didinginkan terlebih dahulu
sampai suhu ± 15°C (60 – 70°F).
2. Ke dalam botol Babcock diisikan air susu sebanyak 17,6 ml dengan
menggunakan pipet susu 17,6 ml.
3. Dengan menggunakan pipet otomatis Babcock dialirkan perlahan-lahan 17,5
ml asam sulfat (H₂SO₄ pekat dengan BJ 1,813) ke dalam botol Babcock yang
telah diisi susu tadi.
4. Botol Babcock dikocok selama ± 1½ menit, sampai campuran homogen,
terlihatlah warna campuran coklat keungu-unguan karena terbentuknya
karamel.
5. Kemudian di centrifuge dengan centrifuge Babcock selama 5 menit.
6. Botol kemudian diambil dan kedalamnya ditambahkan air panas suhu ± 93,3°C
sampai pada dasar leher botol.
7. Kemudian disentrifuge lagi selama 2 menit, diambil dan ditambahkan lagi air
panas suhu 93,3°C sampai skala teratas botol.
8. Dicentrifuge lagi selama 1 menit, kemudian bacalah % lemak pada skala.
9. Apabila contoh yang akan dikerjakan banyak, maka masukkanlah botol
Babcock ke dalam waterbath dengan suhu 57,2 – 65°C selama 5 menit.
Hasil:
Kadar lemak yang didapatkan pada saat praktikum yaitu sebesar 5%, yaitu
dari batas bawah dan batas atas sebesar 11-16 atau 12-17.
Kesimpulan:
SNI minimum dari kadar lemak adalah 3%, dan pada praktikum
didapatkan kadar lemak sebesar 5%. Jadi dapat dikatakan bahwa susu tersebut
memiliki Kadar lemak yang memenuhi nilai kadar lemak minimum SNI.
Keterangan:
BK: Bahan Kering (%)
L: Kadar Lemak (%)
BJ: Berat Jenis
Kadar bahan kering normal menurut Melk Codex 12,10%
B. Menggunakan rumus Hehner dan Richmond, dengan ketentuan contoh susu
yang diperiksa suhunya harus 15℃.
BK = 𝐵𝐽 𝑥 0,29 + 1,2 𝐿 + 0,4
4
Keterangan:
BK: Bahan Kering
L: Kadar Lemak
BJ: Berat jenis
Hasil:
𝑔
Kadar lemak diketahui sebesar 5% dan berat jenis susu sebesar 1,030 ,
𝑚𝑙
maka: (menggunakan rumus Fleischmann)
BK = (1,23 x 5) + 2,71 100 (1,030−1)
1,030
= 6,15 + 2,71 x 2,91
= 14,04%
Kesimpulan:
Dengan menggunakan rumus Fleischmann, didapatkan hasil bahan kering
sebesar 14,04% melebihi kadar bahan kering normal menurut Melk Codex sebesar
12,10%. Berarti dapat disimpulkan bahwa susu memiliki bahan kering yang
banyak melebihi normal dan dapat diartikan juga susu tersebut mengandung
nutrisi yang juga banyak.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. 2011. “Standar Nasional Indonesia - Susu Segar
Bagian 1: Sapi”. SNI 3141.1: 2011.