Anda di halaman 1dari 21

Havid Apriliano Pramana Putra (15308141036)

Nadhila Dwi Sri Budi Asih (15308141045)


Shianita (15308141046)
Yuliana Dwi Handayani (15308141055)
Ein Dwi Sari Maharrani (15308144004)
Kelas Biologi E

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
Mahasiswa terampil dalam membuat kompos
padat dari sampah organik dengan metode
lubang biopori
Mahasiswa mampu memahami proses tahapan
pengomposan melalui teknologi biopori
Mahasiswa mampu menganalisis kelebihan dan
kekurangan kompos melalui teknologi biopori
Biopori adalah metode resapan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Biopori dapat
terbentuk secara alami (aktivitas cacing, aktivitas akar tanaman) dan secara buatan (membuat lubang pada
tanah).
Menurut Brata (2008) biopori merupakan ruang atau pori dalam tanah yang dibentuk oleh makhluk hidup,
seperti mikroorganisme tanah dan akar tanaman. Bentuk biopori menyerupai liang (terowongan kecil) di
dalam tanah dan bercabang cabang dan sangat efektif untuk menyalurkan air dan udara ke dalam tanah.
Liang pori terbentuk oleh adanya pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman, serta aktivitas fauna
tanah seperti cacing tanah, rayap dan semut di dalam tanah.
Lubang biopori selain sebagai lubang untuk peresapan air hujan juga sebagai lubang untuk pengomposan.
Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya
dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik merupakan sumber makanan yang
dibutuhkan oleh beraneka ragam biota tanah. Lubang biopori dapat mempermudah pemanfaatan sampah
organik, dengan memasukkannya ke dalam tanah untuk menghidupi biota dalam tanah. Fauna tanah dapat
memproses sampah tersebut dengan mengunyah (memperkecil ukuran) dan mencampurkan dengan
mikroba tanah yang secara sinergi dapat mempercepat proses pengomposan secara alami (Ananda Wulida,
2016).
Umumnya lubang biopori memiliki diameter 10 30 cm, dan panjang 30 100 cm, dan diisi dengan
bahan-bahan organik (seresah, sisa sayuran, dll). Bahan organik ini akan digunakan oleh organisme tanah
untuk melakukan aktivitasnya.
Tim Biopori IPB (2009) menjelaskan keunggulan dan manfaat biopori
sebagai berikut :

a) Meningkatkan daya resapan air


Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang
resapan air, setidaknya sebesar luas kolom atau dinding lubang. Sebagai contoh
bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas bidang
resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm 2 atau hampir 1/3 m 2. Dengan kata
lain suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater 10 cm, yang
semula mempunyai bidang resapan 78,5 cm 2 setelah dibuat lubang resapan
biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3218 cm 2.
Lubang resapan biopori diaktifkan dengan memberikan sampah organik
kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi
organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi.
Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos. Dengan
melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi
sebagai bidang peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik"
pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman.
c) Memanfaatkan Peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman
Lubang Resapan Biopori (LRB) diaktikan oleh organisme tanah, khususnya
fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang selanjutnya akan
menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah yang akan dijadikan
"saluran" air untuk meresap ke dalam tubuh tanah. Dengan memanfaatkan
aktivitas mereka maka rongga-rongga atau liang-liang tersebut akan senantiasa
terpelihara dan terjaga keberadaannya sehingga kemampuan peresapannya
akan tetap terjaga tanpa campur tangan langsung dari manusia untuk
pemeliharaannya. Hal ini tentunya akan sangat menghemat tenaga dan biaya.
Kewajiban faktor manusia dalam hal ini adalah memberikan pakan kepada
mereka berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang
dimasukkan ke dalam lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah,
tidak cepat diemisikan ke atmosfer sebagai gas rumah kaca, berarti mengurangi
pemanasan global dan memelihara biodiversitas dalam tanah.
BIOPORI DENGAN EM4

merangsang
perkembangan
Menguntungkan
mikroorganisme
tanaman,
memperbaiki
sifat fisik,kimia,
menyebabkan dan biologi
pembusukan tanah
bahan organik
ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
Bor biopori Sampah organik
Sekop sayuran (kacang
panjang dan pare)
Soil tester
EM4
Termistor
Pisau
Gelas beker
CARA KERJA
Mencari lokasi untuk membuat lubang biopori

Meletakkan mata bor biopori tegak lurus dengan tanah yang akan dilubangi

Alat bor dimasukkan dan setelah penuh dengan tanah (kurang lebih 10 cm kedalaman tanah) diangkat, untuk
dikeluarkan tanahnya dengan diameter tanah, lalu kembali lagi memperdalam lubang tersebut sampai dengan 20 cm

Memotong sayuran (kacang panjang dan pare) hingga halus

Mengambil EM4 sebanyak 2 liter

Dalam memasukkan sampah organik, dimasukkan secara selang-seling (kacang panjang-pare-kacang panjang-pare),
dan diantara kedua jenis sayuran tersebut diberi EM4 sebanyak 500 ml

Menutup lubang dengan plastik yang telah dilubangi

Melakukan pengamatan 3 hari sekali selama 3 minggu. Yang diamati adalah perubahan kompos meliputi perubahan fisik
(warna, tekstur, bau) kemudian suhu, pH, dan kelembabannya
HASIL PENGAMATAN Sayur yang digunakan Pare dan Kacang
Tabel 1. Data Hasil Praktikum Kelompok 1
Panjang dengan pemberian EM4 berlapis
Pengamatan SUHU pH KELEMBABAN TEKSTUR WARNA BAU Ketingggian Tingkat
Hari ke (0C) (%) Pembusukan
0 280C 7 100% Berupa irisan Hijau Bau sayuran Kurang lebih 28 Mentah
sayuran (pare dan dan EM4 cm
kacang panjang)
3 280C 7 96% Masih terlihat irisan Hijau Bau humus Berkurang Mentah
sayuran
6 280C 6,8 89% Gembur, tidak Cokelat (mirip Bau humus Berkurang Setengah
terdapat irisan dengan warna mateng
sayuran tanah)
9 300C 6,6 84% Gembur Cokelat (mirip Bau humus Berkurang Mateng
dengan warna
tanah)
12 310C 6,5 79% Gembur Sama dengan Bau humus Berkurang Mateng
warna tanah
15 310C 6,2 77% Gembur Sama dengan Bau humus Hampir rata Mateng
warna tanah dengan tanah

18 330C 5,5 70% Gembur Sama dengan Bau humus Hampir rata Mateng
warna tanah dengan tanah
21 330C 5,5 70% Gembur Sama dengan Bau humus Hampir rata Mateng
warna tanah dengan tanah
Sayur yang digunakan
Tabel 2. Data Hasil Praktikum Kelompok 2
Pengamatan SUHU pH KELEMBABAN TEKSTUR WARNA BAU Ketingggian Tingkat
Hari ke (0C) (%) Pembusukan

0 280C 6,6 95% Berupa irisan Hijau Bau sayuran 28 Mentah


kangkung dan dan EM4
kubis
3 280C 6,8 100% Sayuran mulai Hijau Bau humus 20 Mentah
membusuk

6 300C 6,8 100% Gembur, sudah Coklat Bau humus 20 Setengah


tidak berbentuk Kehitaman mateng
sayur
9 300C 6,6 100% Gembur Sama warna Bau humus 15 Mateng
tanah

12 310C 6,4 100% Gembur Sama warna Bau humus 15 Mateng


tanah
15 280C 6,8 90% Gembur Sama warna Bau humus 15 Mateng
tanah
18 280C 7 80% Gembur Sama warna Bau humus 15 Mateng
tanah
21 280C 7 75% Gembur Sama warna Bau humus 15 Mateng
tanah
Bobot akhir = 1647 gram
Sayur yang digunakan .. dengan
Tabel 3. Data Hasil Praktikum Kelompok 3
pemberian EM4 berlapis
Pengamatan SUHU pH KELEMBABAN TEKSTUR WARNA BAU Ketingggian Tingkat
Hari ke (0C) (%) Pembusukan

0 290C 6 100% Berupa irisan Hijau Bau sayuran 28 Mentah


kangkung dan dan EM4
kubis
3 310C 7 100% Sayuran mulai Hijau Bau humus Belum Mentah
membusuk kecoklatan berkurang

6 290C 6,6 100% Gembur, sudah Coklat Bau humus Berkurang Setengah
tidak berbentuk Kehitaman mateng
sayur
9 290C 6,8 100% Gembur Coklat Bau humus Berkurang Mateng
Kehitaman

12 270C 6,3 100% Gembur Hitam Bau humus Berkurang Mateng

15 290C 6,7 100% Gembur Hitam Bau humus Rata dengan Mateng
tanah
18 310C 6,6 100% Gembur Hitam Bau humus Rata dengan Mateng
tanah
21 290C 6,7 100% Gembur Hitam Bau humus Rata dengan Mateng
tanah
Bobot akhir = 630 gram
Sayur yang digunakan Kubis dan Bayam
Tabel 4. Data Hasil Praktikum Kelompok 4 tanah dengan pemberian EM4 selapis
Pengamatan SUHU pH KELEMBABAN TEKSTUR WARNA BAU Ketingggian Tingkat
Hari ke (0C) (%) Pembusukan
0 280C 4,5 100% Berupa irisan Hijau Bau sayuran Kurang lebih Mentah
kangkung dan kubis, 25 cm
kubis bayam dan
EM4
3 300C 6,8 100% Sayuran mulai Hijau Bau sayuran Kedalaman Mentah
membusuk kubis, berkurang
bayam dan
EM4
6 280C 6,8 100% Gembur, sudah Kecoklatan Bau humus Kedalaman Setengah
tidak berbentuk berkurang mateng
sayur
9 240C 6,8 100% Gembur Coklat gelap Bau humus Rata dengan Mateng
tanah
12 240C 6,6 100% Gembur Hitam (Sama Bau humus Rata dengan Mateng
warna tanah) tanah
15 240C 6,8 100% Gembur Hitam Bau humus Rata dengan Mateng
tanah
18 230C 6,6 100% Gembur Hitam Bau humus Rata dengan Mateng
tanah
21 230C 6,6 100% Gembur Hitam Bau humus Rata dengan Mateng
tanah
Bobot akhir = 701 gram
Sayur yang digunakan Kubis dan Bayam
Tabel 5. Data Hasil Praktikum Kelompok 5 tanah dengan pemberian EM4 berlapis

Pengamatan SUHU pH KELEMBABAN TEKSTUR WARNA BAU Ketingggian Tingkat


Hari ke (0C) (%) Pembusukan

0 280C 5,8 98% Berupa irisan sayur Hijau Bau sayuran 28 Mentah
bayam dan kubis dan EM4

3 280C 6,6 85% Sayuran mulai Hijau Bau humus 28 Mentah


membusuk

6 310C 6,8 80% Membentuk lendir Hijau Bau humus 20 Setengah


dan lengket Kehitaman mateng

9 250C 6,4 78% Gembur warna tanah Bau humus 20 Mateng

12 300C 6,8 70% Gembur warna tanah Bau humus 15 Mateng

15 280C 6,5 100% Gembur warna tanah Bau humus 15 Mateng

18 280C 6,8 100% Gembur warna tanah Bau humus 15 Mateng

21 280C 7 100% Gembur warna tanah Bau humus 15 Mateng

Bobot akhir = 1300 gram


Grafik Suhu, pH, dan Kelembaban Selama Hari Pengamatan

120
96 100
100 89
84
77 79
80 70 70
Suhu
60
pH
40 30 31 31 33 33 Kelembaban (%)
28 28 28
20
7 7 6.8 6.6 6.5 6.2 5.5 5.5
0
0 3 6 9 12 15 18 21
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
LAMPIRAN

pH awal pH akhir pH akhir

Anda mungkin juga menyukai