Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM TUGAS 7

FRAKSINASI DENGAN
KROMATOGRAFI KOLOM

Disusun Oleh Kelompok 8


Dewi Novarina

201310410311042

Rizki Ilham Pratama

201310410311192

Dewi Sukmalini

201310410311286

Wulan Megasari

201310410311287

Nafiqotut Thoyyibah Kholil


Jihan Nur Chairini

201310410311292
201310410311294

TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan fraksinasi suatu
ekstrak menggunakan kromatografi kolom

DASAR TEORI

1. Tanaman

Kingdom

: Plantae

Subkingdom

: Tracheobionta

Super divisi

: Spermtophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Rosidae

Ordo

: Myrtales

Familia

: Myrtaceae

Genus

Spesies

Nama Daerah

Simplisia

Penggunaan

: Psidium
: Psidium guajava L.
: Jambu biji, Jambu klutuk

: Tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak, asam malat


: Antidiare

Kandungan

Mengandung Tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak, asam malat

(Materia Medica Jilid IV)


Kandungan dari tanaman Psidium guajava L. adalah tanin (guavin A, guavin C, dan
guavin D), minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratagolat, kuerketin, adam
oleanolat, asam guajaverine, polifenol ellagitannin termasuk pedunkuladgin, kasuarinin,
kasuariktin, striktinin, isostriktinin dan vitamin.

Morfologi:
Tanaman jambu biji (Psidium guajava) merupakan tanaman
yang berasal dari Amerika tropis, banyak ditanam sebagai
tanaman buah-buahan yang tumbuh pada ketinggian 1-1.200 m
diatas permukaan laut dan merupakan tanaman perdu atau
pohon kecil, tinggi tanaman umumnya 3-10 m. Kulit batangnya
licin, terkelupas dalam potongan. Ruas tangkai teratas segi
empat tajam. Daun muda berbulu abu-abu, daun bertangkai
pendek dan bulat memanjang. Bunga terletak di ketiak daun.
Tabung kelopak bunga berbentuk lonceng atau bentuk corong,
panjang 0,5 cm;pinggiran tidak rontok, panjang 1cm.
Daun mahkota bulat telur terbalik, panjang 1,5-2 cm, putih
segera rontok. Benang sari pada tonjolan dasar bunga yang
berbulu, putih, pipih & lebar seperti halnya tangkai putik
berwarna seperti mentega. Bakal buah tenggelam beruang 4-5.
Buah buni bundar dan berbentuk pir (Steenis, 2008).

2. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom adalah kromatografi yang
menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan
komponen-komponen dalam suatu campuran. Alat
tersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi dengan
kran dibagian bawah kolom untuk mengendalikan
aliran zat cair, ukuran kolom tergantung dari
banyaknya zat yang akan dipindahkan.
Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya
distribusi komponen-komponen dalam fase diam dan
fase gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik
komponen yang akan dipisahkan.

Identifikasi
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk
memisahkan substansi campuran menjadi komponenkomponennya seluruh bentuk kromatografi bekerja
berdasarkan prinsip ini. Semua kromatografi mempunyai
fase diam berupa padatan, atau kombinasi dan fase gerak
beruapa cairan gas. Fase gerak mengalir melalui fase
diam dan membawa komponen-komponennya yang
terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang
berbeda bergerak pada laju yang berbeda (Harbone,
1987).
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan
sebuah lapis tipis silica atau alumina ynag seragam pada
sebuah lempeng gelas atau logam atau plantik yang
keras. Gel silica atau alumina merupakan fase diam
untuk kromatografi lapis tipis. Fase gerak merupakan

3.

4. Polaritas Eluen

ALAT DAN BAHAN


ALAT
Batang pengaduk
Chamber
Gelas ukur
Kolom kaca
Lampu UV 254 nm dan 365 nm
Lempeng KLT
Penggaris
Pensil 2BPinset
Pipa kapiler
Vial
Pipet
Alumunium foil
Label
Tissue

BAHAN
Ekstrak..
Silica gel
Etanol
n-Heksan:etil asetat (3:2)
n-Heksan:etil asetat (4:1)

PROSEDUR KERJA

PERHITUNGAN
1. Pembuatan eluen (kromatografi kolom)
Pembuatan eluen 1 (fase gerak) n-heksan-etil asetat (4:1) sebanyak
300 ml

n-heksan : 4/5x300 ml=240 ml

etil asetat : 1/5x300 ml = 60 ml

pembuatan eluen 2 (fase gerak) n-heksan-etil asetat (3:2) sebanyak


300 ml

n-heksan : 3/5x300 ml=180 ml

etil asetat : 2/5x300 ml = 120 ml

2. pembuatan eluen (kromatografi lapis tipis)


pembuatan pelarut n-heksan : etil asetat (4:1) sebanyak 10 ml

n-heksan : 4/5x10 ml=8 ml

etil asetat : 1/5x10 ml = 2 ml

pembuatan pelarut n-heksan : etil asetat (3:2) sebanyak 20 ml

n-heksan : 3/5x20 ml=12 ml

etil asetat : 2/5x20 ml = 8 ml

pembuatan pelarut n-heksan : etil asetat (4:1) sebanyak 20 ml

n-heksan : 4/5x20 ml=16 ml

HASIL PRAKTIKUM

Kelompok praktikum kami melanjutkan


kegiatan kelompok sebelumnya dan ini
kolom yang sudah siap di gunakan

Kami melanjutkan dengan menggunak eluen


n-heksan: etil asetat (4:1)

Penampungan sampel di mulai dengan keterangan vial


no 81 karena melanjutkan kelompok sebelumnya Vial
81-96

Di lanjutkan dengan penambahan eluen

n-heksan: etil asetat (3:2)

Penampungan sampel dengan urutan vial no


97-138

Dilakukan penotolan
pada plat KLT untuk
vial no
81,90,100,110,120,130
Dilakukan eluasi
menggunakan eluen
n-heksan: etil asetat
(4:1)

Diamati warna pada UV 365 pada setiap


spot noda jika ada yang bebeda perlu di
lakukan penotolan kembali diantara nya
Dilakukan berulang ulang hingga di dapat
fraksi yang tepat

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan fraksinasi dengan


kromatografi kolom yang mula-mula silica gel dimasukkan
kedalam erlemeyer dan ditambahkan eluen diatas
permukaan silica gel tersebut (silica gel dimasukkan
sedikit demi sedikit ke dalam elemeyer kemudian
ditambahkan eluen secukupnya). Setelah semua silica gel
telah masuk ke dalam kolom kromatografi maka
dilakukan penambahan eluen dengan kran bagian bawah
dibuka selama 10 menit. Menambahkan ekstrak Psidium
guajava pada kolom kromatografi sebanyak 1% dari
sejumlah silica gel. Selama proses pemisahan dengan
kromatografi kolom berlangsung eluen harus tetap
ditambahkan dan dijaga agar selalu berada di atas
permukaan sampel ekstrak, maka, kemungkinan
terperangkap udara dalam kolom menjadi semakin besar.
Silica gel berfungsi sebagai fase diam sedangkan eluen n-

Pada praktikum ini, kelompok kami melakukan


penampungan sebanyak 80 vial dengan kapasitas masingmasing vial 5 ml. Kelompok kami melanjutkan dari
kelompok sebelumnya pada penampungan vial nomor 81-96
setelah itu kami mengganti dengan eluen n-heksanetilasetat (3:2) yang sebelumnya menggunakan n-heksanetilasetat (4:1). Kemudian vial nomor 81, nomor 90, nomor
100, nomor 110, nomor 120, nomor 130, nomor 140, nomor
150, nomor 160. Ditotolkan pada plat KLT setelah
dilarutkan dengan pelarut yang sesuai eluen yang
digunakan pada saat pemisahan dengan kromatografi
kolom. Kemudian dieluasinya dengan cara melihat warna
atau Rf yang sama pada noda.

pada praktikum dilakukan pengujian menggunakan KLT


sebanyak 5 kali yaitu : (1) Vial nomor 81, 90, 100, 110, 120, 130,
140, 150, 160. (2) Vial nomor 86,105, 115, 125, 129, 145, 149. (3)
Vial nomor 89, 103, 113, 123, 143. (4) Vial nomor 102, 112, 122,
142, (5) Vial nomor 101, 111, 121, 141. Kemudian dieluasi
dengan n-heksan-etilasetat (4:1) didapatakan 7 fraksi dengan
menggunakan vial nomor 81-89 (F1), 90-101 (F2), 102-110 (F3),
111-120 (F4), 121-140 (F5), 141-149 (F6), 150-160 (F7).
Tujuh fraksi tersebut ditotolkan pada plat KLT dan
kemudian dieluasi, stetlah itu dilihat dibawah sinar UV 254
dan 365 pada setiap raksi didapatkan 3 noda dimana noda satu
dimiliki ke-7 fraksi dengan harga Rf : 1,5 cm/8 cm = 0,1875 dan
noda dua terdapat pada nomor 4, 5, 6, 7 dengan harga Rf : 1,0
cm/8 cm = 0,125 dan noda nomor tiga dimiliki oleh fraksi nomor
4, 5, 6, 7 dengan harga Rf : 0,5 cm/8 cm = 0,062.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan yang dilakukan
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Fraksinasi adalah pemisahan suatu golongan senyawa dalam
suatu simplisia menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Hasil praktikum fraksinasi secara kromatografi kolom dari
ekstrak tanaman Psidium guajava dengan eluen n-heksan : etil
astetat dengan perbandingan 4:1 dan 3 : 2 didapatkan 7 fraksi.
pada semua fraksi memiliki satu senyawa yang sama dengan
ditunjukkayan adanya warna noda yang sama dan nilai Rf
yang sama
pada fraksi 5, 6, 7 memiliki dua senyawa yang sama dengan
ditunjukkan adanya warna noda yang sama berwarna hijau
keabuan dan nilai Rf yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1998.
Materia Medika Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Day dan Underwood. 1992. Quantitative Analisis. Erlangga.
Jakarta.
Harborne. J. B. 1996. Metode Fitokimia Terbitan Kedua.
Bandung : ITB Bandung, Jawa Barat
Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Raymond G. Reid and Satyajit D. Sarker, 2006. Isolation of
natural Product by Low-Pressure Collum Chromatografi in
Sharker SD., Latif,Z and Gray , Al (ED). Natural Product
Isolation Humana Press.Inc. Totowa New jersey
Stahl, E.1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan
Mikroskopis. Terjemahan kosasih P., Iwang S., Penerbit
ITB ;Bandung.
Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. Malang: Universitas

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai