Anda di halaman 1dari 86

Gempa bumi

Apakah gempa itu ?


Gempa adalah pergeseran tiba-tiba dari
lapisan tanah di bawah permukaan bumi.
Ketika pergeseran ini terjadi, timbul getaran
yang disebut gelombang seismik.
Gelombang ini menjalar menjauhi fokus
gempa ke segala arah di dalam bumi. Ketika
gelombang ini mencapai permukaan bumi,
getarannya bisa merusak atau tidak
tergantung pada kekuatan sumber dan jarak
fokus, disamping itu juga mutu bangunan
dan mutu tanah dimana bangungan berdiri.
Jalur gempa dunia
Dimanakah gempa terjadi ?

Lapisan litosfir bumi terdiri atas lempeng-


lempeng tektonik yang kaku dan terapung
di atas batuan yang relatif tidak kaku.
Daerah pertemuan dua lempeng atau lebih
kita sebut sebagai plate margin atau batas
lempeng, disebut juga sesar
. Gempa dapat terjadi dimanapun di bumi
ini, tetapi umumnya gempa terjadi di sekitar
batas lempeng dan banyak didapat sesar
aktif disekitar batas lempeng. Titik tertentu
di sepanjang sesar tempat dimulainya
gempa disebut fokus atau hyposenter dan
titik di permukaan bumi yang tepat di
atasnya disebut episenter.
Mengapa terjadi gempa ?
Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfir,
merupakan batuan yang relatif dingin dan
bagian paling atas berada pada kondisi
padat dan kaku.
Di bawah lapisan ini terdapat batuan yang
jauh lebih panas yang disebut
Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga
senantiasa dalam keadaan tidak kaku,
sehingga dapat bergerak sesuai dengan
proses pendistribusian panas yang kita kenal
sebagai aliran konveksi.
Lempeng tektonik yang merupakan bagian
dari litosfir padat dan terapung di atas
mantel ikut bergerak satu sama lainnya.
.Ada tiga kemungkinan pergerakan satu
lempeng tektonik relatif terhadap lempeng
lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling
menjauhi (spreading), saling
mendekati(collision) dan saling geser
(transform).
Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar,
keduanya dapat bergerak saling menjauhi,
saling mendekati atau saling bergeser.
Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat
dan tidak dapat dirasakan oleh manusia
namun terukur sebesar 0-15cm pertahun.
Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet
dan saling mengunci, sehingga terjadi
pengumpulan energi yang berlangsung terus
sampai pada suatu saat batuan pada
lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat
menahan gerakan tersebut sehingga terjadi
pelepasan mendadak yang kita kenal
sebagai gempa bumi.
Kapan gempa terjadi ?

Gempa dapat terjadi kapan saja, tanpa


mengenal musim. Meskipun demikian,
konsentrasi gempa cenderung terjadi di
tempat-tempat tertentu saja, seperti pada
batas Plat Pasifik. Tempat ini dikenal
dengan Lingkaran Api karena banyaknya
gunung berapi.
Siapa yang mempelajari gempa ?

Seismologist adalah ilmuwan yang


mempelajari sesar dan gempa. Mereka
menggunakan peralatan yang disebut
seismograf untuk mencatat gerakan tanah
dan mengukur besarnya suatu gempa.
Seismograf memantau gerakan-gerakan
bumi mencatatnya dalam seismogram..
Gelombang seismik, atau getaran, yang
terjadi selama gempa tergambar sebagai
garis bergelombang pada seismogram.
Seismologist mengukur garis-garis ini dan
menghitung besaran gempa. Seismologist
menggunakan skala Richter untuk
menggambarkan besaran1 gempa, dan skala
Mercalli untuk menunjukkan intensitas
gempa, atau pengaruh gempa terhadap
tanah, gedung dan manusia
Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada
jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami
selama periode waktu. Gempa Bumi diukur
dengan menggunakan alat Seismometer.
moment magnitudo adalah skala yang paling
umum di mana gempa Bumi terjadi untuk
seluruh dunia
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi
permukaan bumi.
Gempa bumi biasa disebabkan oleh
pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Kata gempa bumi juga digunakan untuk
menunjukkan daerah asal terjadinya
kejadian gempa bumi tersebut.
Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak,
dan gempa bumi terjadi apabila tekanan
yang terjadi karena pergerakan itu sudah
terlalu besar untuk dapat ditahan.
Lapisan kulit bumi dengan
ketebalan 100km mempunyai
temperatur relatif jauh lebih rendah
dibanding dengan lapisan
dalamnya (mantel dan inti bumi)
sehingga terjadi aliran konveksi
dimana massa dengan temperatur
tinggi mengalir ke daerah
temperatur rendah atau sebaliknya.
Teori aliran konveksi ini sudah lama
berkembang untuk menerangkan pergeseran
lempeng tektonik yang menjadi penyebab
utama terjadinya gempa bumi tektonik.

Disamping itu kita kenal juga gempa


vulkanik, gempa runtuhan, gempa imbasan
dan gempa buatan.
Gempa vulkanik disebabkan oleh desakan
magma ke permukaan,
gempa runtuhan banyak terjadi di
pegunungan yang runtuh, gempa imbasan
biasanya terjadi di sekitar dam karena
fluktuasi air dam,
sedangkan gempa buatan adalah gempa
yang dibuat oleh manusia seperti ledakan
nuklir atau ledakan untuk mencari bahan
mineral
Skala gempa tektonik jauh lebih besar dibandingkan
dengan jenis gempa lainnya sehingga efeknya lebih
banyak terhadap bangunan.
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng
tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia,
Eurasia dan lempeng Pasific

Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan


bergantung pada beberapa hal; diantaranya adalah
skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber,
jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas
bangunan.
Anatomi gempa bumi

Gempa bumi terjadi setiap hari di bumi,


namun kebanyakan kecil dan tidak
menyebabkan kerusakan apa-apa.
Gempa bumi kecil juga dapat mengiringi
gempa bumi besar, dan dapat terjadi
sesudah, sebelum, atau selepas gempa
bumi besar tersebut.
Intensitas
Gempa bumi diukur dengan menggunakan
alat yang dinamakan Pengukur Richter.
Gempa bumi dibagi ke dalam skala dari
satu hingga sembilan berdasarkan
ukurannya (skala Richter). Gempa bumi
juga dapat diukur dengan menggunakan
ukuran Skala Mercalli.
Tipe gempa bumi
Gempa bumi tektonik

Gempa bumi tektonik disebabkan oleh


perlepasan tenaga yang terjadi karena
pergeseran lempengan plat tektonik seperti
layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan
dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh
tekanan antara batuan dikenal sebagai
kecacatan tektonik.
Gempa bumi gunung berapi
Gempa bumi gunung berapi terjadi berdekatan dengan
gunung berapi dan mempunyai bentuk keretakan
memanjang yang sama dengan gempa bumi tektonik.
Gempa bumi gunung berapi disebabkan oleh pergerakan
magma ke atas dalam gunung berapi, di mana geseran
pada batu-batuan menghasilkan gempa bumi.
Ketika magma bergerak ke permukaan gunung berapi, ia
bergerak dan memecahkan batu-batuan serta
mengakibatkan getaran berkepanjangan yang dapat
bertahan dari beberapa jam hingga beberapa hari.
Gempa bumi gunung berapi terjadi di kawasan yang
berdekatan dengan gunung berapi, seperti Pergunungan
Cascade di barat Laut Pasifik, Jepang, Dataran Tinggi
Islandia, and titik merah gunung berapi seperti Hawaii.
Penyebab terjadinya gempa bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari
pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan
yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak.
Semakin lama tekanan itu kian membesar dan
akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan
tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran
lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan
terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan
lempengan lempengan tersebut.
Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi
di perbatasan lempengan kompresional dan
translasional.
Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar
terjadi karena materi lapisan litosfer yang
terjepit kedalam mengalami transisi fase pada
kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi
karena pergerakan magma di dalam gunung berapi.

Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan


terjadinya letusan gunung berapi.
Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi
karena menumpuknya massa air yang sangat besar di
balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika.
Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi
karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam
bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik
tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain
Arsenal.
Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan
bahan peledak. Hal ini dapat membuat para
ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir
yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang
disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan
juga seismisitas terinduksi
Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai
dampak terhadap bangunan karena percepatan
gelombang seismik, tsunami, longsor, dan
liquefaction.

Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan


lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa
dan Nusatenggara,
Sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan
Maluku utara. Di sekitar lokasi pertemuan
lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul
sampai suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi
sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas
berupa gempa bumi.
Daerah aktif gempa di
Indonesia
Gempa bumi terjadi diawali dengan akumulasi
stress di sekitar batas lempeng, sehingga aktifitas
gempa banyak disini.
Walaupun konsentrasi akumulasi stress akibat
tabrakan lempeng berada di sekitar batas lempeng,
akibatnya bisa sampai jauh sampai beberapa ratus
kilometer dari batas lempeng karena ada
pelimpahan stress di kerak bumi, sehingga ada
daerah aktif gempa di luar daerah pertemuan
lempeng.
Kasus sesar Sumatra umpamanya adalah sesar
yang dibentuk oleh pelimpahan stress tabrakan
lempeng Indo-Australia dengan Eurasia dengan
sudut tabrakan miring terhadap garis batas
(gambar 1). Kemiringan ini menyebabkan
timbulnya sesar Sumatra dimana konsentrasi
akumulasi stress atau pusat-pusat gempa di daerah
ini.
Beberapa sesar aktif yang terkenal di Indonesia
adalah sesar Sumatra, sesar Cimandiri di Jawa
barat, sesar Palu-Koro di Sulawesi, sesar naik
Flores, sesar naik Wetar, dan sesar geser Sorong.
Keaktifan masing-masing sesar ditandai dengan
terjadinya gempa bumi. Gempa dangkal
(kedalaman 0-50km) yang terjadi pada periode
1900-1995 dengan skala Richter 5.5 atau lebih,
membuktikan lokasi-lokasi daerah aktif gempa di
Indonesia.
Faktor kualitas tanah dan bangunan adalah faktor
yang sangat menentukan untuk pengkajian resiko
gempa bumi.
Kualitas tanah di tempat bangunan berdiri
dinyatakan dengan percepatan tanah maksimum
(Peak Ground Acceleration) dari catatan exact
accelerograph sewaktu gempa besar terjadi.

Hal ini sangat jarang terjadi karena periode


gempa besar sangat panjang (50-100 tahun)
dan karena acceleropgraph.belum terpasang.
Sebagian dari gempa tersebut menimbulkan bencana,
bergatung pada beberapa hal;

Skala atau magnitude gempa


Durasi dan kekuatan getaran
Jarak sumber gempa terhadap perkotaan
Kedalaman sumber gempa
Kualitas tanah dan bangunan
Lokasi bangunan terhadap perbukitan dan
pantai
Kerusakan akibat gempa bumi di San Francisco pada
tahun 1906
Sebagian jalan layang yang runtuh akibat gempa
bumi Loma Prieta pada tahun 1989
Pemetaan gempa bumi

Pemetaan gempa bumi bisa dilakukan dengan 2


cara; pertama adalah dengan memetakan
sumbernya atau hyposenter (pusat gempa) dengan
skala dan kedalaman tertentu,

kedua adalah dengan memetakan efeknya atau


informasi makro gempa bumi.
Magnitude gempa dengan magnitude 5 atau
lebih dan kedalaman kecil dari 50km sering
dipakai karena berpotensi untuk merusak
bangunan.

Informasi makro gempa bumi adalah peta


dengan memakai skala Modified Mercalli
Intensity (MMI), yaitu besarnya efek yang
dirasakan oleh pengamat dimana dia berada
tanpa memperhatikan sumbernya.
Aktifitas gempa yang pernah terjadi dari
tahun 1900 sampai 1996 dengan skala
magnitudo diatas 6.0 menunjukkan bahwa
aktifitas gempa tersebut berada di sekitar
tabrakan lempeng tektonik (interplate
earthquake) dan di sekitar sesar

Ciri khas di daerah Indonesia, umumnya


kekuatan gempa yang besar (M>7) berada
di sekitar tabrakan lempeng, sedangkan
gempa di dalam lempeng (intraplate
earthquake) ukurannya relatif kecil.
Namun akibatnya terhadap bangunan mungkin sama,
karena gempa interplate berada di laut sedangkan
gempa intraplate berada di darat yang relatif lebih
dekat dengan perkotaan.
Monitoring gempa susulan
Gempa susulan (aftershock) merupakan proses stabilisasi
medan stress ke keseimbangan yang baru setelah pelepasan
energi atau stress drop yang besar pada gempa utama.
Setiap gempa tektonik dangkal (kira-kira < 100km) selalu
diikuti oleh dislokasi atau patahan. Dislokasi ini
mengganggu keseimbangan medium sekelilingnya,
sehingga dengan sendirinya muncul gempa lainnya yang
merupakan proses keseimbangan baru. Proses ini bisa
berlangsung beberapa jam sampai berminggu-minggu,
tergantung pada besar gempa utama dan sifat batuan.
Frekuensi dan magnitude gempa susulan ini umumnya
menurun secara exponensial terhadap waktu
Extrapolasi kurva frekuensi dan magnitude
terhadap waktu bisa menjadi patokan perkiraan
besarnya gempa susulan, sehingga bahaya dari
gempa susulan ini menjadi sangat serius apabila
gempa utama telah merusak struktur bangunan.
Struktur bangunan yang sudah dirusak oleh gempa
bisa dianggap seperti susunan dinding, batu dan
pilar yang tak mempunyai daya ikat lagi satu sama
lain. Sehingga gempa susulan dengan MMI IV
saja sudah cukup untuk merubuhkan bangunan.
Monitoring Gempa bumi

Jika kita bisa meramalkan gempa bumi,


maka bencana tentunya tidak akan terjadi
dan tidak perlu mengeluarkan dana. Namun
teknik untuk meramal gempa bumi sampai
sekarang belum ada yang bisa
dipertahankan secara ilmiah, sehingga kita
perlu mempersiapkan diri, lingkungan dan
bangunan yang tahan terhadap gempa bumi.
Untuk itu diperlukan peta aktifitas gempa
bumi yang menunjukkan bahwa aktifitas
seismik (gempa) di Indonesia umumnya
tinggi hampir di semua pulau. Setiap pulau
mempunyai tingkat aktifitasnya masing-
masing yang perlu di monitor dengan
merapatkan jaringan seismograp sehingga
informasi aktifitas gempa bumi bisa lebih
teliti.
Gunung Rabaul (Papua Nugini) contohnya
meletus bulan September 1994. Persiapan
evakuasi telah dilaksanakan secara bertahap 10
tahun sebelumnya, sehingga nyawa dan harta
dapat diselamatkan. Hal ini menyangkut efektifitas
informasi yang disampaikan pada masarakat.
Dipihak lain juga menyangkut keberhasilan
monitoring dan penelitian tentang tabiat
pergerakan magma dan peramalannya.
. Korban gempabumi disebabkan oleh
runtuhan bangunan yang digoyang gempa,
sedangkan korban letusan gunungapi
disebabkan oleh aliran lahar, magma, debu
panas, atau kebakaran, dimana manusia
tidak dapat bertahan ditempat kejadian dan
harus mengungsi puluhan kilometer.
Bencana alam terfokus pada korban
manusia beserta miliknya. Peristiwa alam
yang extreem (tsunami setinggi 20m
misalnya) tidak masuk dalam kategori
bencana alam apabila tidak menelan korban.
Karena itu bencana alam bergantung pada
dua faktor yang harus ada; peristiwa alam
dan penduduk.
Prediksi Gempa bumi

Prediksi gempa bumi meliputi


parameter lokasi, waktu dan
skala gempa bumi tersebut.
Ketiga paremeter tersebut harus
ada,
Gejala yang banyak diamati berdasarkan
pada sifat-sifat batuan yang mengalami
stress akibat tekanan yang ditimbulkan dari
pergerakan lempeng tektonik.
Gejala tersebut terlihat pada perubahan
posisi satu titik relatif terhadap titik lainnya
yang diamati dengan menggunakan Global
Positioning System (GPS).
Calon korban gempa bumi tidak perlu mengungsi
asalkan bangunan dan lingkungan mereka tahan
terhadap gempa bumi, karena itu sangat perlu kita
sadari bersama bahwa jatuhnya korban karena
runtuhan bangunan atau kejatuhan peralatan rumah
tangga.

Resiko terhadap gempa bumi jelas ada, namun


gejalanya tak sejelas bencana gunung berapi,
karena itu pengertian dan
pengetahuan masyarakat lebih ditekankan agar
tidak membangun bencananya sendiri di tempat
kediaman
Perubahan posisi tersebut bisa terlihat nyata
setiap tahunnya, namun belum bisa dipakai
untuk prediksi gempa. Gejala lainnya
adalah perubahan muka air tanah, electro
magnetis, seismisitas, kecepatan gelombang
dsb. Semuanya tetap belum bisa dipakai
sebagai tanda yang jelas untuk predisksi
gempa bumi.
Bencana gempa bumi, tsunami atau letusan gunung berapi
adalah suatu bukti dari ketidakmampuan kerak bumi
menampung akumulasi deformasi yang berasal dari proses
berkesinambungan dari pergerakan tektonik lempeng atau

pergerakan magma kepermukaan .

Sehingga deformasi sesaat berupa gempa bumi


atau letusan gunung api tak terhindarkan. Bencana
gunung berapi umumnya dapat ditanggulangi
secara dini, karena gejala letusan bisa diamati,
mulai dari arah letusan, arah aliran magma sampai
pada luas daerah yang akan mengalami bencana
dapat diperkirakan.
Berdasarkan sejarah kekuatan sumber gempa,
aktifitas gempa bumi di Indonesia bisa dibagi dalam
6 daerah aktifitas
Daerah sangat aktif. Magnitude lebih dari 8
mungkin terjadi di daerah ini. Yaitu di
Halmahera, pantai utara Irian.
Daerah aktif. Magnitude 8 mungkin terjadi dan
magnitude 7 sering terjadi. Yaitu di lepas pantai
barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Nusa
Tenggara, Banda.
Daerah lipatan dan retakan. Magnitude kurang
dari 7 mungkin terjadi. Yaitu di pantai barat
Sumatra, kepulauan Suna, Sulawesi tengah.
Daerah lipatan dengan atau tanpa retakan. Magnitude
kurang dari tujuh bisa terjadi. Yaitu di Sumatra, Jawa
bagian utara, Kalimatan bagian timur.
Daerah gempa kecil. Magnitude kurang dari 5 jarang
terjadi. Yaitu di daerah pantai timur Sumatra, Kalimantan
tengah.
Daerah stabil, tak ada catatan sejarah gempa. Yaitu daerah
pantai selatan Irian, Kalimantan bagian barat.
Periodisitas gempa bumi

Periode ulang gempa bumi


maksudnya adalah bahwa
gempa bumi dengan skala
tertentu (misalnya M=8) akan
terulang kembali di daerah yang
sama pada kurun waktu tertentu
Perhitungan periode ulang ini memerlukan
data paling tidak satu periode, lebih panjang
lebih baik. Namun catatan gempa bumi
dengan peralatan, baru dimulai pada awal
abad 20. Karena itu untuk memperanjang
periode pengamatan, dibantu dengan catatan
intensitas gempa yang sudah dimulai sejak
awal abad masehi. Selain itu penelitian
paleoseismic juga bisa membantu
memperpanjang periode pengamatan.
Gempa yang sama kekuatannya dengan gempa
pada 4 Juni 2000 di Bengkulu pernah terjadi dua
kali pada 1833, 1914. Sehingga banyak yang
setuju dengan teori peramalan (forcasting) gempa
dengan metode perioda ulang berkisar 80 tahun.
Disamping itu terdapat juga gempa yang
ukurannya lebih kecil dengan periode ulang lebih
pendek.
Perhitungan matematis periode ulang
gempa bumi di Sumatra oleh peneliti BMG
(Rasyidi Sulaiman dan Robert Pasaribu,
2000) menunjukkan bahwa periode ulang di
Sumatra Selatan berkisar antara 8-34 tahun
dengan nilai tengah 21 tahun. Gempa pada
tahun 1979 di Bengkulu yang cukup besar
dengan M=5.8, MMI=VIII, sedangkan
gempa berikutnya adalah Juni 2000
(1979+21tahun).
Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya
bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi
secara tiba-tiba yang ditandai dengan
patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.
Akumulasi energi penyebab terjadinya
gempabumi dihasilkan dari pergerakan
lempeng-lempeng tektonik. Energi yang
dihasilkan dipancarkan kesegala arah
berupa gelombang gempabumi sehingga
efeknya dapat dirasakan sampai ke
permukaan bumi.
Parameter Gempabumi
Waktu terjadinya gempabumi (Origin Time
- OT)
Lokasi pusat gempabumi (Episenter)
Kedalaman pusat gempabumi (Depth)
Kekuatan Gempabumi (Magnitudo)
Karakteristik Gempabumi
Berlangsung dalam waktu yang sangat
singkat
Lokasi kejadian tertentu
Akibatnya dapat menimbulkan bencana
Berpotensi terulang lagi
Belum dapat diprediksi
Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang
ditimbulkan dapat dikurangi
Mengingat terdapat selang waktu antara
terjadinya gempabumi dengan tsunami
maka selang waktu tersebut dapat
digunakan untuk memberikan peringatan
dini kepada masyarakat sebagai salah satu
upaya mitigasi bencana tsunami dengan
membangun Sistem Peringatan Dini
Tsunami Indonesia (Indonesia Tsunami
Early Warning System / Ina-TEWS).
Akibat Gempabumi
Getaran atau guncangan tanah (ground
shaking)
Likuifaksi ( liquifaction)
Longsoran Tanah
Tsunami
Bahaya Sekunder (arus pendek,gas bocor
yang menyebabkan kebakaran, dll)
Dampak gempabumi thd. alam
Dampat gempa bumi thd.
Struktur bangunan
Faktor-faktor yang Mengakibatkan
Kerusakan Akibat Gempabumi
Kekuatan gempabumi
Kedalaman gempabumi
Jarak hiposentrum gempabumi
Lama getaran gempabumi
Kondisi tanah setempat
Kondisi bangunan
Dampak Liquifaksi Terhadap
Bangunan
Dampak Sekunder Gempabumi Berupa
Kebakaran
KOSA KATA GEMPA BUMI
1 Magnitudo banyaknya energi yang dilepas pada
suatu gempa yang tergambar dalam besarnya gelombang
seismik di episenter. Besarnya gelombang ini tercermin
dalam besarnya garis bergelombang pada seismogram.
2 Episenter titik di permukaan bumi tepat di atas
fokus atau sumber gempa, dinyatakan dalam lintang dan
bujut, Hyposenter=parameter sumber gempa bumi yang
dinyatakan dalam waktu terjadinya gempa, lintang, bujur
dan kedalaman sumber)
3 Fokus sumber gempa di dalam bumi, tempat batuan
pertama patah.
4 Gelombang seismik getaran gempa yang menjalar
di dalam dan dipermukaan bumi dengan cara longitudinal
dan transfersal.
5 Intensitas besarnya goncangan dan jenis kerusakan
ditempat pengamatan akibat gempa. Intensitas tergantung
dari jarak tempat tersebut dari hyposenter.
6. Kerak bumi lapisan atas bumi yang terdiri dari
batuan padat. Baik tanah di daratan maupun di dasar laut
termasuk kerak bumi.
7. Litosfir lapisan paling atas bumi yang hampir
seluruhnya terdiri dari batuan padat. Lapisan ini termasuk
kerak bumi dan (sebagian) mantel atas
8 Mantel Lapisan di bawah kerak bumi yang tediri
dari mantel atas dan mantel bawah.
9 Lempeng Tektonik - bagian dari litosfir bumi yang
padat atau rigid. Lempeng-lempeng tektonik ini senantiasa
bergerak dengan lambat, terapung diatas mantel.
10. Seismograf peralatan yang menggambarkan
gelombang gempa yang datang di stasiun
pengamat.
11 Seismogram catatan tertulis dari getaran
bumi yang dihasilkan oleh seismograf.
12 Seismologist ilmuwan yang mempelajari
gempa
13 Skala Mercalli suatu ukuran subyektif
kekuatan gempa dikaitkan dengan intensitas-nya
14 Skala Richter suatu ukuran obyektif
kekuatan gempa dikaitan dengan magnitudo-nya
15 Sesar patahan atau pemisahan batuan,
umumnya di antara dua atau lebih plat tektonik

Anda mungkin juga menyukai