Anda di halaman 1dari 42

TUTORIAL SKENARIO 3

BLOK 11
drg. Juli Harnida Purwaningayu
Kelompok 10
Salmah
Hilman Muhammad
erlita Ismi aulia
muzadi zainal fikri
hardiah

M. Ikhlasul Maharani Khairunnisa


Mardhiati
amal s dwi a amalia p

Dewi
Mustika
Hanna sari nurmina
meisy riana
puteri r
INGIN CABUT GIGI TAPI TAKUT

Laki-laki 45 tahun dating ke praktek dokter gigi ingin mencabutkan gigi sisa
akar depan atas. Pada anamnesa didapatkan bahwa pasien belum pernah melakukan
tindakan pencabutan gigi, pasien pernah melakukan tindakan ekstraksi gigi 41 kurang
lebih 6 bulan yang lalu di praktek dokter gigi, namun tertunda karena immediate injeksi
anestesi infiltrasi labial, pasien merasa bahwa bibir bawah depannya sangat gatal dan
disertai muncul rasa dibagian tubuh, karena kejadian tersebut dokter gigi yang
merawat memutuskan untuk menunda tindakan.
IDENTIFIKASI DAN
ANALISIS MASALAH
Apakah Alternatif lain anastesi
selain skenario? Bisa menggunakan chloretil pada anak-anak..
Kandungan apa yang membuat
px alergi? SB
Indikasi dan kontraindikasi dari Indikasi: Px yang sangat membutuhkan anastesi, Kontraindikasi: Px yang alergi dan px yang
anastesi infiltrasi? mempunya penyakit sistemik.
Mekanisme dari alergi dalam
skenario? SB

Jenis-jenis Anastesi?
Topikal,Infiltrsi,dan Blok

Tindakan Awal yang dilakukan? Mengganti bahan larutan anastesi, menyesuaikan dosis, serta px yang mengalami syo berat bisa
direbahkan dan kaki lebih meninngi dari kepala dan diberikan oksigen

Prognosis pada skenario?


SB
Apakah diperlukan pemeriksaan
penunjang? Tentu perlu, ex: skin test
Bagaimana jika tetap dilakukan
pencautan gigi? SB

Terapi yang tepat untuk px?


Pemberian antihistamin dan kortikosteroid
Efek alergi dari anastesi selain
diskenario? Terjadi pembengkakan,gatal.
Tindakan yang dilakukan drg
selama penundaan pencabutan? menghilangkan alergi px terlebih dahulu yaitu dengan pemberian antihistamin
Berapa la ma effek alergi muncul
setelah dilakukan anastesi? tidak perlu waktulama karena merupakan tipe hipersensitivitas 1 yang reaksinya cepat.
PROBLEM TREE
Laki-laki
45 tahun

Alergi terhadap
bahan anestesi
lokal Definisi
Definisi

Indikasi
Kontra-indikasi Etiologi

Klasifikasi
Mekanisme
Alergi
Syarat-syarat Hipersensitivitas
Anestesi lokal
obat 1
Tingkat
keparahan
Mekanisme
Pemeriksaan
penunjang
Golongan

Penatalaksanaan
Komplikasi
SASARAN BELAJAR
1. Menjelaskan definisi anastesi lokal
2. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi anastesi lokal
3. Menjelaskan klasifikasi anastesi lokal
4. Menjelaskan syarat-syarat obat anastesi lokal
5. Menjelaskan mekanisme obat anestesi lokal
6. Menjelaskan golongan obat anastesi lokal
7. Menjelaskan komplikasi anastesi lokal
8. Menjelaskan definisi alergi atau hipersensitivitas tipe 1
9. Menjelaskan mekanisme alergi atau hipersensitivitas tipe 1
10. Menjelaskan tingkat keparahan alergi atau hipersensitivitas tipe 1
11. Menjelaskan pemeriksaan penunjang alergi atau hipersensitivitas tipe 1
12. Menjelaskan penatalaksanaan alergi atau hipersensitivitas tipe 1
ANASTESI LOKAL
DEFINISI ANASTESI LOKAL
Anestesi melakukan tindakan untuk memperoleh anesthesia
(hilangnya semua sensasi)

Anestesi kondisi tidak sadar dengan menambahkan analgesik dan


relaksan otot agar timbul anesthesia seimbang
umum
Anestesi tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada
satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan
lokal topikal atau suntikan tanpa menghilangkan kesadaran.

