Anda di halaman 1dari 76

Curriculum Vitae

dr MM.DEAH, Hapsari Sp A (K)


Staf pengajar Departemen Ilmu Kes Anak
FK UNDIP-RSUP dr Kariadi Semarang
• Pendidikan
– Dokter umum – FK UNS 1986
– Spesialis anak – FK UNDIP 1996
– Spesialis Anak Konsultan Infeksi Tropis –Kolegium IDAI 2006
• Pekerjaan
- Dokter di Puskesmas Martha Tiahahu. Ambon Maluku – 1987
- PPDS Kesehatan Anak FK UNDIP – 1990-1996
- Dokter Anak RS Margono Purwokerto 1998-2000
- Staf Anak RSUP Dr Kariadi 2000-sampai sekarang
• Organisasi
– Anggota Ikatan Dokter Indonesia ( IDI ) dan Anggota Ikatan Dokter Anak
Indonesia ( IDAI )
– Kepala Divisi Infeksi Tropis RSUP Dr Kariadi –Semarang ( 2010 sd sekarang )
– Ketua Tim PPRA RSUP Dr Kariadi Semarang ( 2015-sekarang )
– Sekretaris Tim HIV/AIDS RSUP Dr Kariadi Semarang ( 2003 sd sekarang )
– Ketua Komli DBD Jawa Tengah ( 2014- sd sekarang )

1
* Tatalaksana Difteri
pada anak
MMDEAH Hapsari
Divisi Infeksi & Penyakit Tropis
Departemen IKA FK UNDIP-RSUP Dr Kariadi.
Kasus Difteri di RSDK

* Nama : KS
* Jenis Kelamin :
Perempuan *Nama : E. A
* Usia : 6 tahun 2 bulan *Jenis kelamin: Laki-laki
* Alamat : Batang *Usia : 15 tahun 6 bulan
* No.CM : C669122 *Alamat : Mranggen, Demak
* Masuk RS : 11/12/2017 *No.CM : C493047
*Masuk RS : 11/12/2017
Tonsilitis Difteri Pharyngitis Difteri
Tonsilitis Difteri Jackson II-III

* R. A
*Usia: 4 tahun 11 bulan
*Alamat: Kendal
*Tanggal MRS:
11/12/2017 ( malam )
*Topik

1.
1. Pendahuluan
Pendahuluan
2.
2. Epidemiologi
Epidemiologi
3.
3. Manifestasi
Manifestasi Klinis
Klinis
4.
4. Diagnosis
Diagnosis && Dx
Dx Banding
Banding
5.
5. Pencegahan
Pencegahan
5.
5. Strategi
Strategi penanggulangan
penanggulangan KLB
KLB
*Pendahuluan

Difteria Penyakit infeksi akut


sangat menular

Penyebab Corynebacterium diphteriae

Pseudomembran di :
Tanda-tanda
- mukosa
- kulit
*Epidemiologi

Tersebar diseluruh dunia


Musim gugur-dingin insiden meningkat
Indonesia –penduduk padat

Penularan :
- Droplet
- Benda / makanan terkontaminasi
*Gejala Klinis (1)
LOKASI
LOKASI DERAJAD
DERAJAD SUMBATAN
SUMBATAN

1.
1. Difteria
Difteria Kulit,
Kulit,
Conjungtiva
Conjungtiva 1.
1. Ringan
Ringan
2.
2. Difteria
Difteria Nasal
Nasal 1.
1. Jackson
Jackson 11
2.
2. Sedang
Sedang
3.
3. Difteria
Difteria Tonsil-
Tonsil- 2.
2. Jackson
Jackson 22
3.
3. Berat
Berat
Pharynk
Pharynk 3.
3. Jackson
Jackson 33
4.
4. Difteria
Difteria Laring
Laring
*Gejala Klinis (2)
*DIFTERI AURAL,KONJUNGTIVA DAN
VULVOVAGINA, KULIT
- Tidak lazim, cenderung menahun
- Kulit : lesi ulseratif dengan dasar membranosa
- Mata : palpebra  merah, edema & membran
pada conjungtiva
OTITIS EKSTERNA.
- Sekret purulen dan berbau

*DIFTERI NASAL
- Pada awal menyerupai common cold ( pilek ringan )
- Sekret hidung dari encer makin kental
- Membran putih pada septum nasi
- Absorbsi toksin sangat lambat
*Gejala klinis (3)
*DIFTERI TONSIL & FARING
- anoreksia,malaise,demam ringan, nyeri menelan
- 1-2 hari timbul membran melekat, putih kelabu menutup tonsil & dinding
faring , meluas ke uvula & palatum molle ( langit)- ke laring & trakea
- Usaha melepas membran  perdarahan
- Limfadenitis servikalis & submandibular ber samaan dengan edema
jaringan lunak leher ( Bullneck )
*Gejala klinis (4)
DIFTERI LARING :
- Perluasan difteria faring
- Stridor inspiratoir, suara serak dan batuk kering.
- Obstruksi laring : retraksi / cekungan di suprasternal, sela
iga ( intercostal) dan supraklavikular.
*Gejala klinis (5)

RINGAN SEDANG BERAT

- Terdapat di Terdapat pada


lidah,mulut dan laring / faring dan
tonsil TANPA faucial
Terdapat pada Disertai bullneck
bullneck
- Gejala hanya laring dan faring miokarditis
nyeri telan . TANPA bullneck
*Diagram
*Gejala klinis (6)

JACKSON 1 JACKSON 2 JACKSON 3

- Kead baik - Jackson 1 + - Jackson 2


- Sesak Nafas - Penderita
- Stridor Inspirasi +
gelisah - Retraksi
- Retraksi - Sesak nafas Intercostal
Suprasternal
- Retraksi - “Air hunger “
epigastrial kekurangan
oksigen
Pseudomembran

Ditegakkan
Ditegakkandengan
denganManifestasi
ManifestasiKlinis
Klinis
Tanpa
Tanpamenunggu
menunggulaboratorium
laboratorium
Masa
MasaInkubasi
Inkubasi::2-5
2-5hari
hari(1-10
(1-10hr
hr))
Anamnesis
Anamnesis::
-- Batuk
Batuk --Pilek
Pilek
-- Nyeri
Nyeritelan
telan
-- Perubahan
Perubahansuara
--Tidur
Tidurngorok
ngorok
suara“bindeng”
“bindeng”
Diagnosis
*Diagram
Pemeriksaan
PemeriksaanFisik
Fisik::
-- Bercak
Bercakputih
putihkeabuan,
keabuan,sukar
sukar
diangkat,
diangkat,mudah
mudahberdarah
berdarah
-- Obstruksi
Obstruksipernafasan
pernafasan
*Pemeriksaan Penunjang (1)
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Preparat Langsung swab :
Pewarnaan Neiser  kuman Difteria

Biakan  pertumbuhan kuman dalam medium Loeffler


• batang gram positif,
• tidak bergerak,
• pleiomorphic,
• tdk berkapsul,
• tdk membentuk spora,
• mati pd 600C,
• tahan beku & kering
• membentuk eksotoksin
* Diagnosis Banding Difteria Faucial
* ANGINA PLAUT VINCENT:
Membran rapuh tebal, berbau, tidak mudah rapuh

* TONSILITIS FOLLIKULARIS.
Panas tinggi, anak tidak lemah.
Membran putih kekuningan,
rapuh lembek dan tidak mudah berdarah .
* MONONUKLEOSIS INFEKSIOSA:
Membran di Tonsil
Pembengkakan kelenjar umum
Pembesaran limpa
Darah tepi  limfosit
* Diagnosis Banding Difteria Laring

ANGIONEUROTIK UDEM LARING:


- Respon alergi - retraksi suprasternal tiba-tiba
- Sesak nafas
- Sianosis
BENDA ASING LARING
- Dari anamnesis
LARINGITIS AKUT :
- Peningkatan suhu
- Batuk sampai serak – afoni,
- Sesak nafas , stridor
*Pemeriksaan Penunjang (2)
 Cara mengambil sample
 Pada beslag tonsil faring, jangan diambil dari
beslag, tetapi dari tepi yang masih merah
 Tekan sedikit agar kuman terikut
Cara membiakkan kuman Corynebacterium diphtheriae:
 Dibiakkan pada tabung gelas mengandung telurite
Loeffler
 Jangan dimasukkan ke lemari es
 Bawa ke BBLK pada suhu biasa
 ditanam dan dibiakkan di laborat
*Penyulit / Komplikasi (1)
Saluran Nafas Toksin
Obstruksi

Bronkopneumonia Kardiovaskular

Atelektasis Komplikasi Sist Sy Perifer

Gagal Nafas Urogenital


*Penyulit / Komplikasi (2)

SistSyaraf
Sist SyarafPerifer
Perifer::

Minggu11-2
-- Minggu -2::parese
parese
palatummolle
palatum molle sulit
sulit Urogenital::
Urogenital
menelan((minum
menelan minumkeluar
keluar
viahidung
via hidung)) Nefritis
Nefritis
Mingguke
-- Minggu ke3-:
3-:parese
pareseotot
otot
mata
mata gangguan
gangguan
akomodasi,strabismus
akomodasi, strabismus
*Diagram
Kardiovaskuler : Miokarditis
*Tatalaksana ( 1 )
A
Keperawatan
Tatalaksana
B
Medikamentosa & Dietetik

C
Penyulit / Komplikasi

D
Epidemiologik
*Tatalaksana ( 2 )
Keperawatan :
-Ruang Isolasi ( Masker )
-Penilaian thd pseudomembran, swab setiap hari
-Isolasi sd 2 x kultur (-) setelah selesai terapi AB
- Follow up  kultur 2 minggu pasca selesai AB

Medikamentosa & Dietetik :


-DAT : 40.000 ( Ringan ); 80.000 ( Sedang), 120.000 ( Berat )
-PP : 50.000 IU/kgBB selama 10 hari.
-Prednison 1-1.5 mg/kgBB ( untuk kasus berat, Bullneck )
-Kortikosteroid iv ( untuk miokarditis )
-Amati kebutuhan cairan, kalori dan elektrolit
-Biasa – sonde ( tidak berat –tgt keadaan ). PPN atau TPN
( kasus berat )
* Jika pos test kulit :
dalam 20 menit indurasi 10
mm.
test mata pos :
dalam 20 menit muncul
kemerahan pada conjuntiva
* Cara Besredka
ADS diencerkan dalam NACL 0,9 % dg dosis sbb :

- 0,05 cc dari pengenceran 1:20 secara subkutan


- 0,1 cc dari pengenceran 1:20 secara subkutan
- 0,1 cc dari pengenceran 1:10 secara subkutan
- 0,1 cc tanpa pengenceran secara subkutan
- 0,3 cc tanpa pengenceran secara subkutan
- 0,5 cc tanpa pengenceran secara subkutan
- 1 cc tanpa pengenceran secara subkutan
ADS sisanya diberikan secara drip IV

Reaksi anafilaktik  Adrenalin 1:1000


*Tatalaksana ( 3 )
Penyulit :
Obstruksi Sal. Nafas :
Jackson II : Tindakan trakeostomi ( THT ) – kanula ( bersih )
Kardilogi-miokarditis :
EKG. CKMB , CPK, SGOT
Urogenitalis : urin rutin
Siss syaraf Perifer :
- Mgg 1 : pengawasan terhdp kelumpuhan pall molle
- Mgg ke 3 : parese otot mata.

Epidemioogik :
- Isolasi
- Pelacakan kontak
- Tatalaksana kontak
- Imunisasi
*Sumbatan Jalan Nafas *Toksigenik :
:
-Miokarditis
- Jackson : I,II dan III -Nefritis
-Parese Sistim
Saraf Perifer

Rujukan pasien difteri


Penyulit atau komplikasi
( BUKAN ALASAN TIDAK
ADA RUANG ISOLASI )
*Tatalaksana Epidemiologik
Amati penderita
baru( setelah inkubasi ),
tertular/menularkan Mencari kasus baru,
2. Pelacakan menekan transmisi
Kontak dengan beri eritromisin
3. Tatalaksana
kontak

4. Imunisasi 1. Isolasi
ketat Isolasi sampai
biakan (-) 3 x
Add Your Text berturut-turut
*Tatalaksana Kontak

* * * *

- Imunisasi
- Swab
ulang
tenggorok
(kec imun <
12 bulan )
- Antibiotik
- Monitor
profilaksi
gejala ( 7
( eritromisin )
hari )
*Pencegahan
* ISOLASI PENDERITA :
Penderita diisolasi
Boleh keluar dr isolasi setelah 3 x swab negative
* IMUNISASI :
Vaksinasi dasar DPT umur 2,4.6 bulan
Vaksinasi ulang umur 18 bulan dan 4-6
Vaksinasi terhadap penderita pasca sakit sekitar 3 bulan
*PENCEGAHAN TERHADAP KONTAK :
Harus diisolasi 7 hari, jika (+) gejala  terapi ( jika tdk
imunisasi .
*PENCARIAN DAN MENGOBATI KARIER
Lakukan usapan teggorok , jika (+) diobati
Alur penderita Difteri di RSUP Dr Kariadi
Pasien Difteri (suspek, probable, konfirmasi )

DATANG SENDIRI / RUJUKAN

POLIKLINIK IGD PAV. GARUDA


KLINIS (+) RISTI (+) KLINIS (+) RISTI (+) KLINIS (+) RISTI (+)

R. ISOLASI IGD TERAPI :


LAB, Swab-pengecatan (Mikro) EKG(ai) - Antitoksin (DAT)
- AB ( PP )

Jackson > II-III Komplikasi


Konsul THT / Bedah Gagal nafas, Myocarditis (RBBB)-
Syok Kardiogenik

R. RAWAT ISOLASI R. RAWAT ISOLASI PICU/ ICU

7 HR KONTROL PULANG R. RAWAT INAP K. MAYAT PEMAKAMAN 4 JAM


Alur penderita Difteri di RS Non Rujukan
Pasien Difteri (suspek, probable, konfirmasi )

DATANG SENDIRI / RUJUKAN

POLIKLINIK Umum UGD Poli Spesialis


KLINIS (+) RISTI (+) KLINIS (+) RISTI (+) KLINIS (+) RISTI (+)

Isolasi IGD TERAPI :


Lab. Swab - Antitoksin (DAT)
- AB ( PP )

Klinis (+) Klinis (+)


KOMPLIKASI / PENYULIT

R. ISOLASI Rrjuk RS Dr Kariadi


*Airborne disease
- Anthrax (inhalational),
-Chickenpox,
-Influenza,
-Measles,
-Smallpox,
-Cryptococcosis,
-Tuberculosis
*Rangkuman
*Difteria merupakan penyakit yang menular
*Difteria masih merupakan penyakit yang insidennya
dapat meningkat jika preventif di masyarakat tidak
bagus
*Difteria penyakit yang membahayakan dapat
mengancam jiwa
*Tatalaksana Difteria sangat dibutuhkan pada awal
penyakit sehubungan dengan toksin yang dibentuk oleh
kuman difteria .
*Pencegahan dengan vaksinasi harus tetap dijalankan
oleh semua bayi dan anak yang sudah terjadwal di
program imunisasi.
*Sekian
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai