OPERATIVE OLEH : ASFI RAIHAN 030.150.33 Definisi nyeri Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Klasifikasi Nyeri Nyeri akut : Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak Nyeri kronik : Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang ditimbulkan oleh rangsangan disebabkan kerusakan jaringan dan reaksi inflamasi Nyeri non nosiseptif (nyeri neuropatik) yaitu nyeri yang disebabkan kerusakan jaringan saraf sentral maupun perifer Penilaian Nyeri MNEMONIK PQRST UNTUK EVALUASI NYERI P Paliatif atau penyebab nyeri O Quality / kualitas nyeri R Regio (daerah)lokasi atau penyebaran nyeri S Subjektif deskripsi oleh pasien mengenai tingkat nyerinya T Temporal atau periode/waktu yang berkaitan dengan nyeri skala assesment nyeri tunggal atau multidimensi Visual Analog Scale (VAS) Verbal Rating Scale Numeric Rating Scale Wong Baker Pain rating Scale McGill Pain Questionnaire Fisiologi Nyeri Nyeri dikonduksi melalui 3 jalur neuronal yang mentrasmisi stimulus “bahaya” dari perifer ke kortex cerebri. Badan sel dari neuron aferen primer terletak di akar ganglia dorsal, yang terletak di foramen vertebral pada setiap tingkat medula spinalis. Setiap neuron memiliki akson tunggal yang bercabang, mengirim satu ujung ke jaringan perifer yang diinervasinya dan yang lainnya ke dalam tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang. Pada tanduk dorsal, neuron aferen primer bersinaps dengan neuron orde kedua dimana aksonnya melintasi garis tengah dan naik di traktus spinotalamikus kontralateral untuk mencapai talamus. Neuron urutan kedua bersinaps di nukleus thalamus dengan neuron orde ketiga, yang pada gilirannya mengirim proyeksi stimulus melalui kapsul internal dan korona radiata ke gyrus post central dari korteks serebral. NEURON ORDE PERTAMA Terletak pada ganglion radix posterior ganglion spinale (ganglion adalah sel saraf yg terletak diluar susunan saraf pusat) dimana dendrite dari selsaraf tersebut datang dari reseptor, sedangkan axon- nya pergi memasuki medulla spinalis untuk bersinaps pada neuron orde kedua NEURON ORDE KEDUA Saat serabut afferent memasukin medulla spinalis, mereka akan memisah sesuai dengan ukuran, serabut dengan ukuran besar dan ber myelin menuju ke medial dan serabut ukuran kecil dan tidak ber myelin akan menuju ke lateral. Serabut nyeri dapat naik atau turun menuju 1-3 segmen medulla spinal di traktur lissauer sebelum bersinaps dengan neuron orde kedua di gray matter ipsilateral tanduk dorsal. Pada cornu posterius medulla spinalis, axon-nya dapat menyilang garis tengah atau langsungdalam columna lateralis pada sisi yang sama, selanjutnya dari medulla spinalis naik ke atas untuk bersinapsis pada neuron orde ketiga NEURON ORDE KETIGA Neuron orde ketiga terletak pada thalamus, dimana axon-nyaakan menuju pusat sensorik sadar pada gyrus postcentralis (area pusat sensorik-area brodmann 3,2,1). Persepsi dan lokalisasi dari nyeri terletak pada area kortikal ini. Meskipun banyak neuron pda nucleus thalamus lateral menuju korteks somatosensory. Neuron dari intralaminar dan nucleus medial menuju ke gyrus cingulate anterior dan ikut dalam mediasi komponen dari nyeri Manajemen Farmakologis Nyeri pasca Operasi Analgesik Non-Opioid : berkerja di perifer di reseptor nyeri Obat-obatan analgesik non-opioid yang paling umum digunakan diseluruh dunia adalah : Aspirin OAINS yang merupakan obat-obatan utama untuk nyeri ringan sampai sedang. Opioid : analgetik sentral Lemah Codein : Dosis berkisar antara 15 mg - 60mg setiap 4 jam dengan maksimum 300 mg setiap hari. Tramadol : Tramadol (tramal) adalah analgesik sentral dengan afinitas rendah pada reseptor mu dan kelemahan analgesiknya 10-20 % dari morfin. Tramal dapat diberikan secara oral dan dapat diulang setiap 4- 6 jam dengan dosis maksimal 400 mg per hari. Kombinasi opioid lemah dan obat-obatan yang bekerja di perifer sangat berguna dalam prosedur pembedahan kecil di mana rasa sakit yang berlebihan tidak diantisipasi sebelumnya atau untuk rawat jalan digunakan Opioid Kuat Morfin Morfin masa kerja analgesinya cukup panjang (long acting). Morfin memiliki dua sifat yang mempengaruhi sistem saraf pusat yaitu depresi (analgesi, sedasi, perubahan emosi dan hipoventilasi alveolar) dan stimulasi (stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiperaktif refleks spinal, konvulsi dan sekresi hormon anti diuretik / ADH).
Kontra indikasi pemakaian morfin pada kasus asma dan bronkitis kronis karena efek bronko kontriksinya.
Efek sampingnya juga menyebabkan pruritus, konstipasi dan retensio urin.
Morfin dapat diberikan secara sub kutan, intra muskular, intra vena, epidural dan intra tekal. Dosis anjuran untuk mengurangi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/kgBB secara sub kutan, intra muskular dan dapat diulang tiap 4 jam. Untuk nyeri hebat dewasa dapat diberikan 1-2 mg intra vena dan diulang sesuai kebutuhan. Untuk megurangi nyeri dewasa paska bedah dan nyeri persalinan digunakan dosis 2-4 mg epidural atau 0,05-0,2 mg intra tekal, dan ini dapat diulang antara 6-12 jam Manajemen Non-Farmakologis Nyeri Pasca Operasi Beberapa teknik relaksasi menurut Stewart sebagai berikut: Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat. Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot lain Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat. POST OPERATIVE NAUSEA AND VOMITING Post operative nausea and vomiting (PONV), atau mual dan muntah paska operasi adalah efek samping yang sering terjadi setelah tindakan anestesi, terjadi pada 24 jam pertama paska operasi dan terjadi sebanyak 30% pasien rawat inap dan meningkat angkanya sampai 70% pada pasien rawat inap dengan resiko tinggi Patofisiologi Pusat muntah, disisi lateral dari retikular di medula oblongata, memperantarai refleks muntah Bagian ini sangat dekat dengan nukleus tractus solitarius dan area postrema Sentral : dirangsang dari korteks serebral, cortical atas dan pusat batang otak, nucleus tractus solitarius, CTZ, dan sistem vestibular di telinga dan pusat penglihatan dapat juga merangsang pusat muntah Reseptor seperti 5-HT3, dopamin tipe 2 (D2), opioid dan neurokinin-1 (NK- 1) dapat dijumpai di CTZ. Nukleus tractus solitarius mempunyai konsentrasi yang tinggi pada enkepalin, histaminergik, dan reseptor muskarinik kolinergik. Reseptor- reseptor ini mengirim pesan ke pusat muntah ketika di rangsang Faktor Resiko Faktor pasien : Umur : 42-51 % pada umur 6 – 16 tahun dan 14 – 40% pada dewasa. Gender : wanita > pria Obesitas
Faktor – faktor preoperatif
Makanan Ansietas Penyebab operasi : TIK meningkat, obstruksi saluran nafas Premedikasi : atropine memperpanjang pengosongan lambung dan mengurangi tonus esofageal, opioid meningkatkan sekresi gaster, dan menurunkan motilitas pencernaan. Hal ini menstimulasi CTZ dan menambah keluarnya 5-HT dari sel – sel chromaffin dan terlepasnya ADH Faktor – faktor intraoperatif 1. Intubasi : stimulasi mekanoreseptor faringeal bisa menyebabkan muntah 2. Obat-obat anestesi : opioid adalah obat penting yang berhubungan dengan PONV. Etomidate dan methohexital juga berhubungan dengan kejadian PONV yang tinggi. 3. Agen anestesi inhalasi : N2O mempunyai peranan dalam terjadinya PONV. Mekanisme terjadinya muntah karena nitrous oksida berkerja pada reseptor opioid pusat, nitrous oksida juga masuk ke rongga-rongga pada operasi telinga dan saluran cerna, yang dapat mengaktifkan sistem vestibular dan meningkatkan pemasukan ke pusat muntah. Faktor pembedahan Kejadian PONV juga berhubungan dengan tingginya insiden dan keparahan PONV. Seperti pada laparaskopi, bedah payudara, laparatomi, bedah plastik, bedah optalmik (stabismus), bedah THT, bedah ginekologi. Durasi operasi ( setiap 30 menit penambahan waktu resiko PONV meningkat sampai 60%) Penatalaksaan Antagonist reseptor Serotonin : Obat ini efektif bila diberikan pada saat akhir pembedahan. Banyak penelitian dari golongan obat ini seperti Ondansetron dimana mempunyai efek anti muntah yang lebih besar dari pada anti mual Antagonist dopamin : reseptor dopamin ini mempunyai reseptor di CTZ Antihistamin : Obat ini mempunyai efek dalam penatalaksanaan PONV yang berhubungan dengan aktivasi sistem vestibular tetapi mempunyai efek yang kecil untuk muntah yang dirangsang langsung di CTZ . Obat Antikholinergik : mencegah rangsangan di pusat muntah dengan memblok kerja dari acetylcolin di pada reseptor muskarinik di sistem vestibular Steroid : Deksametason berguna sebagai profilaksis PONV dengan cara menghambat pelepasan prostaglandin. Efek samping pemakaian berulang deksametason adalah peningkatan infeksi, supressi adrenal. Obat ini juga menurunkan motilitas lambung dan rangsangan aferen di pusat muntah, efek samping yang sering terjadi pada obat ini adalah pandangan kabur, retensi urine, mulut kering, drowsiness. TERIMAKASIH