N, Sumawinata. Anestesi Lokal Dalam Perawatan Konservasi Gigi. Jakarta:EGC. 2013


Mitchell, Laura. Handbook of Clinical Dentistry. Ed 5. Jakarta:EGC. 2014
Penderita dalam
Terdapat
keadaan sadar suatu infeksi
dan kooperatif
Pasien Usia
dengan penderita
kelainan terlalu tua/di
Tekniknya relatif darah bawah umur
Dapat diberikan
sederhana dan
pada penderita
presentase

KONTRA-
yg keadaan
kegagalan dalam
umumnya
penggunaannya
kurang baik.

INDIKASI
relatif kecil

Pasien tidak
kooperatif
INDIKASI Alergi
terhadap
semua
anestesikum

Dapat digunakan
sesuai dengan Pada daerah yg
yang diinjeksi tidak Letak
dikehendaki terdapat Anomali
jaringan
pada daerah pembengkakan rahang
anatomi tertentu terlalu dalam

Howe, GL. Et al. Anestesi Lokal. Edisi 3. Jakarta:Hipokrates. 1994


Mitchell, Laura. Handbook of Clinical Dentistry. Ed 5. Jakarta:EGC. 2014
MACAM-MACAM ANESTESI LOKAL
■ Secara umum
Refrigeration • Untuk membekukan protoplasma sel-sel akhiran saraf sensible
anestesi sehingga mengadakan keadaan anestesi
• Anestetikum dioleskan pada membrane mukosa pada daerah
Topikal anestesi tertentu dengan konsentrasi yang kuat dan tinggi dann kita
lakukan langsung diatas jaringan yang akan di anestesi
• Akhiran saraf sensible didaerah operasi diblokir langsung dan
metode ini dipakai dengan syarat dalam operasi yang kecil,
Infiltrasi anestesi
operasi tidak akan makan waktu lama dan daerah itu tidak
mengalami infeksi
• Batang saraf diblokir pada tempat-tempat dimana saja, asal
Nerve blocking diantara otak dan daerah operasi
anestesi
• Digunakan apabila dimana infiltrasi anestesi tidak bias dipakai
INFILTRASI ANESTESI
■ Tujuan : menempatkan anestesi local di superperiosteal, sedekat mungkin dengan
apeks gigi yang akan dianestesi
■ Anestesi local akan berdifusi melalui periosteum dan tulang untuk membasahi saraf
sekitar apical gigi

Tarik pipi dan bibir agar


mukosa tegang dan Dekat apical gigi Tarik
masukan jarum sedikit dan depositkan
sepanjang sumbu anestesi local perlahan-
panjang gigi ke arah lahan
tulang

■ Untuk infiltrasi palatum, bukal harus teranestesi terlebih dahulu dan baru lakukan
infiltrasi dipapila interdental, lalu suntik mukosa palatum dan depositkan sedikit
demi sedikit anestesi local dengan tekanan

Mitchell, Laura. Handbook of Clinical Dentistry. Ed 5. Jakarta:EGC. 2014


SYARAT-SYARAT OBAT ANESTESI LOKAL
Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara
permanen
Batas keamanan harus lebar

Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan


setempat membran mukosa
Waktu kerja harus sesingkat mungkin dan reaksi obat
bertahan dalam jangka waktu yg cukup lama
Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil
juga terhadap pemanasan

