Anda di halaman 1dari 10

Konvensi Den Haag II 1907

Oleh :
Helga Yohana Simatupang (13/355781/PSP/4788)
S2 HI UGM (Minsus GHD)
Universitas Gadjah Mada

Konvensi-konvensi Den Haag adalah


sebagian dari pernyataan-pernyataan
formal pertama tentang hukum perang
dan kejahatan perang dalam batang
tubuh Hukum Internasional yang baru
Konvensi-konvensi
tahun
berkembang
pada waktu
itu

1907 ini
merupakan kelanjutan dari
Konferensi
Perdamaian I tahun 1809 di
Den Haag

Perjanjian Final ditandatangani pada tanggal


18 Oktober 1907 dan mulai berlaku pada
tanggal 26 Januari 1910. Perjanjian ini terdiri
dari tiga belas konvensi, yaitu :
I Penyelesaian Damai atas Sengketa Internasional
II Pembatasan Kekerasan Bersenjata dalam Menuntut

Pembayaran Hutang
III Cara Memulai Peperangan

IV Hukum dan Kebiasaan Perang Darat


V Hak dan Kewajiban Negara dan Orang Netral Bilamana

Terjadi Perang Darat


VI Status Kapal Dagang Musuh Pada Saat Permulaan
Perang
VII Konversi Kapal Dagang Menjadi Kapal Perang
VIII Penempatan Ranjau Otomatis di dalam Laut
IX Pemboman oleh Pasukan Angkatan Laut di Waktu

Perang
X Adaptasi Asas-Asas Konvensi Jenewa terhadap Perang
di Laut
XI Pembatasan Tertentu terhadap Penggunaan Hak

Hal-Hal Penting Dalam Konvensi Den Haag 1907


Konvensi III Den Haag 1907 mengenai Cara

Memulai Peperangan
Konvensi Den Haag IV 1907 mengenai Hukum
dan Kebiasaan Perang di Darat
Konvensi V Den Haag 1907 mengenai Negara
dan Orang Netral dalam Perang di Darat
Konvensi XIII Den Haag mengenai Hak dan
Kewajiban Negara Netral dalam Perang di Laut

Konvensi III Den Haag 1907


mengenai Cara Memulai Peperangan
Suatu perang dapat dimulai dengan cara :
Suatu pernyataan perang, disertai dengan
alasannya.
Suatu ultimatum yang disertai dengan pernyataan
perang yang bersyarat. Apabila penerima
ultimatum tidak memberi jawaban yang
tegas/memuaskan pihak yang mengirim ultimatum
dalam waktu yang ditentukan, sehingga pihak
pengirim ultimatum akan berada dalam keadaan
perang dengan penerima ultimatum.

Konvensi Den Haag IV 1907


mengenai Hukum dan Kebiasaan
Perang di Darat
Hal penting yang diatur dalam Konvensi Den

Haag IV 1907 adalah mengenai apa yang


disebut sebagai Klausula si Omnes, yaitu
bahwa konvensi hanya berlaku apabilakedua
belah pihak yang bertikai adalah pihak dalam
konvensi, apabila salah satu pihak bukan
peserta konvensi, maka konvensi tidak berlaku.
Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
Lampiran Konvensi Den Haag IV(Hague
Regulations) mengenai belligerents dan levee
en masse, yang dikategorikan sebagai

Konvensi V Den Haag 1907 mengenai


Negara dan Orang Netral dalam
Perang di Darat
Yang dimaksud dengan negara netral (Neutral

Powers) adalah suatu negara yang menyatakan


akan bersikap netral dalam suatu peperangan yang
sedang berlangsung. Dengan demikian, tidak ada
keharusan negara tersebut untuk membantu salah
satu pihak.
Yang dimaksud dengan orang netral (Neutral
Persons) adalah warga negara dari suatu negara
yang tidak terlibat dalam suatu peperangan. Orang
netral ini tidak boleh mengambil keuntungan dari
statusnya sebagai orang netral, misalnya dengan
menjadi relawan dari suatu angkatan bersenjata
salah satu pihak yang bersengketa

Konvensi XIII Den Haag mengenai


Hak dan Kewajiban Negara Netral
dalam Perang di Laut
Konvensi ini menegaskan bahwa kedaulatan negara

netral tidak hanya berlaku di wilayah teritorialnya


saja, namun juga berlaku bagi wilayah perairan
negara netral.
Para pihak yang bersengketa tidak boleh (dilarang)
melakukan tindakantindakan di perairan negara netral
yang dapat dikategorikan sebagai tindakan yang
dapat melanggar kenetralan di wilayah tersebut.

Konferensi ini secara umum gagal


dan hanya menghasilkan beberapa
keputusan.
Namun, bertemunya negara-negara
besar dalam konferensi ini menjadi
model bagi upaya-upaya kerjasama
internasional yang dilakukan di
kemudian hari di abad ke-20

TERIMA KASIH !

Anda mungkin juga menyukai