Anda di halaman 1dari 36

Ela Anggraini_1161050216

PENDAHULUAN
Hiperbilirubinemia Kernikterus adalah
tampak sebagai sindroma Ikterus terjadi
ikterus, yaitu warna neurologik yang selama usia minggu
kuning pada kulit disebabkan oleh pertama pada
dan mukosa yang menumpuknya sekitar 60% bayi
disebabkan karena bilirubin cukup bulan dan
deposisi produk indirek/tak 80% pada bayi
akhir katabolisme terkonjugasi dalam prematur.
heme. sel otak.
Kejadian ikterus neonatorum
meningkat pada BBL di Asia
Timur, Indian Amerika dan Yunani.

Tahun 1985 dilaporkan ikterus


neonatorum bayi Asia Timur 49%,
dan Amerika kulit putih 20%,
Amerika Afrika 12%.
Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi
ikterus neonatorum yang paling berat. Selain
memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat
menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli
nada tinggi, paralisis dan displasia dental yang
sangat mempengaruhi kualitas hidup.
METABOLISME BILIRUBIN
Bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jingga
ikterus yang merupakan bentuk akhir dari
pemecahan katabolisme heme melalui proses
reaksi oksidasi – reduksi.
HIPERBILIRUBIN
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai kadar
bilirubin serum total >5 mg/dL (86 μmol/L).
Hiperbilirubinemia tampak sebagai ikterus,
yaitu warna kuning pada kulit dan mukosa
yang disebabkan karena deposisi produk akhir
katabolisme heme.

Hiperbilirubin ada 2 Ikterus fisiologis


macam yaitu:
Ikterus patologis
Derajat Ikterus
Derajat ikterus Daerah Ikterus Perkiraan kadar
Bilirubin
I Kepala dan leher 5,0 mg%

II Sampai badan atas 9,0 mg%


(diatas umbilicus)

III Sampai badan bawah 11,4 mg%


(dibawah umbilicus
sampai tungkai atas
diatas lutut)
IV Seluruh tubuh kecuali 12,4 mg%
telapak tangan dan
kaki
V Seluruh tubuh 16,0 mg%
Ikterus fisiologis
Tidak muncul pada hari pertama

Total bilirubin serum yang naik harus < 5 mg/dL


dengan puncak < 12,9 mg/dL pada hari ke 3 – 4
untuk bayi aterm dan < 15 mg/dL pada hari ke 5
– 7 untuk bayi prematur

Bilirubin terkonjugasi harus < 2 mg/dL

Ikterus tidak menetap > 1 minggu pada bayi aterm


dan > 2 minggu bagi bayi prematur
Ikterus patologis
Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam

Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang


memerlukan fototerapi

Peningkatan kadar bilirubin serum > 0,5 mg/dL/jam

Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari


(muntah, letargis, malas menetek, penurunan BB
yang cepat, apnea, takipnea, atau suhu yang tidak
stabil)

Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup


bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan
KERN ICTERUS
 Kernikterus adalah sindroma neurologik karena
menumpuknya bilirubin indirek/tak terkonjugasi
dalam sel otak atau pada SSP yang dapat
mengakibatkan kematian atau jika bertahan
hidup menimbulkan gejala sisa yang berat.
 Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih
dari 20 mg/dL, akan mengalami
kernikterus.

 Pada bayi sehat yang menyusu kern


icterus terjadi saat kadar bilirubin >30
mg/dL dengan rentang antara 21-50
mg/dL.
Maisels(1999) melaporkan
hasil penelitiannya antara kadar
bilirubin indirek dengan kejadian
kern ikterus yaitu kadar bilirubin
indirek 30-40 mg/dl, 25-29 mg/dl,
19-24 mg/dl dan kadar 10-18
mg/dl, berturut-turut kejadian
kern ikterus 73%, 33%, 8%, dan 0.
Mekanisme • Bilirubin indirek bebas yang
Bilirubin bersifat lipofilik
masuk ke
dalam • Bilirubin indirek dalam
Susunan bentuk monoanion
Syaraf Pusat
(SSP) •Kerusakan sawar otak
Faktor Resiko:

Risiko mayor
Risiko minor
Faktor risiko yang menurun (rendah)
Autopsi ensefalopati bilirubin
Manifestasi klinis ensefalopati
bilirubin :
 fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin
akut

 Tanda dan gejala kernikterus biasanya muncul


2-5 hari sesudah lahir pada bayi cukup bulan
dan paling lambat hari ke-7 pada bayi
prematur.

 fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis


(kern ikterus).
 Tanda awal bisa tidak terlihat jelas dan
tidak dapat dibedakan dengan sepsis,
asfiksia, hipoglikemia, pendarahan
intrakranial dan penyakit sistemik akut
lainnya pada bayi neonatus.
 -Lesu
 -Nafsu makan jelek
 -Hilangnya refleks Moro merupakan tanda-tanda
awal yang lazim. Selanjutnya, bayi dapat tampak
sangat sakit, tidak berdaya disertai refleks tendo
negatif dan kegawatan pernapasan.
 -Opistotonus, dengan fontanela yang
mencembung
 -muka dan tungkai berkedut
 -tangisan melengking bernada tinggi

 Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi


dan spasme, kekakuan pada bayi dengan
lengan yang terekstensi dan berotasi ke
dalam serta tangannya menggenggam.
Diagnosis
 Anamnasis
 Pemeriksaa Fisik
 Pemeriksaan penunjang
◦ -Tes Comb.
◦ -Golongan darah bayi dan ibu.
◦ -Bilirubin total.
◦ -Protein serum total.
◦ -Hitung darah lengkap.
◦ -Glukosa.
Bagan Diagnosis Ikterus
Penatalaksanaan
 pemberian cairan sesuai dengan berat badan
dan usia postnatal,
 Obat-obatan (fenobarbital, tin-protoporphyrin),
 Pemberian substrat yang dapat menghambat
metabolisme bilirubin (plasma atau albumin)
 Foto Terapi
 Transfusi tukar
Faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas fototerapi.
Indikasi transfusi tukar
• Gagal dengan intensif fototerapi.
• Ensefalopati bilirubin akut (fase awal,
intermediate, lanjut/advanced) yang
ditandai gejala hipertonia, melengkung,
retrocolli, opistotonus, panas, tangis
melengking.
Darah Donor Untuk Tranfusi
Tukar
1. harus golongan O.
2. Gunakan darah baru (usia < 7 hari), whole blood.
3. Pada penyakit hemolitik rhesus, harus golongan
O dengan rhesus (-)
4. Pada inkompatibilitas ABO, darah donor harus
golongan O, rhesus (-) atau rhesus yang sama
dengan ibu dan bayinya
5. Simple Double Volume. Push-Pull Tehcnique.
6. Isovolumetric.
7. Partial Exchange Tranfusion.
8. Setiap 4-8 jam kadar bilirubin harus di cek.
PROGNOSIS
Dapat mengakibatkan
kematian

Apabila bertahan hidup


menimbulkan gejala sisa
yang berat.
DAFTAR PUSTAKA
 Abdurachman Sukadi, Ali Usman, Syarief Hidayat Efendi. 2002. Ikterus Neonatorum. Perinatologi. Bandung.
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS. 64-84.
 Khosim, M. Sholeh, dkk. 2008. “ Buku Ajar Neonatologi Edisi I “. Jakarta : Perpustakaan Nasional
 Clohety JP. Neonatal Hyperbilirubinemia. Dalam: Manual of Neonatal Care, Edisi ke 3. Boston: Little Brown
Company;1991:289-99.
 Behrman,dkk. ”Ilmu Kesehatan Anak Vol 2 Nelson edisi 15”, Jakarta,Penerbit buku kedokteran EGC,1999.hlm 1387-
1392.
 Ereschenko, V. Atlas Histologi di Fiore. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta . 2003.
 Baginda P. Gangguan Perkembangan Neurologis Pada Bayi dengan Riwayat Hiperbilirubinemia. Universitas Diponogoro.
Semarang. 2007.h.1-95.
 Kliegman, Robert M. 2004. Neonatal Jaundice And Hyperbilirubinemia, kernicterus Dalam : Behrman RE, Kliegman RM,
Jenson HBEditors. Nelson Textbook Of Pediatrics. 17ThEdition. Philadelphia, Pennsylvania : Saunders.
 Garna Herry, dkk. 2000. Ikterus Neonatorum. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi kedua.
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS. 97-103
 American Academy of Pediatrics, Subcommittee on Hyperbilirubinemia. 2004. Management Of Hyperbilirubinemia
In The Newborn Infant 35 Or More Weeks Of Gestation. Pediatrics; 114;297-316.
 Hasan, Rusepno. 1985. “Ilmu Kesehatan Anak 3 edisi ke 4“. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
UI.
 Etika, R., Harianto, A., Indarso, F., Damanik, Sylviati M. 2004. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus. Divisi Neonatologi
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fk Unair/Rsu Dr. Soetomo – Surabaya
 Maisels, M. J., & Mcdonagh,Antony F. 2008. Phototherapy For Neonatal Jaundice. New England Journal of
Medicine;358:920-8.

Anda mungkin juga menyukai