Howe, GL. Et al. Anestesi Lokal. Edisi 3. Jakarta:Hipokrates. 1994


MEKANISME OBAT
ANESTESI LOKAL
■ Pusat mekaisme kerjanya di membran
Sel
■ Anastesi Lokal menghambat penerusan
impuls dengan jalan menurunkan
permeabilitas membran sel saraf untuk
ion-natrium.
■ Hal ini disebabkan adanya persaingan
dengan ion-kalsium yang berdekatan
degan saluran natrium di membran
neuron.
■ Pada waktu bersamaan, akibat
turunnya depolarisasi, ambang
kepekaan terhadap rangsangan listrik
lambat laun meningkat, sehingga
akhirnya terjadi kehilngan rasa
setempat secara reversible.
Hoant Tan, Obat-obat penting, edisi 6, 2011
GOLONGAN OBAT ANESTESI LOKAL
AMIDA-
AMIDA ESTER QUINOLINE
ESTER
Benzoid acid
Lidokain •Butakain
•Kokain
•Etil amino benzoat
•Heksilkain
•Piperokain
Mepivakain •Tetrakain

Artikain Centbucridine
Para aminobenzoid
Prilokain acid
•Klorprokain
•Prokain
•Propoksikain
Bupivakain

Narlan, S. Anestesia Lokal Dalam Perawatan Konservasi Gigi. Jakarta:EGC. 2013


Malamed, SF. Hanbook of Local Anesthesia. Ed 6. St. Louis. Elsevier. 2014
PERBEDAAN GOLONGAN ESTER DAN
AMIDA
Ester Amida
Metebolisme : plasma chlinestrases dan Metebolisme : dalam hati
liver
Hasil kombinasi : para-amino benzoic acid Hasil kombinasi : aromatic amine dan
dan amino alcohol amino acid

Tidak stabil dalam larutan berdifusi buruk Stabil dalam larutan berdifusi segera
melalui jaringan melalui jaringan

Nilai pka tinggi Nilai pka rendah


Menghasilkan intensitas yang kurang dan Menghasilkan lebih intensitas dan anastesi
anastesi yang pendek yang lama

Alergi sering terjadi Jarang menyebabkan alergi


Spencer S.R. Local Anesthetics : Clinical Anesthesia. 5th Edition. Philadelpia: Lippincott Williams and Wilkins, 2006
AMIDA
Lidokain
■ Alergenitas rendah
■ Durasi kerja : 2-3 menit
■ Cenderung menyebar dengan baik keseluruh tubuh
■ Digunakan untuk : anestesi topical, infiltrasi, block, spinal, epidural, kaudal, juga
digunakan secara intravena (mengobati aritmia jantung selama pembedahan)
■ Lidokain 2% (infiltasi dan block)
■ Lidokain untuk anestesi topical : salep 5%, semprotan/spray 10%
■ Anestesi jar. Pulpa : 1-1,5 jam
■ Anestesi jar. Lunak : 3-4 jam

Narlan, S. Anestesia Lokal Dalam Perawatan Konservasi Gigi. Jakarta:EGC. 2013


Laurence LB, John SL, dan Keith LP. Goodman and Gilmans’s : The Pharmacological Basic of Therapeutics. Edisi 11.
USA:The Mc-Graw Hill Companies. 2006
AMIDA
Mepivakain
■ Kecepatan kerja obat, durasi, potensi, dan
toksisitasnya sama dengan lidokain
■ Secara topical tidak efektif
■ Digunakan untuk : infiltrasi, blok, spinal, epidural,
kaudal
■ Dosis di KG : 2% + lefonordefrin
■ Lebih sedikit menimbulkan vasodilatasi
disbanding lidokain

Narlan, S. Anestesia Lokal Dalam Perawatan Konservasi Gigi. Jakarta:EGC. 2013


Laurence LB, John SL, dan Keith LP. Goodman and Gilmans’s : The Pharmacological Basic of Therapeutics. Edisi 11.
USA:The Mc-Graw Hill Companies. 2006
AMIDA
Prilokain
■ Tidak begitu toksik
■ Durasi kerja sedikit lebih lama dari lidokain dan
mepivakain
■ Digunakan untuk : blok, infiltrasi, epidural, kaudal
■ KG : khususnya yang memerlukan durasi
anastesia yang lama atau bila diperlukan epinefrin
yang paling rendah

