PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tes Widal:
• S. Typhi “O”: 1/320
• S. Typhi “H”: 1/320
• Trombosit : 156.000
DIAGNOSIS
• Demam Tifoid
PENATALAKSANAAN
Masalah non-medis.
• Di dapatkan satu masalah yaitu lingkungan rumah pasien kurang higienis
yang disebabkan oleh terdapatnya 3 buah kandang ayam berukuran kecil
yang terletak di depan rumah pasien, yang mengakibatkan bau tidak
sedap dan kotoran ayam yang berserakan dimana-mana, serta ventilasi
yang kurang menyebabkan tidak adanya pertukaran udara yang cukup.
Higiene yang kurang merupakan salah satu faktor resik terkena penyakit
demam tifoid, selain itu rumah pasien yang terletak di lingkungan yang
padat penduduk juga menambah resik penularan penyakit.
• Selain dari segi faktor lingkungan, hal yang meningkatkan resiko pasien
terkena demam tifoid ialah kebiasaan pasien untuk menyantap jajanan
yang belum teruji higienitasnya.
An. A masuk puskesmas dengan keluhan demam yang dialami sejak 4
hari yang lalu. Demam meninggi pada malam hari yang disertai dengan
sakit kepala, sakit perut, batuk, lidah kotor, bibir pecah-pecah serta
nafsu makan menurun. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bibir pecah-
pecah dan lidah kotor. Ada riwayat jajan di luar beberapa hari
sebelumnya. Setelah dilakukan Tes Widal, An, A didiagnosis menderita
demam tifoid dan diberikan pengobatan berupa parasetamol,
ambroxol, dan kloramfenikol. Saat ini pasien tengah menjalani rawat
inap selama 2 hari di ruang perawatan anak di PKM Jongaya dalam
keadaan yang sudah membaik.
Dari hasil kunjungan rumah dapat kita simpulkan bahwa lingkungan
rumah kurang hieginis yang diakibatkan oleh kurangnya ventilasi dan
letak kandang ayam terletak di dalam lingkungan tempat tinggal
pasien. Serta jarak antar rumah yang sangat berdekatan menimbulkan
mudahnya penyebaran penyakit yang bersifat menular.
Pengobatan non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien
antara lain :
• Istirahat cukup.
• Perbanyak minum untuk menghindari terjadinya kekurangan cairan
• Makan makanan yang lunak yang cukup energi,protein dan mineral dan
rendah serat, untuk menghindari terjadinya iritasi pada saluran pencernaan.
Setelah kondisinya sudah semakin membaik, dapat diberikan makanan
padat.
• Dilakukan edukasi kepada anak agar lebih memperhatikan kebersihan dari
makanan yang ia konsumsi
• Dilakukan edukasi kepada anak dan keluarga mengenai pentingnya Pola
Hidup Bersih dan Sehat dan bagaimana cara penerapannya, diantaranya:
• Menyuci tangan 7 langkah dengan air yang mengalir dan memakai sabun
setiap sebelum dan sesudah makan, setelah dari kamar mandi/WC,
sebelum mengolah makanan, setelah bersin dan lain-lain.
• Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
• Mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah dan tidak jajan di sembarang
tempat.
• Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang untuk menjaga daya
tahan tubuh.
• Membuang sampah pada tempatnya.
• Menjaga kebersihan makanan sebelum dan setelah diolah serta kebersihan
peralatan makan.
• Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
Defenisi Demam Tifoid
• Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever.
Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran.
Infectious Agent
Gejala Klinis
• a. Faktor Host
• b. Faktor Agent
• c. Faktor Environment
DIAGNOSIS
• Diagnosis klinik
• Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman
• Diagnosis serologik
TIRAH BARING
•Anak baring terus di tempat tidur dan letak baring harus sering diubah.
•Lamanya istirahat baring berlangsung sampai 5 hari bebas demam, dilanjutkan
dengan mobilisasi secara bertahap sebagai berikut :
•Hari 1 : duduk 2 x15 menit
•Hari 2 : duduk 2 x 30 menit
•Hari 3 : Jalan dan pulang
•Seandainya selama imobilisasi bertahap ada kecenderungan suhu meningkat, maka
istirahat mutlak diulangi kembali.
TERAPI DIET
• 1.Kloramfenikol
• 2.Seftriakson
• 3.Ampisilin
• 4.Kotrimoksasol
• 5.Sefotaksim
ANTIPIRETIK
NON INFEKSI
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN : ANAMNESIS
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman – teman) saya untuk
1. Adaptasi 1
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya.
Saya puas dengan cara keluarga (teman teman) saya membicarakan sesuatu
2. Hubungan 2
dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya.
Saya puas bahwa keluarga (teman teman) saya menerima dan mendukung
3. Pertumbuhan 2
keinginan saya untuk melakukan aktivitas atau arah baru.
Saya puas dengan cara keluarga (teman teman) saya mengekspresikan afek dan
4. Afeksi 2
berespons terhadap emosi emosi saya, seperti marah, sedih, atau mencintai./
Saya puas dengan cara teman teman saya dan saya menyediakan waktu bersama
5. Pemecahan 2
sama.
Total 9
SKOR SCREEM
2. Budaya Keluarga ini memiliki sopan santun yang baik dan tata krama yang sopan
3. Agama Keluarga ini merupakan keluarga yang taat beribadah dan membagi ilmu dengan mengajarkan Al-Qur’an
Status pendidikan Tn. H dan istrinya tergolong baik begitu pula dengan kedua anaknya yang merupakan
5. Pendidikan
sarjana dan telah memiliki pekerjaan tetap
Keluarga ini mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Jika keluarga ada yang sakit, mereka
6. Kesehatan
segera berobat ke puskesmas.
Pasien datang ke Puskesmas Jongaya dengan keluhan utama luka pada
kaki yang dialami sejak 6 bulan yang lalu. Luka muncul setelah
melakukan terapi sinar pada badan. Tidak ada keluhan lain. BAB normal,
BAK lancar.
Pasien merupakan penderita DM sejak 10 tahun yang lalu. Pasien
melakukan pemeriksaan GDS secara teratur dikarenakan pasien
mengetahui bahwa ayahnya menderita DM. Selama ini pasien melakukan
pengobatan terkontrol menggunakan suntik insulin. Setelah 10 tahun
menderita DM, ini kali pertama pasien datang dengan keluhan luka di
kaki. Pasien melakukan perawatan luka sendiri di rumah dengan
menggunakan NaCl 0,9%, kasa dan antibiotik gentamisin.
Kami memberikan edukasi berupa 4 pilar pengendalian Diabetes Melitus
yang terdiri dari edukasi, pengaturan makan, olahraga, dan kepatuhan
pengobatan. Dengan tujuan agar penyandang Diabetes Melitus dapat
hidup lebih lama, karena kualitas hidup membaik.
Defenisi DM
Infectious Agent
Gejala Klinis
• Poliuria
• Poliphagia
• Polidipsia
• Penurunan berat badan
FAKTOR RESIKO
DIAGNOSIS
• Diagnosis klinik
• Pemeriksaan Laboratorium
PERENCANAAN MAKANAN
LATIHAN JASMANI
pasien yang dulunya kurang terkontrol,, selain makan yang kurang baik. Tetapi saat ini pasien sudah
itu pasien juga sering melakukan terapi herbal sangat sadar dengan pola makan yang baik seperti apa
yang salah sehingga menyebabkan kaki pasien dan kepedulian dalam pemeriksaan rutin gula darah
mengalami luka.
dan perawatan luka yang sudah sangat baik, yang