Anda di halaman 1dari 20

Gender dan

Keluarga
Berencana
MELINDA FETI NITBANI - 1406648230
ORCHIDITA LYSTIA - 1506801933
ROSALIN GLORIA - 1506802091
SIWI HERSHITA DANTI - 1506802242
Latar Belakang

Dasar dari lahirnya program keluarga berencana (KB)


adalah berbagai permasalahan dalam kependudukan,
antara lain :
Besarnya jumlah penduduk
Pertambahan penduduk yang semakin meningkat
Jumlah Kelahiran
Jumlah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke
wilayah lainnya.
Sejarah
KB diresmikan di New Delhi dengan
nama International Planned
Margareth Sanger
Parenthood Federation (IPPF) sebagai
dengan program
pelopor KB modern dan dipimpin
yang dibuat adalah
olen Margareth Sanger dan Lady
BIRTH CONTROL
Rama Ran sbagai perwakilan dari
New Delhi.

1880 - 1883 - 1921 1952


1950 1966

Marie Stopes didirikan National Birth Control


menganjurkan dibuatnya League
peraturan mengenai diadakan konfrensi yang
kehamilan di kalangan pertama kali yang dinamakan
Buruh American National Birth Control
Conferece,
Sejarah KB di
Indonesia
Perkembangan program keluarga berencana di Indonesia
diawali pada tahun 1950an yang menitikberatkan kepada
kontrol akibat banyaknya kematian bayi dan banyaknya
angka kelahiran, program ini dimotori oleh Dr Sulianto
Saroso
pada tahun 1957 di bentuklah Perkumpulan Keluarga
Berencana di Indonesia (PKBI) memperjuangkan
terwujudnya keluarga- keluarga yang sejahtera melalui 3
macam usaha pelayanan yaitu
mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan,
mengobati kemandulan serta
memberi nasihat perkawinan,
(namun masih bertentangan dengan KUHP no. 283 yang
mengatur tentang tindakan melanggar kesusilaan dengan
mempromosikan alat untuk mencegah kehamilan atau
menggugurkan kandungan.)
Sejarah KB di Indonesia

Tahun 1967 PKBI akhirnya diresmikan sebagai Badan Hukum


oleh departemen kehakiman dan ditahun yang sama presiden
Soeharto menandatangani deklarasi kependudukan dunia
yang berisikan kesadaran betapa pentingnya menentukan
dan merencanakan jumlah anak, menjarangkan kelahiran
dalam keluarga sebagai bagian dari hak asasi manusia.
Sebagai dampak dari hal ini, kementrian kesejahteraan
rakyat membentuk panitia Adhoc yang bertugas mempelajari
kemungkinan KB dijadikan program Nasional. Sehingga pada
tanggal 7 september 1968 ditetapkannya Instruksi Presiden
No. 26 tahun 1968 yang berisi:
1. Membimbing, mengkoordir serta mengawasi segala
aspirasi yang ada dalam masyarakat di bidang keluarga
berencana
2. Mengusahakan segala terbentuknya suatu badan atau
lembaga yang dapat menghimpun segala kegiatan
dibidang keluarga berencana, serta terdiri dari unsur
pemerintah dan masyarakat.
Perkumpulan Keluarga
Berencana di Indonesia
(PKBI)
Sejarah KB di Indonesia

Pada tanggal 17 oktober 1968, terbentuk Lembaga Keluarga


Berencana Nasional ( LKBN ) dengan surat keputusan dari
menteri kesejahteraan rakyat no 36/KPTS/Kesra/X/1968 yang
memiliki tugas pokok mewujudkan kesejahteraan sosial,
keluarga dan rakyat dengan melembagakan KB dan mengelola
segala jenis bantuan untuk KB.
proses pengenalan KB kepada masyarakat berlangsung
memuaskan dan tidak menghadapi tantangan yang berarti,
sehingga pemerintah memutuskan mengambil alih menjadi
program pemerintah dan menetapkan program KB nasional
merupakan bagian integral dari program pembangunan nasional
dan masuk dalam program pembangunan lima tahunan. Lalu
presiden menetapkan KB sebagai program nasional melalui
keputusan presiden no . 8 tahun 1970 membentuk Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) dikepalai oleh
dr Suwardjo Suryaningrat dengan wilayah program meliputi
enam provinsi di Jawa Bali yakni : DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali
Sejarah KB di Indonesia
Dikembangkan Periode
Klinik ( Clinical
Approch ), krn tantangan
1696 diawal program ide KB
ditunjuk Prof. Dr Haryono Suyono
- msih kuat dan orientasi
menggantikan Dr Suwardjono
pendekatan masih hanya
1974 sektor kesehatan.
sebagai kepala BKKBN dan mulai
mengenalkan kampanye 2009
lingkaran biru ( LIBI ) untuk
mengenalkan tempat-tempat
pelayanan dengan logo lingkaran
1974 biru KB
diterbitkan UU no. 52
- 1983 - tentang perkembangan
1979 1988
kependudukan dan
pembangunan
pembinaan dan keluarga, BKKBN yang
pendekatan program semula memiliki
yang semula singkatan Badan
1979 - Koordinasi Keluarga
berorientasi pada
1984 Berencana Nasional
kesehatan dipadukan
dengan sektor lainnya, diganti menjadi Badan
dikembangkan strategi Kependudukan dan
yang dikenal dengan operasional yaitu Panca Karya
pendekatan Integratif Keluarga Berencana
dan Catur Bhava Utama yang Nasional
(beyond family bertujuan untuk mempertajam
planning) segmentasi sehingga diharapkan
dapat mempercepat laju
penurunan fertilitas
BKKBN Saat Ini

Dalam masa 5 tahun BKKBN


mendapat capaian seperti yang
tertera pada gambar. Namun
Target program kependudukan
dan KB dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014
tidak tercapai
BKKBN Saat Ini

BKKBN dituntut untuk bekerja


keras dalam meningkatkan
kualitas perencanaan Program
Kependudukan, Keluarga
Berencana, dan Pembangunan
Keluarga(KKBPK) di tahun 2015
guna mewujudkan kualitas hidup
manusia Indonesia yang tinggi,
maju dan sejahtera.menjadi
Masalah utama gender dalam
Program Keluarga Berencana di
Indonesia
Pelaksanaan program KB masa lalu yang lebih
diarahkan untuk mengatasi tingginya angka
kematian ibu sehingga ibu menjadi sasaran
pokok program.

Terbatasnya sarana pelayanan


pria: hanya 4% tempat pelayanan
yang melayani pria

Rendahnya pengetahuan laki-laki tentang KB (39% laki-laki


yang mengetahui vasektomi) dan kesehatan reproduksi
antara lain karena masih sangat terbatasnya informasi
tentang kontrasepsi pria dan kesehatan reproduksi.
Masalah utama gender dalam
Program Keluarga Berencana di
Indonesia
Terbatasnya jenis kontrasepsi pria (hanya
kondom dan vasektomi) menjadikan laki-laki
enggan untuk menjadi peserta KB.

Anggapan masyarakat tentang


KB urusan perempuan

Tingginya dominasi suami dalam


pengambilan keputusan perencanaan jumlah
dan jarak kelahiran anak.

Masih terbatasnya pengetahuan laki-laki dan


perempuan mengenai kesetaraan dan keadilan
gender dalam KB dan kesehatan reproduksi.
CONTOH
KASUS
CONTOH KASUS

indikator keberhasilan KB
ada beberapa nilai
di Papua belum memenuhi Jayapura, Wamena lokal yang memang
standar. TFR (Total Fertility dan Nabire,
Rate) atau angka menghambat
kelahiran total di Papua masyarakat merasa keberhasilan program
mencapai 3,5 atau jauh di KB tak dibutuhkan KB, seperti sistem
atas rata-rata nasional karena ada sejumlah pernikahan di mana
yang hanya 2,6. Begitu menantu takut kepada
pun dengan CPR kondisi adat yang ibu mertuanya yang
(Contraceptive Prevalence berkaitan dengan sudah membayar
Rate) yang hanya 21,8 program ini. Di mahar, sehingga
persen, Unmeet Need muncul tanggung
23,8 persen, dan
antaranya, masih
adanya perang jawab untuk
kehamilan yang tak melahirkan keturunan
diinginkan yang masih antarsuku untuk suku suaminya.
sebesar 11,8 persen.
CONTOH
KASUS
CONTOH KASUS

Untuk itu BPMPKB Kota


Sukabumi berupaya
Menurut Kepala BPMPKB
Kota Sukabumi, Bapak
dan secara rutin
Hal ini akan melakukan silaturahmi,
Suwarsa, Kaum pria yang menambah beban
berpartisipasi dalam pertemuan sekaligus
program KB pada tahun
lebih berat lagi bagi sosialisasi serta
2015 hanya 197 orang kaum perempuan. penyuluhan kepada
atau hanya sekitar 2,04 Perempuan setelah para peserta KB dari
persen. Sedangkan hamil, melahirkan kaum pria termasuk
perempuan mencapai harus mengurus membentuk Kelompok
9.663 orang. seluruh keluarganya, KB pria di setiap
Hal ini terjadi karena bekerja untuk kecamatan.Tujuan dari
sebagian besar pria masih menambah
memiliki anggapan tugas progam ini adalah salah
penghasilan suami satu upaya
untuk menggunakan alat
kontrasepsi tersebut
juga harus meningkatkan dan
merupakan tugas kaum menggunakan KB. mengembangkan peran
perempuan. serta kaum pria dalam
mengikuti program KB,
Pembahasan Kasus

Faktor rendahnya tingkat


penggunaan KB di Papua :
Terbatasnya sarana dan Subordinasi gender
prasarana penunjang sistem pernikahan di mana
terlaksananya program menantu takut kepada ibu
KB mertuanya yang sudah
masyarakat beranggapan membayar mahar, sehingga
bahwa anak harus muncul tanggung jawab
untuk melahirkan keturunan
mewarisis kekayaan alam
untuk suku suaminya
papua dan juga mewarisi
budaya
Terbatasnya
pengetahuan, teknologi,
transportasi dan SDM
terkait KB
Pembahasan Kasus

Double Burden (Beban


Ganda) Subordinasi gender
dimana mereka harus wanita lebih diwajibkan
melahirkan, mengurus menggunakan KB daripada
rumah tangga dan bekerja laki-laki. Wanita selalu
untuk menambah ditempatkan pada posisi
penghasilan keluarga. nomor dua setelah laki-laki
Selain itu kaum dengan tidak diberikan
perempuan juga harus kesempatan untuk memilih
menggunakan KB yang berKB atau tidak
tentunya memiliki efek
terhadap siklus reproduksi
perempuan

Anda mungkin juga menyukai