Narlan, S. Anestesia Lokal Dalam Perawatan Konservasi Gigi. Jakarta:EGC. 2013


Laurence LB, John SL, dan Keith LP. Goodman and Gilmans’s : The Pharmacological Basic of Therapeutics. Edisi 11.
USA:The Mc-Graw Hill Companies. 2006
AMIDA
Bupivakain
■ Lebih poten dari tiga lainnya
■ Sangat kurang toksik
■ Durasi anastesia lama

Narlan, S. Anestesia Lokal Dalam Perawatan Konservasi Gigi. Jakarta:EGC. 2013


Laurence LB, John SL, dan Keith LP. Goodman and Gilmans’s : The Pharmacological Basic of Therapeutics. Edisi 11.
USA:The Mc-Graw Hill Companies. 2006
ESTER
PROKAIN
■ Efek vasodilatasi paling kuat
■ Durasi anesthesia : 15-30 menit
■ Tidak memberikan efek anestesi terhadap jar.
Pulpa

Narlan, S. Anestesia Lokal Dalam Perawatan Konservasi Gigi. Jakarta:EGC. 2013


Laurence LB, John SL, dan Keith LP. Goodman and Gilmans’s : The Pharmacological Basic of Therapeutics. Edisi 11.
USA:The Mc-Graw Hill Companies. 2006
ESTER
Proparakain

■ Durasi kerja : 2-3 menit


■ Toksisitas tinggi (jadi obat tidak diberikan secara tunggal, melainkan
dikombinasikan dengan prokain)

Narlan, S. Anestesia Lokal Dalam Perawatan Konservasi Gigi. Jakarta:EGC. 2013


Laurence LB, John SL, dan Keith LP. Goodman and Gilmans’s : The Pharmacological Basic of Therapeutics. Edisi 11.
USA:The Mc-Graw Hill Companies. 2006
AMIDA-ESTER
Artikain
■ Potensi 1.5 kali potensi lidokain
■ Potensi 1.9 kali potensi prokain
■ Toksisitas 0.6 kali lidokain
■ Toksisitas 0.8 kali prokain
■ Efek vasodilatasi sama dengan lidokain
■ Kontraindikasi : pasien mengidap methemoglobinemia ideopatik/kongenital,
anemia, gagal nafas, gagal jantung yang terlihat adanya hipoksia

Narlan, S. Anestesia Lokal Dalam Perawatan Konservasi Gigi. Jakarta:EGC. 2013


Laurence LB, John SL, dan Keith LP. Goodman and Gilmans’s : The Pharmacological Basic of Therapeutics. Edisi 11.
USA:The Mc-Graw Hill Companies. 2006
QUINOLINE
Centribucridine

■ Potensi 5-8 kali lidokain


■ Durasi kerja sama dengan lidokain
■ Tidak mempengaruhi SSP dan system Cardiovaskular, kecuali jika dosisnya tinggi

Narlan, S. Anestesia Lokal Dalam Perawatan Konservasi Gigi. Jakarta:EGC. 2013


Laurence LB, John SL, dan Keith LP. Goodman and Gilmans’s : The Pharmacological Basic of Therapeutics. Edisi 11.
USA:The Mc-Graw Hill Companies. 2006
KOMPLIKASI ANESTESI LOKAL
Oedema Rasa terbakar
Nyeri pada saat
Patah jarum (pembengkakan pada saat
infeksi
jaringan) injeksi

Parasthesia Trismus Hematoma Infeksi

Paralysis saraf
Syok anafilaksis
fasialis

Narlan, S. Anestesia Lokal Dalam Perawatan Konservasi Gigi. Jakarta:EGC. 2013


Laurence LB, John SL, dan Keith LP. Goodman and Gilmans’s : The Pharmacological Basic of Therapeutics. Edisi 11.
USA:The Mc-Graw Hill Companies. 2006
HIPERSENSITIVITAS
TIPE MEKANISME IMUN LESI HISTOPATOLOGIS KELAINAN PROTOTIP
Hipersensitifitas Segera (tipe 1) Produksi antibody IgE -> Dilatasi vascular, edema, Anafilaksis; alergi; asma bronkial
pelepasan segera amine kontraksi otot polos, produksi (bentuk atopic)
vasoaktif dan mediator lain dari mucus, jejas jaringan, inflamasi.
sel mast; pemanggilan sel
inflamasi kemudian
Hipersensitifitas yang Produksi IgG, IgM -> mengikat Fagositosis dan lisis sel; Anemia hemolitik autoimun;
diperantarai antibody (tipe 2) antigen pada sel sasaran atau inflamasi; pada sebagian sindrom goodpasture
jaringan -> fagositosis atau lisis penyakit, kelainan fungsional
sel sasaran oleh komplemen tanpa jejas sel atau jaringan.
yang teraktivasi atau reseptor FC;
pemanggilan leukosit.

Hipersensitifitas yang Pengendapan kompleks antigen- Inflamasi, vasculitis bersifat Lupus eritematousus sistemik;
diperantarai kompleks imun (tipe antibody -> aktivasi komplemen ; nekrotik (nekrosis fibrinoid) sebagian bentuk
3) pemanggilan leukosit oleh glomerulonephritis; penyakit
produk komplemen dan reseptor serum; reaksi arthus
FC -> pelepasan enzim dan
molekul lain yang toksik.

Hipersensitifitas yang Limfosit T teraktivasi -> (1) Sebukan seluler perivascular; Dermatitis kontak; sclerosis
diperantarai sel (tipe 4) pelepasan sitokin, inflamasi dan edema; pembentukan multiple; diabetes tipe 1,
aktivasi makrofag; (2) granuloma, destruksi sel tuberkulosis
sitotoksisitas yang diperantarai
sel T
ALERGI TERHADAP OBAT
ANESTESI
Hipersensitivitas type 1
DEFINISI ALERGI (HIPERSENSITIVITAS 1)

Hipersensitivas
suatu respon antigenic yang berlebihan yang
terjadi pada individu yang sebelumnya telah
mengalami suatu sensitisasi dengan antigen atau
allergen tertentu
Reaksi obat
alergi reaksi hipersensitivitas oleh karena penggunaan
obat adalah salah satu bentuk reaksi simpang
obat yang dihasilkan dari respon imunologik
terhadap atau metabolitnya

Maria MN. Shok Anafilaksis Akibat Anestesi Lokal Menggunakan Lidokain. Jurnal Kesehatan Gigi. Vol 1 : 2. Agustus 2013
FAKTOR PENYEBAB
(HIPERSENSITIVITAS 1)
Faktor Internal Faktor Eksternal

•Genetic •Faktor Fisik ( dingin,


•Mukosa dinding panas, hujan )
saluran cerna belum •Faktor Psikis ( sedih,
matang. stress)
•Makanan

Kumar, V; Coran, R S; Robbins, S L.. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta: EGC. 2015
Maria MN. Shok Anafilaksis Akibat Anestesi Lokal Menggunakan Lidokain. Jurnal Kesehatan Gigi. Vol 1 : 2. Agustus 2013
MEKANISME ALERGI
(HIPERSENSITIVITAS 1)
■ Antigen masuk ke tubuh >
ditangkap fagosit> diproses dan
dipresentasikan ke sel Th2 > sel
yang akhir melepas sitokin >
merangsang sel B membentuk
IgE > IgE diikat oleh sel yang
memiliki reseptor untuk IgE (ex:
sel mast, basofil, dan eosinofil)

Kumar, V; Coran, R S; Robbins, S L.. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta: EGC. 2015
MEKANISME ALERGI
(HIPERSENSITIVITAS 1)
■ Jika tubuh terpajan ulang dengan
alergen yang sama > alergen
yang masuk ke tubuh akan diikat
IgE (spesifik) pada permukaan
sel mast > degranulasi sel mast
> mengeluarkan berbagai
mediator antara lain histamin
yang didapat dalam granul-
granul sel dan menimbulkan
gejala pada reaksi
hipersensitivitas tipe 1.

Kumar, V; Coran, R S; Robbins, S L.. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta: EGC. 2015
MEKANISME ALERGI
(HIPERSENSITIVITAS 1)
■ Selain histamin, mediator lain
seperti prostaglandin dan
leukotin yang dihasilkan
metabolisme asam arakidonat,
berperan pada fase lambat dari
reaksi tipe 1 yang sering timbul
beberapa jam sesudah kontak
dengan alergen.

Kumar, V; Coran, R S; Robbins, S L.. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta: EGC. 2015
TINGKAT KEPARAHAN ALERGI (HIPERSENSITIVITAS 1)
GRADE 1 GRADE 2 GRADE 3 GRADE 4
Grade 1 sign + Grade 2 sign +
Cutaneus Cardiovascular Cardiovascular Cardiovascular
• Erythema • Hypotensi • Cardiovascular collapse • Pulseless electrical
• Pruritus • Takikardia • Profunda hypotensi activity
• Urtikaria • Bradikardia • Cardiac arrest
• Angiodema • dysrhytmi

Respiratory Respiratory
• Dyspnoea • Bronchospasm
• Wheezing • Hipoksia

Gastrointestinal Gastrointestinal
• Nausea • Incontinence
• Muntah-muntah
• Diare
• Nyeri perut

Neurologic
• Kehilangan kesadaran
JM Dippenaar dan S Naidoo. Allergic Reactions and Anaphylaxis During Anesthesia. Current Allergy and Clinical Immunology Journal. Vol 28 : 1. Maret 2015
PEMERIKSAAN PENUNJANG
ALERGI (HIPERSENSITIVITAS 1)
Skin Prick Test
untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan
(Tes tusuk)

Patch Tes
untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada
(Tes Tempel)
penyakit dermatitis atau eksim
RAST
untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan
(Radio Allergo
Sorbent Test)
Skin Test
untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan
(Tes kulit)

Tes Provokasi
untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, dapat
juga untuk alergen hirup.

Maria MN. Shok Anafilaksis Akibat Anestesi Lokal Menggunakan Lidokain. Jurnal Kesehatan Gigi. Vol 1 : 2. Agustus 2013
PENATALAKSANAAN
ALERGI (HIPERSENSITIVITAS 1)
■ Ketika pasien menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang sugestif dari reaksi alergi,
kemungkinan penyebab alternatif harus dipertimbangkan seperti kontak dengan
alergen umum lainnya, dosis toksik atau reaksi psikogenik.
■ Kemungkinan penyebab dari gejala yang dialami harus didiskusikan dengan pasien.

Maria MN. Shok Anafilaksis Akibat Anestesi Lokal Menggunakan Lidokain. Jurnal Kesehatan Gigi. Vol 1 : 2. Agustus 2013
PENATALAKSANAAN
ALERGI (HIPERSENSITIVITAS 1)

Tunggu
Pertahankan
Tempatkan pemulihan
Hentikan jalan nafas
pada posisi spontan
prosedur! (berikan
terlentang (dalam 30
oksigen)
menit)
Kecuali secara tragis
kejadian seperti infark
miokard muncul, pada
keadaan seperti itu,
lakukan penatalaksanaan
sesuai indikasi

Mitchell, Laura. Handbook of Clinical Dentistry. Edisi 5. Jakarta EGC. 2014


PENATALAKSANAAN
ALERGI (HIPERSENSITIVITAS 1)
Syok Anafilaksis
1. Posisikan pasien dalam keadaan terlentang dengan kaki terangkat, jika memungkinkan

2. Cek ABCDE ( jalan nafas/Airway, pernapasan/Breating, peredaran darah/Circulation, Disabilitasi,


pemaparan/Exposure)

3. Berikan adrenalin 1:1000 sebanyak 5 ml IM atau subkutan. Ulangi setelah 15 menit, kemudian setiap 15
menit hingga membaik. Jangan memberikan ini secara intravena karena dapat menginduksi fibrilasi ventrikel

4. Berikan hidrokortison intavena hingga 500 mg

5. Berikan chlorpheniramine intravena hingga 20 mg (jika ada)

6. Berikan oksigen melalui sungkup wajah

7. Salbutamol 0.5 mg/ml (1ml) berupa suntikan IM atau subkutan pada pasien yang menerima penyekat beta
nonkardioselektif jika tidak berespons terhadap adrenalin

Mitchell, Laura. Handbook of Clinical Dentistry. Edisi 5. Jakarta EGC. 2014


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai