Pembimbing:
Dr. Aunun Rofiq, Sp. An.
Latar Belakang
EKG adalah tes non-invasif yang digunakan untuk
mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya
dengan mengukur aktivitas listrik jantung.
EKG tetap merupakan gold standard dalam
mengidentifikasi adanya dan lokasi dari abnormalitas
jantung. Hingga saat ini belum ada pemeriksaan baru
yang dapat (Dharma, 2009).
Jika dideteksi sejak dini, banyak penyakit yang dapat
ditolong pada waktu yang tepat untuk menghindari
komplikasi, bahkan kematian. Ditambah keterampilan
mendapatkan riwayat penyakit (anamnesis) yang baik,
interpretasi EKG akurat dapat menjadi senjata ampuh
dalam diagnosis banyak penyakit (Gray et al., 2005).
EKG Normal
Kelainan pada
EKG
Irama Sinus,
Asistol,
Sindrom
AV Blok Fibrilasi,
Koroner Akut
Aritmia atrium,
SVT, VT
Gangguan Konduksi
AV Blok Derajat 1
› Terjadi karena konduksi impuls pada nodus
AV berjalan lambat (partial block) pada
jumlah tertentu.
› Ciri AV blok derajat 1 antara lain:
Frekuensi denyut dapat bradikardi atau
takikardi
Irama sinus, regular
Interval PR memanjang
Gelombang P normal
Kompleks QRS menyempit
Tatalaksana pada pasien dengan AV blok derajat
1 diberikan jika pasien memiliki tanda atau
gejala spesifik yang mengarah ke bradikardi.
Dapat diberikan oksigen, obat atropin 0,5-1 mg
IV, dan transcutaneous pacing jika tersedia
(ACLS, 2016).
AV Blok Derajat 2
Tipe I (blokade Wenckebach)
› Pada AV blok derajat 2 tipe I, lokasi kelainan
terletak pada nodus AV. Konduksi impuls pada
nodus AV berjalan lambat dan lama-kelamaan
menjadi semakin berat perlambatannya, ditandai
dengan memanjangnya interval PR. Lama-
kelamaan impuls akan diblok secara komplit.
› Ciri AV blok derajat 2 tipe I antara lain:
Frekuensi denyut nadi biasanya normal
Irama regular pada atrium, irregular pada ventrikel
Interval PR memanjang secara progresif
Terdapat gelombang P yang tidak diikuti kompleks QRS
(dropped beat)
Terdapat kompleks QRS yang hilang (ACLS, 2016).
Tipe II (blokade AV derajat dua Mobitz tipe II)
Pada AV blok derajat 2 tipe II lokasi kelainan
biasanya terdapat di bawah nodus AV
(infranodal), bundle His, atau bundle branch.
Pada tipe ini konduksi impuls berjalan
normalpada nodus AV.
AV blok derajat 2 tipe II dicirikan sebagai berikut:
› Frekuensi 60-100 kali/menit
› Irama regular pada atrium, irregular pada ventrikel
› Interval PR konstan, tidak terdapat pemanjangan
progresif seperti AV blok derajat 1
› Beberapa gelombang P tidak diikuti kompleks QRS
› Kompleks QRS menyempit menunjukkan adanya high
block, dan melebar menunjukkan adanya low block
(ACLS, 2016).
High Block
Low Block
Tatalaksana sama dengan AV blok
derajat 1, yakni diberikan jika pasien
memiliki tanda atau gejala spesifik
yang mengarah ke bradikardi
AV Blok Derajat 3
› Terjadi karena adanya trauma atau kerusakan pada
sistem konduksi jantung sehingga tidak ada impuls
yang berjalan melewati atrium dan ventrikel
(complete block). Complete block ini dapat terjadi di
nodus AV, bundle His, atau bundle branch. AV blok
derajat 3 dapat menyebabkan atrium dan ventrikel
berdepolarisasi sendiri-sendiri secara terpisah, dan
tidak saling berhubungan (disosiasi AV).
› Ciri AV blok derajat 3 antara lain:
Frekuensi denyut atrium lebih banyak dibanding ventrikel,
jika denyut ventrikel lebih banyak daripada atrium maka hal
ini menunjukkan disosiasi AV
Irama regular
Gelombang P konstan
Kompleks QRS menyempit menunjukkan adanya high block,
dan melebar menunjukkan adanya low block (ACLS, 2016).
Menurut ACLS, sama dengan tatalaksana AV
blok jenis lainnya, pada pasien dengan AV
blok derajat 3 terapi khususnya bertujuan
untuk mencegah timbulnya bradikardi.
Transvenous pacer harus dipersiapkan,
khususnya diindikasikan pada pasien AV blok
derajat 3 dengan sindrom koroner akut.
Gangguan Irama
Irama Sinus
› Sinus Takikardi
Frekuensi >100 kali/menit
Irama sinus
Interval PR ≤0.20 detik
Komplek QRS normal (ACLS, 2016).
› Sinus Bradikardi
Frekuensi <60 kali/menit
Irama regular sinus
Interval PR regular, <0.20 detik
Gelombang P normal
Kompleks QRS menyempit (ACLS, 2016).
Asistol
› Asistol adalah suatu keadaan dimana tidak
ada aktivitas kelistrikan jantung. Selama
kondisi asistol, tidak ada aliran darah dari
jantung menuju otak dan organ vital
lainnya. Tatalaksana yang
direkomendasikan adalah penggunaan
epinefrin dan resusitasi jantung-paru
(ACLS, 2016).
Supraventrikular Takikardi
› Suatu takiaritmia yang berasal dari
bagian atas sistem konduksi listrik
ventrikel (serabut Purkinje). Impuls
yang timbul kemudian hanya berputar
berulang-ulang di nodus AV karena
terdapat area yang di blok pada serabut
Purkinje.
› Ciri:
Frekuensi 150-250 kali/menit
Irama regular
Gelombang P sulit terlihat
Kompleks QRS normal (ACLS, 2016).
Aritmia atrium
› Atrial flutter
Disebabkan karena impuls yang terdapat
pada atrium berjalan lebih cepat
dibandingkan impuls di nodus SA.
Rangsangan impuls berjalan sirkuler (seperti
lingkaran) di sekeliling atrium, sehingga
membentuk gelombang flutter, yang terlihat
sebagai gambaran “sawtooth pattern”.
Ciri atrial flutter antara lain:
Frekuensi denyut Atrial 220-350 kali/menit
Frekuensi denyut ventricular >150-180 kali/menit
Irama regular
Gelombang P tidak terlihat
Terdapat gambaran “sawtooth pattern”
Interval PR tidak dapat diukur
Kompleks QRS kurang lebih ≤0.10-0.12 detik (ACLS, 2016).
Ventrikular Takikardi
› Frekuensi 100-250 kali/menit
› Irama regular
› Tidak ada gelombang P
› Kompleks QRS lebar atau melebihi
normal (Kementerian Kesehatan RI,
2015).
Fibrilasi
› Atrial fibrilasi
Takiaritmia supraventrikular yang khas,
dengan aktivasi atrium yang tidak
terkoordinasi mengakibatkan perburukan
fungsi mekanis atrium.
Ciri:
EKG permukaan menunjukkan pola interval RR
yang ireguler
Tidak dijumpainya gelombang P yang jelas pada
EKG permukaan. Kadang-kadang dapat terlihat
aktivitas atrium yang ireguler pada beberapa
sadapan EKG, paling sering pada sadapan V1.
Interval antara dua gelombang aktivasi atrium
tersebut biasanya bervariasi, umumnya
kecepatannya melebihi 450x/menit.
› Ventrikel Fibrilasi
Terjadi jika terdapat kontraksi tidak
terkoordinir di dalam ventrikel. Penyebab
utama adalah hipoksia otot jantung yang
mengakibatkan hiperiritabilitas jaringan otot
jantung. Hal ini menyebabkan sel-sel otot
jantung dii dalam ventrikel secara simultan
beraksi sebagai pacemaker yang
menyebabkan fibrilasi inefektif dan
mengakibatan kardiak output yang tidak
adekuat (ACLS, 2016).
Kelainan Segmen ST
Definitif SKA adalah dengan gejala
dan tanda:
› Angina tipikal.
› EKG dengan gambaran elevasi yang
diagnostik untuk STEMI, depresi ST atau
inversi T yang diagnostik sebagai keadaan
iskemia miokard, atau LBBB
baru/persangkaan baru.
STEMI
NSTEMI
UAP
Tatalaksana
› Terapi awal: MONA
› Pedoman tatalaksana:
TERIMA KASIH