KELOMPOK : R I Z K Y K U R N I A N D I T O H E R M AWA N ( 1 7 2 0 8 2 4 1 0 2 4 ) A D L A N B A R I Z Z U FA R U D I N ( 1 7 2 0 8 2 4 1 0 3 3 ) RISANG BAHY FUADI (17208241042) RAPHAEL ARDHANA K (17208241054) MAKANAN TRADISIONAL
Makanan tradisional yang sering disebut dengan kuliner sebenarnya
tidak hanya berwujud makanan saja, namun ada minuman.Bagi bangsa Indonesia kekayaan kuliner tradisional cukup beraneka ragam, hal itu didukung oleh kondisi geografis yang terdiri dari beribu-ribu pulau.Masing-masing daerah atau letak geofrafis tersebut memiliki hasil kuliner yang memperkaya variasi kuliner tradisional Indonesia. Keanekaragaman pangan merupakan kekayaan budaya Indonesia akan baik untuk menjadi sarana penunjang ketahanan pangan. Keragaman sumber pangan di Indonesia, menyebabkan makanan tradisional Indonesia juga bervariasi rasa(Wahjudi, 2015). TIWUL DAN ASAL USULNYA Tiwul salah satu makanan khas yang berasal dari Gunung kidul, Yogyakarta. Tiwul merupakan salah satu makanan berbahan dasar singkong atau ketela pohon. Masyarakat Gunung Kidul jaman dahulu sering memanfaatkan makan ini sebagai makanan pokok pengganti nasi. Meskipun dalam perkembangannya saat ini nasi telah menjadi makanan pokok, namun Tiwul tetap dikenal sebagai makanan khas yang cukup bersejarah. Makanan ini dipercaya juga pernah digunakan sebagai makanan pokok ketika masa penjajahan Jepang. Penduduk Pegunungan Kidul (Pacitan, Wonogiri, Gunung Kidul) dikenal mengonsumsi jenis makanan ini sehari-hari. Tiwul dibuat dari gaplek. Sebagai makanan pokok, kandungan kalorinya lebih rendah daripada beras namun cukup memenuhi sebagai bahan makanan pengganti beras. MANFAAT TIWUL Selain sebagai makanan pengganti nasi, tiwul juga merupakan makan favorit yang menyehatkan dan dipercaya mencegah penyakit maag, perut keroncongan, diabetes, darah tinggi dan sebagainya. EKSISTENSI TIWUL DI MASYARAKAT MODERN Di era modern saat ini, makanan sudah beraneka ragam dan lebih modern, apalagi ditambah masuknya makanan barat di Indonesia. Sehingga, tiwul kurang peminatnya. Ditambah juga penjual tiwul semakin langka, terlebih di perkotaan. Tetapi masih ada juga beberapa orang yang menjual tiwul di beberapa daerah, terutama di desa. Menurut kami eksistensi tiwul di era modern ini lebih di Desa. SOLUSI Jika tiwul ingin tetap menunjukan eksistensinya, maka mau tidak mau harus melakukan improvisasi terhadap makananya. Namun walaupun berimprovisasi, kita harus menjaga originalitas dari tiwul itu sendiri.