Anda di halaman 1dari 21

Muhammad Fakhry Fernanda 10118096

As-Sunnah dan Syamsul Tamimi Prasetya Aji

Faris Fadhilah
12518035

Ijtihad sebagai Andika Ary Saputra


13518026

Sumber Hukum
15018070

Muhammad Hafidh Setiawan 15018142

Islam Rizki Maulana


17018016

Novindra Nurrosyid Al Haqi


18218014
Hakikat As-Sunnah
● Secara bahasa :

As-Sunnah -> Thoriqoh atau jalan, baik maupun buruk

● Secara istilah :
1. Ibnu Mandzur -> apa-apa yang diperintahkan, dilarang, dan dianjurkan
2. Imam Syatibi -> apa yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad saw
Perkembangan Makna As-Sunnah
1. Menurut ulama -> apa-apa yang bersumber dari Nabi Muhammad saw dari
perkataan atau perbuatan atau penetapan
2. Menurut Fuqoha’ (ahli fiqh) -> segala sesuatu yang telah ditetapkan dari
Nabi Muhammad saw
3. Menurut Ahli Hadits -> segala sesuatu yang ditinggalkan Nabi Muhammad
saw dari perkataan atau perbuatan
Hakikat Ijtihad
● Secara bahasa

kata ijtihad berasal dari bahasa Arab, “jahada” -> berusaha dengan
sungguh-sungguh.

● Secara istilah

ijtihad berarti mengerahkan tenaga dan pikiran dengan sungguh-sungguh


untuk menyelidiki dan mengeluarkan (meng-istinbat-kan) hukum-hukum
yang terkandung didalam Al-Qur’an dan hadist dengan syarat-syarat
tertentu.
Kedudukan As-Sunnah
● As-Sunnah adalah Al-Qur’an, artinya jika kita menghadapi sebuah
masalah, maka kembalikanlah kepada Al-Qur’an, namun jika tidak
menemukannya di dalam Al-Qur’an, barulah kita mencari di sunnah Beliau.
Dalam hal ini, kedudukan Al-Qur’an adalah Qhat’I, sedangkan As-Sunnah
adalah Dzanni. Qhat’I haruslah didahulukan di atas Dzanni.
● kedudukan As-Sunnah adalah sebagai sumber hukum kedua setelah Al-
Quran.
● As-Sunah sejatinya digunakan untuk melawan Al-Bid’ah.
● As-Sunnah sebagai “Komplementer” dari isi Al-Quran.
Kedudukan Ijtihad
● Ijtihad sebagai sumber hukum Islam setelah Al-Quran dan Ijtihad.
● Ijtihad sebagai sumber hukum yang mengatur sesautu yang tidak dibahas
di dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
● Ijtihad biasanya sebagai sumber hukum Islam yang ada pada suatu daerah
tertentu dikarenakan kondisi tertentu.
Dari segi bahasa, matan berarti
Sanad Punggung jalan, Tanah gersang
atau tandus, membelah,
Dari segi bahasa, sanad artinya yang mengeluarkan, mengikat.
menjadi sandaran, tempat
bersandar, arti yang lain sesuatu Matan menurut istilah ilmu
yang dapat dipegangi atau hadis yaitu: "Perkataan yang
dipercaya. disebut pada akhir sanad, yakni
sabda Nabi Saw. yang disebut
Dalam istilah ilmu hadis sanad ialah
sesudah habis disebutkan
rangkaian urutan orang-orang yang
menjadi sandaran atau jalan yang sanadnya.”
menghubungkan satu hadis atau
sunnah sampai pada Nabi Saw.

Sanad menurut istilah ahli hadis


yaitu: “Jalan yang menyampaikan Matan
kepada matan hadis.”
ُ‫ن ابْنَُ ع َم َُر قَا َل‬ َُّ َ ‫ْن ع َم َُر أ‬ َُِّ ‫ْن َع ْب ُِد‬
ُِ ‫ّللا ب‬ ُِ ‫ن َح ْمزَ ُة َ ب‬ ُْ ‫ْن ِش َهابُ َع‬ ُِ ‫ن اب‬ َُ ُ‫ل َح َّدثَنِي عقَيْل‬
ُْ ‫ع‬ َُ ‫ل َح َّدثَنِي اللَّيْثُ قَا‬ َ ‫َح َّدثَنَا‬
َُ ‫س ِعيدُ بْنُ عفَيْرُ قَا‬
‫اري‬ ِ َ‫ظف‬ ْ َ ‫ي َُي ْخرجُ فِي أ‬ ِ ‫حِ لَ َبنُ فَش َِربْتُ َحتَّى ِإنِي ََل َ َرى‬
َُّ ‫الر‬ ُ ‫ل َب ْينَا أَنَا نَائِمُ أتِيتُ ِبقَ َد‬ َُ ‫سلَّ َُم قَا‬ َُّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللا َعلَ ْي ُِه َو‬ َ ‫ّللا‬َُِّ ‫ل‬
َُ ‫س ِم ْعتُ َرسو‬ َ
‫ل ْال ِع ْل َُم‬َُ ‫ّللا قَا‬ َُ ‫ب قَالوا فَ َما أ َ َّو ْلتَهُ َيا َرسو‬
َُِّ ‫ل‬ ُِ ‫َطا‬ َّ ‫ض ِلي ع َم َُر بْنَُ ْالخ‬ ْ َ‫طيْتُ ف‬ َ ‫ث َُّم أ َ ْع‬.. ‫رواه البخارى‬

Terjemah: Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin ‘Ufair berkata, Telah menceritakan kepadaku Al
Laits berkata, Telah menceritakan kepadaku ‘Uqail dari Ibnu Syihab dari Hamzah bin Abdullah bin Umar
bahwa Ibnu Umar berkata: aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Ketika aku tidur, aku bermimpi
diberi segelas susu lalu aku meminumnya hingga aku melihat pemandangan yang bagus keluar
dari kuku-kukuku, kemudian aku berikan sisanya kepada sahabat muliaku Umar bin Al Khathab”.
Orang-orang bertanya: “Apa ta’wilnya wahai Rasulullah Saw.?” Beliau menjawab: “Ilmu”. (HR. Bukhari)
Seleksi & Klasifikasi Hadits

➔ Berdasarkan Ujung Sanad


1. Hadits Marfu’ (terangkat)
hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad SAW
2. Hadits Mauquf (terhenti)
hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara
perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu'
3. Hadits Maqtu’
hadits yang sanadnya berujung pada para Tabi'in (penerus)
Seleksi & Klasifikasi Hadits

➔ Berdasarkan Keutuhan Rantai Sanad


1. Hadits Musnad
urutan sanad yang dimiliki hadits tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu
2. Hadits Mursal
bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan langsung
kepada Rasulullah SAW
3. Hadits Munqati’
bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4 atau 3
4. Hadits Mu’dal
sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.
5. Hadits Mu’allaq
bila sanad terputus pada penutur 4 hingga penutur 1
Seleksi & Klasifikasi Hadits

➔ Berdasarkan Jumlah Penutur


1. Hadits Mutawatir
hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad
dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk
berdusta bersama akan hal itu
2. Hadits Ahad
hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai
tingkatan mutawatir
Seleksi & Klasifikasi Hadits

➔ Berdasarkan Tingkat Keaslian Hadits


● Hadits Sahih
○ Sanadnya bersambung.
○ Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak
fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
○ Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab
tersembunyi atau tidak nyata yg mencacatkan hadits.
● Hadits Hasan
hadits yang tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yang adil namun tidak
sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat.
Seleksi & Klasifikasi Hadits

➔ Berdasarkan Tingkat Keaslian Hadits


● Hadits Dhaif (lemah)
hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa mursal, mu’allaq, mudallas, munqati’
atau mu’dal)dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya,
mengandung kejanggalan atau cacat.
● Hadits Maudu
hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang
memiliki kemungkinan berdusta.
Metodologi Ijtihad
1. Qiyas
2. Maslahah Mursalah
3. Istihsan
4. Istishab
5. Urf
Qiyas
Kias (bahasa Arab: ‫قياس‬, translit. qiyās) artinya menggabungkan atau
menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru
yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam
sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu
sehingga dihukumi sama
Maslahah Mursalah
maslahah mursalah adalah sesuatu kejadian yang syara’ atau ijma tidak
menetapkan hukumnya dan tidak pula nyata ada illat yang menjadi dasar
syara menetapkan satu hukum,tetapi ada pula sesuatu yang munasabah
untuk kemaslahatan dan kebaikan umum
Istihsan
Istihsan (bahasa Arab: ‫ )استحسان‬adalah kecenderungan seseorang pada sesuatu
karena menganggapnya lebih baik, dan ini bisa bersifat lahiriah (hissiy)
ataupun maknawiah; meskipun hal itu dianggap tidak baik oleh orang lain.
atau dapat diartikan dengan penangguhan hukum seseorang mujtahid dari
hukum yang jelas (Alquran, sunnah, ijmak, dan qiyas) ke hukum yang samar-
samar (qiyas khafi, dll) karena kondisi atau keadaan darurat atau adat istiadat
Istishab
Istishab secara bahasa berarti pengakuan terhadap hubungan pernikahan.
Menurut istilah Ulama Ushul, ialah penatapan terhadap sesuatu berdasarkan
keadaan yang berlaku sebelumnya hingga adanya dalil yang menunjukkan
adanya perubahan tersebut. Atau menetapkan hukum yang sudah ditetapkan
pada masa lalu secara abadi berdasarkan keadaan, hingga terdapat dalil yang
menjunjukkan danya perubahan
Urf
Urf atau ‘Urf (bahasa Arab: ‫ )العرف‬merupakan istilah Islam yang dimaknai
sebagai adat kebiasaan. ‘Urf terbagi menjadi Ucapan atau Perbuatan dilihat
dari segi objeknya, menjadi Umum atau Khusus dari segi cakupannya, menjadi
Sah atau Rusak dari segi keabsahan menurut syariat. Para ulama ushul fiqih
bersepakat bahwa Adat (‘urf) yang sah ialah yang tidak bertentangan dengan
syari'at
Tanggapan terhadap Sunnah Tasri’yah, Sunnah Gahiaru Tasriyah, Khilafiyah,
dan Bidah.
1. Sunnah Tasriyah

Sunnah yang berdaya hukum untuk diikuti. Seperti penyempaian risalah dan penjelasan
terhadap Al-Quran, ucapan Rasul karena kedudukan sebagai Imam/Pemimpin, dan kedudukan
sebagai hakim dan Qadhi.

1. Sunnah Gahairu Tasriyah

Sunnah yang tidak mengikat dan tidak harus untuk diikuti. Sunnah ini muncul dari hajat
insan kehidupan manusia, pergaulan keseharian (kebiasaan), dan tindakan rasulullah dalam
keadaan dan lingkungan tertentu.
Tanggapan terhadap Sunnah Tasri’yah, Sunnah Gahiaru Tasriyah, Khilafiyah,
dan Bidah.
3. Khilafiyah

Khilafiyah atau ikhtilaf (perbedaan pendapat) dalam perkara apa saja, termasuk dalam
masalah-masalah pandangan agama adalah sangat wajar.

4. Bidah

Bidah adalah melakukan suatu ajaran yang mana tidak sesuai dengan yang
diajarkan..

Anda mungkin juga menyukai