Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN KASUS

Tension Type Headache

Dokter pembimbing : dr. Zicky, Sp.S

Disusun oleh : Ebbel Tantian Igamu


2010730029
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 45 tahun
Alamat : Jakarta Pusat
Status : Menikah
Agama : Islam
ANAMNESIS
04/04/2014

Keluhan Utama

Nyeri Kepala
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala, terasa
dibagian belakang kepala dan bagian atas kepala, terasa
dikedua sisi hilang timbul sejak 6 tahun yang lalu, awalnya
sakit hanya sekitar 1-2 jam setiap hari dan bisa mencapai 1-4
kali dalam seminggu, akhir-akhir ini ( 1) tahun frekuensi
semakin bertambah hingga sakit terasa seharian dan bisa
hampir sebulan penuh terasa sakit.
Nyeri seperti ditusuk tusuk dan tidak membaik dengan
perubahan posisi atau dengan istirahat.nyeri bertambah
apabila mendengar suara bising. Pasien mengaku apabila
nyeri kepala timbul, kepala tidak berdenyut.nyeri biasanya
timbul pada saat pulang bekerja. Nyeri kepala selalu disertai
dengan kaku di leher dan pundak.
Nyeri tidak disertai dengan mual, muntah, tidak ada
pandangan kabur, kejang ataupun gangguan
keseimbangan.namun, akhir-akhir ini pasien mengeluh
Riwayat hipertensi sejak 6 tahun yang
Riwaya lalu, tekanan darah paling tinggi
t 180/100 mmHg, Pasien tidak rutin
berobat.
Penyak
Riwayat penyakit kencing manis,
it penyakit ginjal, penyakit jantung
Dahulu disangkal, riwayat stroke disangkal.
Tidak ada riwayat trauma kepala
sebelumnya.

Riwaya Terdapat anggota keluarga (suami dan


ibu pasien) yang memiliki riwayat
t hipertensi.
Penyak Riwayat penyakit keluarga seperti
it penyakit kencing manis, penyakit
Keluar jantung ataupun penyakit ginjal
ga disangkal.
RIWAYAT
PSIKOSOSIAL

Pasien adalah seorang guru TK.


Sehari-hari dihadapkan dengan
mengurus 30 murid TK dan 15 orang
murid TPA, Selain itu pasien juga
memiliki 4 orang anak 2 diantaranya
masih dibawah usia 10 tahun.
suami pasien adalah seorang
petugas honorer di kelurahan.
Riwayat merokok dan minum-
minuman beralkohol disangkal.
Riwayat
pengobatan
Selama 6 tahun ini pasien mengaku
sudah 4 kali dirawat dirumah sakit
dengan keluhan yang sama, dan
hampir setiap bulan berobat
kepuskesmas dengan keluhan yang
sama juga. Namun pasien mengaku
nyeri kepala mereda jika minum obat
saja, setelah itu nyeri kepala muncul
kembali. Bahkan semakin hari sakit
semakin bertambah parah.pasien tidak
mengerti apa saja obat yang diberikan
dokter baik di rumah sakit maupun di
puskesmas
sering mengkonsumsi obat-obatan
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : composmantis (E=4, V=5
M =6)
Tanda-tanda Vital :
TD : 170/110 mmHg
Nadi : 84x/menit, reguler.
Pernapasan : 20 x/menit, irama dan
kedalaman normal
Suhu : 36,7 0C
Status Kepala :
Bentuk Normocephal
generalis Warna rambut hitam distribusi rata

Mata :
Sklera Ikterik (-/-)
Konjungtiva anemis
(-/-)
Hidung :
Deviasi septum (-)
Sekret (-)
Darah (-)

Telinga :
Mulut : Normotia
Mukosa Bibir kering Sekret
Sianosis (-) Leher : (-/-)
Lidah tremor (-), Pembesaran Darah
kotor (-) KGB (-) (-/-)
Dada: Normochest
Pulmo:
Inspeksi: Dada simetris (+), Retraksi Dinding Dada (-), Bagian
yang tertinggal saat inspirasi (-)
Palpasi: Vocal fremitus sama kanan dan kiri (+)
Perkusi: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi: Vesikuler (+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung:
Inspeksi: Ictus Cordis Terlihat (-)
Palpasi: Ictus Cordis Teraba di ICS V linea Midclavicula sinistra
Perkusi: batas kanan jantung di ICS V linea parasternal dextra.
Batas kiri jantung di ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi: Bunyi Jantung I dan II Murni (+), Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen
Inspeksi: Perut cembung (-)
Auskultasi: Bising Usus (+) Normal
Palpasi: Abdomen Supel, nyeri tekan epigastrium (-),
Hepatomegali(-), Splenomegali (-), VU kosong
Perkusi: Timpani pada keempat kuadran Abdomen, shifting
dullness (-)
Ekstremitas Atas :

Akral : Hangat / hangat


CRT : <2 detik
Edema : -/-
Ptekie : -/-

Ekstremitas Bawah :

Akral : hangat/ hangat


CRT : <2 detik
Edema : -/-
Ptekie : -/-
STATUS
NEUROLOGIS

Keadaaan umum : Tampak


sakit sedang
Kesadaran : composmantis
Rangsang Meningeal :
Kaku Kuduk : (-)
Lasegue sign : tidak terbatas
Kernig sign : tidak terbatas
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Brudzinski III : (-)
N. I
Saraf Cranial
Hidung Kanan Hidung Kiri
Inspeksi Lendir (-), Lendir (-),
konka (-), polip (-) rhinore konka (-), polip (-)
(-), darah (-) rhinore (-), darah (-)

Palpasi Fraktur os.nasal (-) Fraktur os. Nasal (-)


Daya Pembauan Normosmi Normosmi

N. II
Mata kanan Mata kiri
Visus
Lapang Pandang Normal normal
Refleks Cahaya Normal Normal
Funduskopi
a. Arteri : vena 2:3 2:3
b. Papil Bentuk bulat, batas Bentuk bulat, batas
tegas, warna merah tegas, warna merah
jingga jingga
N. III
Mata kanan Mata kiri

Ptosis (-) (-)


Pupil
Bulat Bulat
a. Bentuk
3 mm 3 mm
b. Diameter
Normal Normal
c. Akomodasi
(+)
d. Reflex Cahaya
(+) (+)
Direk
(+) (+)
Indirek
Gerak bola mata
a. Atas (+) (+)
b. bawah (+) (+)
c. Medial (+) (+)
d. Medial atas (+) (+)
Nervus IV (Trokhlearis) Dextra Sinistra

Gerak mata ke medial bawah + +

Strasbismus konvergen Negatif Negatif

Diplopia - -
Dextra Sinistra
Nervus VI (Abdusen)

Gerak mata ke lateral + +

Strabismus divergen Negatif negatif

Diplopia - -
N. V (Trigeminus

Kanan Kiri

Mengunyah Baik Baik


Menggigit Baik Baik
Membuka mulut Baik Baik

Sensibilitas
Baik
a. Cabang oftalmikus Baik
Baik
b. Cabang maksila Baik
Baik
c. Cabang mandibula Baik

Reflex
a. Kornea (limbus) Baik Baik
b. Bersin Baik Baik
c. Jaw Jerk Baik Baik
N. VII (Fasialis)

Kanan Kiri
Motorik
a. Kerutan dahi (+) simetris (+) simetris
b. Plica Normal, simetris Normal, simetris
nasolabialis (+) (+)
c. Menutup mata (+) (+)
d. Mengangkat alis
Sensorik
a. Daya kecap Normal Normal
lidah 2/3
anterior Tidak dilakukan Tidak dilakukan
b. Sekresi air mata
N. VIII
Vestibulokokhlearis
Kanan Kiri
Pendengaran
a. Test bisik Normal Normal
b. Test Rinne (+) (+)
(tulang mastoid) Tidak terdapat Tidak terdapat
c. Test Weber lateralisasi lateralisasi
(vertex) Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
d. Test Swabach
Keseimbangan
a. Test Romberg Baik Baik
b. Test telunjuk- Baik Baik
hidung Tidak dilakukan Tidak dilakukan
c. Test tumit-lutut
d. Kalori (baca lagi) N. IX glosofaringeus
Tidak ada deviasi ke salah satu sisi
Arkus faring

Reflex muntah (+) / (+)

Daya kecap lidah 1/3 belakang Sulit dilakukan


Nervus X (Vagus) Dextra Sinistra

Arkus farings Tidak deviasi Tidak deviasi

Menelan + +

Uvula di tengah
a. Pasif (+) (+)
b. Gerakan aktif Sulit dilakukan Sulit dilakukan
N. XI (Aksesorius)
Kanan Kiri
Memalingkan Normal Normal
kepala
Mengangkat bahu Normal Normal
Sikap bahu Normal Normal

N. XII
Posisi lidah Tidak ada deviasi
Papil lidah Normal
Atrofi otot lidah (-)
Fasikulasi lidah (-)
MOTORIK
Kekuatan Otot 5 5
Tonus : normotonus(normal)
Atrofi : (-/-) 5 5 FUNGSI
VEGETATIF
SENSORIK Miksi : baik
Nyeri Defekasi :
Ektremitas Atas : kanan normal, kiri baik
normal Keringat :
Ekstremitas Bawah: kanan normal, kiri baik
normal
Fungsi seksual :
Raba
Ektremitas Atas : kanan normal, kiri tidak ditanyakan
normal
Ekstremitas Bawah: kanan normal, kiri
normal FUNGSI LUHUR :
Suhu MMSE : 27,
Ektremitas Atas :kanan normal, kiri kesalahan
normal dipemeriksaan
Ekstremitas Bawah: kanan normal, kiri atensi dan kalkulasi
normal
Kesan : normal
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (++/++)
Reflek trisep : (++/++)
Reflek brachioradialis : (++/++)
Reflek patella : (++/++)
Reflek achilles : (++/++)

REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Schaffer : (-/-)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hematologi
lengkap
Haemoglobin 15.6 12-16 g/dL
Hematokrit 47,1 37-47 %
Eritrosit 5,42 4.2-5.4 10*6/L
Leukosit 9.6 4.8-10.8 10*3/L
Trombosit 291 150-450 10*3/L
MCV 84.0 80-94 fL
MCH 27.8 27-31 pg
MCHC 33.0 33-37 %
RDW-SD 33 10-15 fL
PDW 14,8 9-14 fL
MPV 8.7 8-12 fL
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Differential
LYM % 19.4 26-36 %
MXD % 1.7 0-11 %
NEU % 63.9 40-70 %
EOS % 2,6 1-3 %
BAS % 0,1 <1 %
Absolut
LYM # 1,86 1.00-1.43 10*3/L
MXD # 0,17 0-1.2 10*3/L
NEU # 7,28 1.8-7.6 10*3/L
EOS # 0,24 0,02-0,50 %
BAS# 0,01 0,00-0,10 10*3/L
Kimia klinik
Glukosa rapid 80 < 180 mg/dL
sewaktu
SGPT 34 12-78 U/L
ureum 19,9 10-50 Mg%
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Elektrolit
Na 141 135-148 mEq/L
K 3.87 3.50-5.30 mEq/L
Ca 1.16 1.15-1.29 Mmol/L
URINE
Kimia urin
Warna kuning Kuning
Kejernihan jernih Jernih
Berat jenis 1.005 1.013-1.030
pH 7.0 4.6-8.0
Nitrit negatif Negatif
Protein urin negatif Negatif mg/dL
Pemeriksaan hasil Niali rujukan satuan
KETON Negatif Negatif mg/dL
UROBILINOGEN negatif Negatif UE
BILIRUBIN negatif Negatif mg/dL
ERITROSIT negatif Negatif /L
LEKOSIT negatif Negatif /L
MIKROSKOPIS
LEKOSIT 0-1 1-4 /LPB
ERITROSIT 0-1 0-1 /LPB
EPITEL 3-5
KRISTAL negatif Negatif /LPK
SILINDER Negatif Negatif
LAIN-LAIN negatif Negatif
CT Scan Kepala

Dilakukan ct-scan kepala potongan axial dengan


ketebalan 5mm, tanpa kontras.
Sulcy lobus parietalis kiri melebar, giry dalam batas
normal.
Tidak tampak lesi hiper maupun hipodens
intraserebral,
Ventrikel lateralis kanan/kiri , ventrikel 3,4 normal.
Tidak tampak midline shift, cisterna quadrigemina,
insular normal
Kesan pemeriksaan ct-scan
Saat ini tidak tampak lesi hiper
maupun hipodens intra cerebral.
Susp. Pelebaran sulcy parietalis kiri
Diagnosa Kerja
Tension type headache chronic
Hipertensi grade 2

Diagnosa Banding
Space Occupying Lesiom
Rencana Pemeriksaan Penunjang
MRI Kepala
Penatalaksanaan
Terapi Farmakologis
Ibuprofen 500 mg 2x1
Amitriptyline 1x1
Captopril 3x 25 mg
Amlodipin 1x 10 mg
Prognosis
Qua ad vitam : dubia ad malam ( pasien
sudah lama mengidap hipertensi dan
tidak terkontrol)
Qua ad functionam : dubia ad malam
( pasien sudah mengalami sakit kepala
selama 6 tahun, semakin hari semakin
memberat bahkan sering sampai pingsan.
Walaupun sudah beberapa kali keluar
masuk rumah sakit gejala tidak membaik)
Resume Pasien
Ny.S 45 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala
bagian belakang dan bagian atas kepala dikedua sisi hilang
timbul sejak 6 tahun yang lalu. Nyeri seperti ditusuk tusuk
dan tidak membaik dengan perubahan posisi atau dengan
istirahat.nyeri bertambah apabila mendengar suara bising.
nyeri biasanya timbul pada saat pulang bekerja. Nyeri
kepala selalu disertai dengan kaku di leher dan pundak
awalnya nyeri kepala hanya sekitar 1-2 jam setiap hari
dan bisa mencapai 1-4 kali dalam seminggu, akhir-akhir ini (
1 tahun ) frekuensi semakin bertambah hingga sakit
terasa seharian dan hampir sebulan penuh terasa nyeri
kepalanya
Nyeri tidak disertai dengan mual, muntah, tidak ada
pandangan kabur, kejang ataupun gangguan
keseimbangan.namun, akhir-akhir ini pasien mengeluh
kadang-kadang sampai pingsan apabila terlampau nyeri.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : composmantis (E=4, V=5 M
=6)
Tanda-tanda Vital :
TD : 170/110 mmHg
Nadi : 84x/menit, reguler.
Pernapasan : 20 x/menit, irama dan
kedalaman normal
Suhu : 36,7 0C
Status Generalis
Kepala : Mulut :
Bentuk Normocephal Mukosa Bibir kering
Warna rambut hitam, Sianosis (-)
distribusi rata Lidah tremor (-), kotor (- )
Mata : Leher :
Sklera Ikterik (-/-) Pembesaran KGB (-)
Konjungtiva anemis (-/-) tyroid (N)
Hidung : Telinga :
Deviasi septum (-) Normotia
Sekret (-) Sekret (-/-)
Darah (-) Darah (-/-)
cor/pulmo : dalam batas normal
abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : tidak ada kelainan
Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan rangsang meningeal : tidak ada
kelainan ( kaku kuduk dan brudzinski 1-3,
negatif, lasigue & kernig tidak terbatas)
Pemeriksaan saraf otak : tidak ada kelainan pada
pemeriksaan saraf kranial (N.I-N.XII)
Pemeriksaan motorik : tidak ada kelemahan atau
kelumpuhan di anggota gerak pasien, tidak ada
atrofi dan tonus otot normal.
Pemeriksaan sensorik : tidak ada kelainan di ke
dua ektremitas (atas dan bawah) pada
pemeriksaan nyeri, raba dan suhu.
Fungsi vegetatif : bak dan bab lancar, keringat
normal.
Fungsi luhur : hasil pemeriksaan MMSE
memberikan nilai 27, kesan normal
Refleks fisiologis : tidak ada penurunan
ataupun peningkatan refleks pada pemeriksaan
refleks Reflek bisep, Reflek trisep, Reflek
brachioradialis, Reflek patella, Reflek achilles.
Refles patologis : hasil negatif pada
pemeriksaan refleks Babinski, Chaddock,
Oppenheim, Gordon, Schaffer .
Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan laboratorium terdapat
kelainan hanya pada :
Hematokrit meningkat menjadi 47,1 %
Eritrosit 5,42 10*6/L
RDW-SD 33 Fl
LYM % 19,4 %
URINE (Berat jenis) 1.005
CT-Scan kepala
Kesan :
Saat ini tidak tampak lesi hiper
maupun hipodens intra cerebral.
Susp. Pelebaran sulcy parietalis kiri
Diagnosa Kerja
Tension type headache chronic
Hipertensi grade 2

Diagnosa Banding
Space Occupying Lesion

Rencana Pemeriksaan Penunjang


MRI Kepala
Penatalaksanaan
Terapi Farmakologis
Ibuprofen 500 mg 2x1
Amitriptyline 1x1
Captopril 3x 25 mg
Amlodipin 1x 10 mg
Daftar Masalah
1. Mengapa Pada pasien ini di diagnosa
Tension type headache chronic?
2. Bagaimana mekanisme TTH episodik
menjadi TTH kronik?
3. Bagaimana terapi yang diberikan pada
pasien ini?
4. Jenis-jenis nyeri kepala?
5. Perbedaan nyeri kepala migren, TTH, dan
Cluster?
Mengapa Pada pasien ini di diagnosa
Tension type headache chronic?
Definisi
Tension-type Headache (TTH) adalah
nyeri kepala bilateral yang menekan
(pressing/ squeezing), mengikat, tidak
berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak
diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat
ringan hingga sedang, tidak disertai mual
dan/ atau muntah, serta disertai
fotofobia atau fonofobia.
Headache Classification Subcommittee
of the International Headache Society:
The International Classifi cation of
Headache Disorders, 2nd edn.
Cephalalgia 2004;24(Supp 1):1150.
TTH dibedakan menjadi tiga
subklasifikasi:
1. TTH episodik yang jarang (infrequent
episodic): 1 serangan per bulan atau
kurang dari 12 sakit kepala per tahun.
2. TTH episodik yang sering (frequent
episodic): 1-14 serangan per bulan
atau antara 12 dan 180 hari per tahun.
3. TTH menahun (chronic): lebih dari 15
serangan atau sekurangnya 180
Headache hari
Classifi cation
per tahun. Subcommittee of the
International Headache
Society: The International
Classifi cation of Headache
Disorders, 2nd edn.
Cephalalgia 2004;24(Supp
Epidemiologi di Indonesia :
Sekitar 78% orang dewasa pernah
mengalami TTH setidaknya sekali dalam
hidupnya
Merupakan jenis yang paling banyak
dijumpai
Episodik Tension type Headache 31%,
Chronic Tension type Headache (CTTH)
24%
Berdasarkan hasil penelitian
multisenter berbasis rumah sakit
pada 5 rumah sakit di Indonesia,
didapatkan prevalensi penderita
nyeri kepala (Sjahrir, 2004)
Epidemiologi
Prevalensi TTH di Korea sebesar 16,2%
sampai 30,8%.
Kanada sekitar 36%
Jerman sebanyak 38,3%
Brazil hanya 13%
di Denmark sebesar 14,2 per 1000 orang per
tahun.
Suatu survei populasi di USA menemukan
prevalensi tahunan TTH episodik sebesar
Arruda MA, Guidetti V, Galli F,
38,3% dan TTH kronis Albuquerque
sebesar RC,2,2%
Bigal ME. Primary
headaches in childhood: A population-
based study. Cephalalgia 2010;
TTH dapat menyerang segala usia.
Usia terbanyak adalah 25-30 tahun.
Sekitar 40% penderita TTH memiliki riwayat
keluarga dengan TTH.
25% penderita TTH juga menderita migren.
Prevalensi seumur hidup pada perempuan
mencapai 88%, sedangkan pada laki-laki
hanya 69%.
Meskipun jarang, TTH dapat dialami setelah
berusia 50-65 tahun
Faktor resiko dan pencetus
TTH
Buruknya upaya kesehatan diri sendiri (poor
self-related health), tidak mampu relaks
setelah bekerja, gangguan tidur, tidur
beberapa jam setiap malam, dan usia muda
adalah faktor risiko TTH.
Pencetus TTH antara lain: kelaparan, dehidrasi,
pekerjaan/ beban yang terlalu berat
(overexertion), perubahan pola tidur, caffeine
withdrawal, dan fluktuasi hormonal wanita.
Stres dan konflik emosional adalah pemicu
tersering TTH
PATOFISIOLOGI
Pada individu yang rentan secara genetis,
stres kronis menyebabkan elevasi glutamat
yang persisten. Stimulasi reseptor NMDA
mengaktivasi NFB, yang memicu transkripsi
iNOS dan COX-2, di antara enzim-enzim
lainnya. Tingginya kadar nitric oxide
menyebabkan vasodilatasi struktur
intrakranial, seperti sinus sagitalis superior,
dan kerusakan nitrosative memicu terjadinya
nyeri dari beragam struktur lainnya seperti
dura.
Nyeri kemudian ditransmisikan
melalui serabut-serabut C dan
neuron-neuron nociceptive A
menuju dorsal horn dan nukleus
trigeminal di TCC (trigeminocervical
complex.)
Gejala klinis
Nyeri kepala ini terkadang dideskripsikan sebagai ikatan
kuat di sekitar kepala.
Kualitas nyerinya khas, yaitu: menekan (pressing),
mengikat (tightening), tidak berdenyut (nonpulsating).
Rasa menekan, tidak enak, atau berat dirasakan di kedua
sisi kepala (bilateral), juga di leher, pelipis, dahi.
Leher dapat terasa kaku.
TTH tidak dipengaruhi aktivitas fisik rutin. Dapat disertai
anorexia, tanpa mual dan muntah.
Dapat disertai photophobia (sensasi nyeri/tidak nyaman di
mata saat terpapar cahaya) atau phonophobia (sensasi tak
nyaman karena rangsang suara).
Penderita TTH kronis sangat sensitif terhadap rangsang
Berdasarkan analisis multivariat karakteristik klinis,
kriteria diagnostik TTH yang memiliki nilai sensitivitas
tinggi adalah:
Tidak disertai muntah (99%)
Tidak disertai mual (96%)
Lokasi bilateral (95%)
Tidak disertai fotofobia (94%).
Sedangkan yang memiliki nilai spesifisitas tinggi
adalah :
Intensitas ringan (93%)
Kualitas menekan atau mengikat (86%)
Tidak disertai fonofobia (63%)
Kualitas tidak berdenyut (57%).
Pacheva I, Milanov I, Ivanov I, Stefanov R. Evaluation of
diagnostic and prognostic value of clinical characteristics of
Migraine and Tension type headache included in the
diagnostic criteria
for children and adolescents in International Classifi cation
of Headache Disorderssecond edition. Int J Clin Pract Dec
2012;66(12):116877.
PEMERIKSAAN FISIK
Pada palpasi manual gerakan
memutar kecil dan tekanan kuat
dengan jari ke dua dan ke tiga di
daerah frontal, temporal, masseter,
pterygoid, sternocleidomastoid,
splenius, dan otot-otot trapezius,
dijumpai pericranial muscle
tenderness.
Bagaimana mekanisme TTH
episodik menjadi TTH kronik?
Mekanisme myofascial perifer berperan penting
pada TTH episodik, sedangkan pada TTH kronis
terjadi sensitisasi central nociceptive pathways
dan inadequate endogenous antinociceptive
circuitry. Jadi mekanisme sentral berperan utama
pada TTH kronis. Sensitisasi jalur nyeri (pain
pathways) di sistem saraf pusat karena
perpanjangan rangsang nosiseptif (prolonged
nociceptive stimuli) dari jaringan-jaringan
miofasial perikranial tampaknya bertanggung-
jawab untuk konversi TTH episodik menjadi TTH
kronis.
Penatalaksanaan
Terapi Non-farmakologi
melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu
sedikitnya 20 sampai 30 menit
perubahan posisi tidur
pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi
otot yang lain
Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah :
Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja,
menggunakan komputer, atau saat menonton televisi
Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan
bising Hindari suhu rendah pada saat tidur pada
malam hari
Jenis jenis Nyeri Kepala
Jenis jenis nyeri kepala
TTH MIGRAINE CLUSTER
nyeri kepala bilateral Gejala awal : satu Serangan dimulai
yang menekan atau dua hari timbul mendadak, rasa nyeri
(pressing/ squeezing), migrain, penderita biasanya dibelakang
mengikat, tidak mengalami lemah, atau disekitar salah
berdenyut, tidak menguap berlebih, satu mata dan sangat
dipengaruhi dan tidak gampang berat. Mata dan
diperburuk oleh tersinggung. hidung pada sisi yang
aktivitas fisik, bersifat Aura : hanya pada sama nyeri dirasakan
ringan hingga migrain klasik bisa menjadi
sedang, tidak disertai Sakit kepala : nyeri kemerahan, bengkak
mual dan/ atau berdenyut pada satu dan berair,
muntah, serta disertai sisi kepala, sering kegelisahan dapat
fotofobia atau terasa dibelakang muncul. Nyri biasanya
fonofobia. kepala, peka terhadap pada bagian itu saja,
suara, cahaya, bau- jarang seali
bauan, mual dan berpindah pada sisi
muntah, gejala lainnya.nyeri yang
semakin berat tajam, menusuk dan
dengan aktivitas, seperti terbakar,
tanpa pengobatan orang-orang dengan
biasanya sembh kondisi ini
sendiri dalam 4 mengatakan sakitnya
sampai 72 jam. seperti alat pengorek
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai