Anda di halaman 1dari 34

DENGUE

HEMORRHAGIC
FEVER (DHF)

DISUSUN OLEH:
WIWIN WIDANINGSIH
 LILIS SULISTIAWATI
 HENDRA BUDIANTORO

PROGRAM STUDI S-1


KEPERAWATAN
STIKES BINA PUTRA BANJAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar Belakang

 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa


medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF)} adalah penyakit yg disebabkan o/ virus
dengue yg ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus.
 Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis
seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika
termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di
tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 m dpl.
Latar Belakang

 DBD bukanlah merupakan penyakit baru, nmn 7 th silam


penyakit inipun tlh menjangkiti 27 provinsi di Indonesia
dan menyebabkan 16.000 org menderita, serta 429 jiwa
meninggal dunia, hal ini tjd sepanjang bln Januari - April
1998 (Tempo, 2004).
 WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia
terinfeksi demam berdarah setiap tahun Penyakit ini
banyak ditemukan di daerah tropis seperti Asia Tenggara,
India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan air laut
Latar Belakang

 DBD merupakan suatu penyakit yg disebabkan


o/ virus dengue yg penularannya dari satu
penderita ke penderita lain disebarkan o/
nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu
langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyebaran DBD adalah dengan memotong
siklus penyebarannya dengan memberantas
nyamuk tersebut.
 Berbagai upaya pengendalian penyakit DBD tlh dilaksanakan
meliputi : promosi kesehatan ttg pemberantasan sarang
nyamuk, pencegahan & penanggulangan faktor resiko serta
kerja sama lintas program & lintas sektor terkait s.d. tingkat
desa /kelurahan utk pemberantasan sarang nyamuk. Masalah
utama dlm upaya menekan angka kesakitan DBD adlh belum
optimalnya upaya pergerakan peran serta masyarakat dlm
pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue.
B. Rumusan Masalah

Adapun beberapa masalah yang di rumuskan dalam


upaya penanggulangan demam berdarah antara lain :
1. Apa sebenarnya penyakit demam berdarah dengue dan apa
penyebabnya?
2. Bagaimana cara penularan penyakit demam berdarah dan
siklus hidup vektor penular penyakit DBD?
3. Seperti apa patogenitas DBD terhadap manusia?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit DBD ?
5. Bagaimana cara memberantas penyakit demam berdarah agar
tidak mewabah ?
6. Apa saja cara pengobatan penyakit demam berdarah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memberi pengetahuan mengenai penyakit demam berdarah
dengue dan penyebabnya.
2. Memberi pengetahuan tentang cara penularan dan vektor
penyakit demam berdarah
3. Memberi pengetahuan tentang patogenitas DBD
4. Memberikan informasi tentang cara pemberantasan penyakit
demam berdarah.
5. Memberikan pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit
demam berdarah.
6. Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit
demam berdarah tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa
medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF)} adlh penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
kapiler dan pada sistem pembekuan darah,
sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
B. TANDA DAN GEJALA
Masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang
virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai
tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
 Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).
 Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura)
perdarahan.
 Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa
lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
 Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
 Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
B. TANDA DAN GEJALA

 Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi


penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3
(Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas
20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
 Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,
muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut,
diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
 Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
 Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan
pegal/sakit pada persendian.
 Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah
C. Vector Penyakit DBD
1. Klasifikasi vector penyakit DBD
Aedes aegypti
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Culicidae

Genus : Aedes

Upagenus : Stegomyia

Spesies : Ae. aegypti


C. Vector Penyakit DBD

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang


dapat membawa virus dengue penyebab penyakit
demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga
merupakan pembawa virus demam kuning (yellow
fever) dan chikungunya.

Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir


semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai
pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan
pembawa utama (primary vector) dan bersama
Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran
dengue di desa dan kota
C. Vector Penyakit DBD

Bila nyamuk Aedes menghisap darah manusia


yang sedang mengalami viremia, maka nyamuk
tersebut terinfeksi oleh virus Dengue dan sekali
menjadi nyamuk yang infektif maka akan
infektif selamanya (Putman JL dan Scott TW.,
1996).
Virus yang masuk dalam tubuh nyamuk
membutuhkan waktu 8-10 hari untuk menjadi
nyamuk infektif bagi manusia dan masa
tersebut dikenal sebagai masa inkubasi
eksternal (WHO, 1997).
C. Vector Penyakit DBD
2. Ciri dan Morfologi
Aedes aegypti dewasa memiliki
ukuran sedang dengan tubuh
berwarna hitam kecoklatan. Tubuh
dan tungkainya ditutupi sisik
dengan gari-garis putih keperakan.
Di bagian punggung (dorsal)
tubuhnya tampak dua garis
melengkung vertikal di bagian kiri
dan kanan yang menjadi ciri dari
spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh
nyamuk pada umumnya mudah
rontok atau terlepas sehingga
menyulitkan identifikasi pada
nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan
warna nyamuk jenis ini kerap
berbeda antar populasi, tergantung
dari kondisi lingkungan dan nutrisi
yang diperoleh nyamuk selama
perkembangan.
2. Ciri dan Morfologi
 Nyamuk dewasa mempunyai ciri pada
tubuhnya yang berwarna hitam
mempunyai bercak-bercak putih
keperakan atau putih kekuningan,
dibagian dorsal dari thorak terdapat
bercak yang khas berupa 2 garis sejajar
di bagian tengah dan 2 garis lengkung
di tepinya. Aedes albopictus tidak
mempunyai garis melengkung pada
thoraknya. Larva Aedes mempunyai
bentuk siphon yang tidak langsing dan
hanya memiliki satu pasang hair tuft
serta pecten yang tumbuh tidak
sempurna dan posisi larva Aedes pada
air biasanya membentuk sudut pada
permukaan atas.
2. Ciri dan Morfologi

 Nyamuk betina meletakkan


telurnya di atas permukaan air
dalam keadaan menempel pada
dinding tempat perindukannya.
Telur Aedes aegyptimempunyai
dinding yang bergaris-garis dan
membentuk bangunan
menyerupai gambaran kain kasa.
Seekor nyamuk betina dapat
meletakkan rata-rata sebanyak
100 butir telur tiap kali bertelur.
Pertumbuhan dari telur sampai
menjadi dewasa memerlukan
waktu kira-kira 9 hari (Srisasi G et
al., 2000).
D. Perilaku dan Siklus Hidup Aedes aegypti
 Aedes aegyptibersifat diurnal atau aktif pada pagi
hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh
nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang
mengisap darah.
Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia
pada siang hari. Pengisapan darah dilakukan dari
pagi sampai petang dengan dua puncak yaitu setelah
matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari
terbenam (15.00-17.00) (Srisasi G et al., 2000).
Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti umumnya
memiliki habitat di lingkungan perumahan, di mana
terdapat banyak genangan air bersih dalam bak
mandi ataupun tempayan  bersifat Urban
D. Perilaku dan Siklus Hidup Aedes aegypti
 Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegyptidari telur
hingga dewasa  sekitar 10-12 hari dan umur nyamuk
Aedes aegypti betina  antara 2 minggu sampai 3 bulan
atau rata-rata 1,5 bulan, tergantung dari suhu kelembaban
udara sekelilingnya (Biswas et al., 1997)

 Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang


disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 
sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah
menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa
bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa
keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk
dewasa  7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika
kondisi lingkungan tidak mendukung.

 Mampu hidup pada temperatur 8oC - 37oC.


E. Patogenitas DBD
 Virus Dengue termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviridae,
yang dibedakan menjadi 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3
dan DEN 4. Keempat serotipe virus ini terdapat di Indonesia
dan dilaporkan bahwa serotipe virus DEN 3 sering
menimbulkan wabah, sedang di Thailand penyebab wabah
yang dominan adalah virus DEN 2 (Syahrurahman A et al.,
1995).
 Manifestasi klinik terwujud sebagai akibat adanya kebocoran
plasma dari pembuluh darah perifer ke jaringan sekitar.
Infeksi virus Dengue dapat bersifat asimtomatik atau
simtomatik yang meliputi panas tidak jelas penyebabnya
(Dengue Fever, DF), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan
demam berdarah dengan renjatan (DSS) dengan manifestasi
klinik demam bifasik disertai gejala nyeri kepala, nyeri sendi,
nyeri otot, dan timbulnya ruam pada kulit ( Soegijanto S.,
2004).
E. Patogenitas DBD

 Patofisiologi primer DBD dan Dengue Shock Syndrom


(DSS) adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler
yang diikuti kebocoran plasma ke dalam ruang
ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi
dan penurunan tekanan darah (Gambar 2.1). Volume
plasma menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat,
yang didukung penemuan post mortem meliputi efusi
serosa, efusi pleura, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemi (Soedarmo, 2002).
 Patogenesis DBD masih kontroversial dan masing-masing
hanya dapat menjelaskan satu atau beberapa manifestasi
kliniknya dan belum dapat menjelaskan secara utuh
keseluruhan fenomena (Soetjipto et al., 2000).
1. Lingkungan  PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain
dengan menggunakan ikan
pemakan jentik (ikan adu/ikan
cupang), dan bakteri (Bt.H-14).

Peran pemangsa yang dimainkan


oleh copepod crustacea (sejenis
udang-udangan) telah
didokumentasikan pada tahun
1930-1950 sebagai predator yang
efektif terhadap Aedes aegypti (Kay
BH., 1996).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain
dengan:
 pengasapan (fogging) (dengan
menggunakan malathion dan
fenthion), berguna untuk
mengurangi kemungkinan
penularan sampai batas waktu
tertentu.
 Memberikan bubuk abate
(temephos) pada tempat-tempat
penampungan air seperti gentong
air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
A. Model Terjadinya Penyakit DBD
 Agent
Nyamuk Aedes aegypti merupakan pembawa virus
dari penyakit Demam Berdarah. Cara penyebarannya
melalui nyamuk yang menggigit seseorang yang sudah
terinfeksi virus demam berdarah. Virus ini akan
terbawa dalam kelenjar ludah si nyamuk. Kemudian
nyamuk ini menggigit orang sehat. Bersamaan dengan
terhisapnya darah dari orang yang sehat, virus demam
berdarah juga berpindah ke orang tersebut dan
menyebabkan orang sehat tadi terinfeksi virus demam
berdarah.
 Host/pejamu
Manusia tergigit oleh nyamuk Aedes yang telah
memiliki virus DBD di dalam tubuhnya, virus DBD
menginfasi kedalam tubuh. Ketika sistem imun
melemah, virus ini aktif berkembang biak dan
memulai infasi dan menginfeksi trombosit.

 Lingkungan
Bak penampungan air yang tidak pernah dikuras dan
tanpa penutup merupakan lokasi perkembang
biakan nyamuk Aedes Aegypty.
B. Perjalanan Alamiah Penyakit Demam Berdarah

 Fase prepatogenesis
Fase Susepteble : agent (nyamuk aedes aegypti) sudah
terinfeksi virus dangue dari host yang satu yang
menderita penyakit DBD tetapi agent belum
menularkan virus dangue pada host yang lain,
sehingga host tersebut belum terinfesi virus dangue.
 Fase fatogenesis
 Fase presimtomatis : host sudah terinfeksi virus
dangue tetapi gejalanya belum tampak namun
apabila dilakukan pemeriksaan diagnostik maka
akan didapat peningkatan leukosit dan penurunan
trombosit.
 Fase klinis : infeksi virus semakin meluas, muncul
tanda-dan gejala DBD.
Masa inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang
terserang virus dengue. Selanjutnya penderita akan
menampakkan berbagai tanda dan gejala demam
berdarah.

 Fase ketidakmampuan : apabila pengobatan berhasil,


maka penderita akan sembuh sempurna tetapi apabila
penyakit tidak ditangani dengan segera atau
pengobatan yang dilakukan tidak berhasil maka akan
mengakibatkan kematian.
C. Tahap-Tahap Pencegahan
Primer Skunder Tersier
Promosi kesehatan :  Program pemeriksaan  Upayakan pemberian cairan
 Penyuluhan kesehatan berkala seperti pemeriksaan yang adekuat.
tentang penyakit DBD dan lingkungan tempat tinggal  Menganjurkan makan
cara memelihara lingkungan oleh petugas kesehatan makanan yang bergizi dan
yang baik seperti melakukan lingkungan. usahakan makan dalam
tindakan 3M (menguras,  Melakukan pemberantasan kuantitas yang banyak
mengubur, menutup) nyamuk dan sarang- terutama makanan yang
 Upaya untuk pencegahan sarangnya dengan banyak mengandung
DBD ditunjukkan pada penyemprotan (foging) protein.
pemberantasan nyamuk  Pemberian obat demam  Mengusahakan pasien yang
beserta tempat bedarah. dalam masa pemulihan agar
perkembangbiakannya  Memberikan jus jambu. terhindar dari gigitan
nyamuk lagi.
 Melakukan donor darah
KASUS KLB DHF
Kota Bogor

Bandungekspres.co.id. Sejumlah pasien DBD di RSUD Kota Bogor


menggunakan Velbed tentara, yang di tempatkan di ruangan VIP, Jumat
(29/01/2016).
Bandungekspres.co.id– Penderita demam berdarah dengue (DBD) di
Kota Bogor semakin hari semakin meningkat. Akibatnya RSUD Kota Bogor kini
dibanjir orang sakit. Tercatat hingga kemarin, terdata 169 pasien yang di rawat.
Jumlah pasien ini sejatinya sudah overload, namun pihak RSUD berinisiatif
mengisi 15 ruang VIP dengan meminjam ekstra bed milik TNI.
“Rekapitulasi pasien dari tanggal 1 hingga 29 Januari sebanyak 169
pasien. Kota Bogor 76 orang, dan 93 warga Kabupaten Bogor. Setiap hari terus
meningkat,” ujar Direktur RSUD Kota Bogor Dewi Basmala kepada Radar,
kemarin.
RSUD kata dia, mempunyai keterbatasan kasur, dan kamar pun sudah
penuh. Dewi pun harus memutar otak agar pasien yang datang bisa dilayani.
Hingga pihaknya mensiasati untuk meminjam ranjang yang biasa digunakan
para tentara.
“Kita cuma punya 207 bed. Itupun nyampur box bayi, anak-anak dan
dewasa. Jadi saya telepon TNI Yonif 315/garuda untuk pinjam Velbed.
Alhamdulillah 40 tempat tidur lipat langsung diantarkan. Karena untuk hari ini
saja 57 orang yang masuk RSUD,” ungkapnya.
Dia berprinsip, sebagai rumah sakit milik pemerintah, pihaknya tidak
ingin sampai ada kasus penolakan pasien. Hingga 15 ruangan VIP di rumah
sakit dia putuskan untuk digunakan pasein yang menggunakan ektrabed dari
tentara tersebut. “Dari 18 ruang VIP, kita gunakan untuk ruang bed tambahan.
Dalam satu ruangan, ada enam hingga delapan pasien. Dirata-ratakan sehari
sekitar 10 sampai 15 pasien yang masuk,” katanya.
KOTA BANJAR
Berita Banjar, (harapanrakyat.com),-
Wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota
Banjar, Jawa Barat, kembali menelan korban
jiwa. Kali ini, seorang bayi laki-laki yang masih
berusia lima bulan, meninggal dunia akibat DBD,
Jum’at dini hari tadi (12/02/2016), sekitar jam
00.15 WIB, di RS Mitra Idaman Banjar.
Bayi bernama Ataya Kanaya Aldari, putra pertama
pasangan Rudianto (26) dan Dwi Rahmawati
(22), warga Parunglesang, RT.6/9, Kel/Kec.
Banjar, Kota Banjar, meninggal dunia saat di
rawat di Rumah Sakit Mitra Idaman.
Rudianto, mengatakan, anaknya mengalami demam sejak Jum’at
(05/02/2016), kemudian ia membawanya ke bidan. Karena
demam dan panasnya terus tinggi, pada hari Sabtu (06/02/2016),
dia pun membawa anaknya dirujuk ke RSUD Kota Banjar.
Saat dirawat, pihak RSUD mengatakan bahwa anaknya mengalami
demam biasa akibat dari bakteri yang ada pada botol susu (dot).
“Saat dirawat di RSUD, anak saya perutnya kembung dan setelah
dicek darah ternyata DBD,” tuturnya, kepada HR Online, saat ditemui
di rumahnya.
Rudianto menambahkan, karena keterbatasan alat di RSUD Banjar,
kemudian korban dirujuk ke RSU Tasikmalaya, Bandung, dan
Purwokerto. Namun, semua tempat di ketiga rumah sakit tersebut
penuh, sehingga kembali lagi ke RSUD Banjar pada hari Rabu
(10/02/2016).
“Di RSUD Banjar hanya setengah hari, kemudian dirujuk ke Rumah
Sakit Mitra Idaman. Tapi belum juga mendapat perawatan lebih
lanjut, anak saya akhirnya menghembuskan nafas terakhir di RS
Mitra Idaman,” ucap Rudianto.
Kini, kedua orang tua korban bayi tersebut merasa terpukul dengan
meninggalnya sang buah hati. Kemudian kedua orang tuanya
membawa pulang jenazah anaknya untuk dimakamkan.

Anda mungkin juga menyukai