Anda di halaman 1dari 17

SOSIOLOGI KESEHATAN

Tentang Gender dan Kesehatan

NAMA KELOMPOK 6 :
1. MIRZA FAHLEVI
2. ROSPINA ASWITA
3. RIA AMANDA
4. SAGITA
5. SARIYANTI
A. KAITAN GENDER DENGAN KESEHATAN

Di bidang kesehatan kita jumpai bahwa adanya perbedaan antara distribusi morbiditas
dan mortalitas antara laki-laki dan perempuan. . Cockerham mengatakan bahwa
penyebab kaum laki-laki memiliki harapan hidup lebih pendek dari kaum perempuan
salah satunya disebabkan karena sebagai organisme biologis kaum laki-laki memiliki
lebih banyak kelemahan daripada kaum perempuan yang menjadikan laki-laki lebih
rentan terhadap penyakit dan kelainan sejak masih berada dalam kandungan.
Sebagai dampak adanya kelemahan faaliah pada kaum laki-laki inilah maka pada laki-
laki dijumpai angka kematian sekitar 12% lebih tinggi pada janin sebelum lahir
(prenatal) dan sekitar 130% pada bayi baru lahir (neonatal).
Perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan juga ditemukan dalam jumlah
korban kecelakaan lalu lintas. Kebiasaan merokok juga merupakan suatu
kebiasaan yang dalam banyak masyarakat lebih banyak dilakukan oleh kaum
laki-laki daripada kaum perempuan, dan perempuan yang merokok pun
menghabiskan lebih sedikit rokok daripada laki-laki.
B. JENIS KELAMIN, GENDER, DAN KESEHATAN

Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan menunjukkan perbedaan
yang nyata. Perempuan sebagai kelompok cenderung mempunyai angka harapan
hidup yang lebih panjang dari pada laki-laki, yang secara umum dianggap sebagai
faktor biologis. Namun dalam kehidupannya perempuan lebih banyak mengalami
kesakitan dan tekanan dari pada laki-laki. Walaupun faktor yang melatarbelakanginya
berbeda-beda pada berbagai kelompok sosial, hal tersebut menggambarkan bahwa
dalam menjalani kehidupannya perempuan kurang sehat dibandingkan laki-laki.
Penjelasan terhadap paradoks ini berakar pada hubungan yang kompleks antara faktor
biologis jenis kelamin dan sosial (gender) yang berpengaruh terhadap kesehatan.
Berbagai penyakit atau gangguan hanya menyerang perempuan, misalnya
gangguan yang berkaitan dengan kehamilan dan kanker serviks, sementara
itu hanya laki-laki yang terkena kanker prostat. Kapasitas perempuan untuk
hamil dan melahirkan menunjukkan bahwa mereka memerlukan pelayanan
kesehatan reproduksi yang berbeda, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
Perempuan memerlukan kemampuan untuk mengendalikan fertilitas dan
melahirkan dengan selamat, sehingga akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas sepanjang siklus hidupnya sangat menentukan
kesejahteraan dirinya.
Kombinasi antara faktor jenis kelamin dan peran gender dalam kehidupan
sosial, ekonomi dan budaya seseorang dapat meningkatkan risiko terhadap
terjadinya beberapa penyakit, sementara di sisi lain memberikan
perlindungan terhadap penyakit lainnya. Perbedaan yang timbul dapat
berupa keadaan sebagai berikut :
1. Perjalanan penyakit pada laki-laki dan perempuan.
2. Sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu penyakit
3. Sikap masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan yang sakit.
4. Sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengobatan dan akses pelayanan
kesehatan.
5. Sikap petugas kesehatan dalam memperlakukan laki-laki dan perempuan.
Sebagai contoh, respons terhadap epidemi HIV/AIDS dimulai dengan
pemberian fokus pada kelompok risiko tinggi, termasuk pekerja seks
komersial. Laki-laki dianjurkan untuk menjauhi pekerja seks komersial atau
memakai kondom. Secara bertahap, fokus beralih pada perilaku risiko tinggi,
yang kemudian menekankan pentingnya laki-laki menggunakan kondom.
Hal ini menghindari isu gender dalam hubungan seksual, karena perempuan
tidak menggunakan kondom tetapi bernegosiasi untuk penggunaanya oleh
laki-laki. Dimensi gender tersebut tidak dibahas, sampai pada saat jumlah
ibu rumah tangga biasa yang tertular penyakit menjadi banyak.
C. PENGARUH GENDER TERHADAP KESEHATAN
REPRODUKSI

Sehubungan dengan peran gender, laki-laki tidak terlalu tertarik untuk


mempelajari kesehatan seksual dan reproduksinya. Sehingga pengetahuan
mereka cenderung terbatas. Hal ini menyebabkan laki-laki kurang berminat
mencari informasi dan pengobatan terhadap penyakit, misalnya : Infeksi
Menular Seksual (IMS). Menikah pada usia muda bagi perempuan
berdampak negatif terhadap kesehatannya. Namun menikah di usia muda
kebanyakan bukanlah keputusan mereka, melainkan karena
ketidakberdayaannya (isu gender).
Aborsi merupakan dilema bagi perempuan, apa pun latar belakang penyebab
kehamilannya dan apa pun status ekonominya. Untuk menuntut hak
reproduksinya dia harus mendapat dukungan seperti bantuan dari
komunitasnya atau dukungan emosional dan tanggung jawab bersama dari
orang yang paling dekat (pacarnya). Dalam konteks ini, maka jelas bahwa
persoalan hak reproduksi pada akhirnya adalah persoalan relasi antara laki-
laki yang berbasis gender serta masyarakat dan negara sebagai perumus,
penentu, dan penjaga nilai bagi realisasi hak reproduksi perempuan.
kasus tersebut merupakan bentuk kekerasan yang berbasis gender yang
memiliki alasan bermacam-macam seperti politik, keyakinan, agama, dan
ideologi gender. Salah satu sumber kekerasan yang diyakini penyebab pada
kasus tersebut adalah kekerasan dari laki-laki terhadap perempuan adalah
ideologi gender, misalnya perempuan dikenal lemah lembut, emosional,
cantik, dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap lebih kuat, rasional,
jantan, dan perkasa. Bentuk kekerasan ini merupakan dilanggarnya hak
reproduksi akibat perbedaan gender. Perbedaan gender antara laki-laki dan
perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Perbedaan ini
dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksikan secara sosial
dan budaya.
Kekerasan domestik biasanya merupakan kejadian yang kronis dalam
kehidupan rumah tangga seorang perempuan. Cedera fisik dapat sembuh
setelah diobati, tetapi cedera psikis mental (seperti insomnia, depresi,
berbagai bentuk psikosomatik sakit perut yang kronis sampai dengan
keinginan bunuh diri) akan selalu dapat terbuka kembali setiap saat. Dampak
psikologis yang paling sulit dipulihkan adalah hilangnya kepercayaan
kepada diri sendiri dan orang lain. Selain itu juga ada kecenderungan
masyarakat untuk selalu menyalahkan korbannya. Hal ini dipengaruhi oleh
nilai masyarakat yang selalu ingin tampak harmonis.
D. BUDAYA YANG BERPENGARUH TERHADAP
GENDER

1. Sebagian besar masyarakat banyak menganut kepercayaan yang salah tentang apa
arti menjadi seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi kesehatan wanita.
2. Setiap masyarakat mengharapkan pria dan wanita untuk berpikir, berperasaan, dan
bertindak dengan pola-pola tertentu, dengan alasan hanya karena mereka dilahirkan
sebagai wanita atau pria.
3. Gender yang di hubungkan dengan jenis kelaminnya tersebut, semuanya adalah
hasil rekayasa masyarakat.
4. Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain di seluruh dunia,
tergantung pada kebiasaan, hukum dan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut.
5. Peran jenis kelamin bahkan tidak sama di dalam suatu masyarakat,
tergantung pada tingkat pendidikan, suku dan umurnya.
6. Peran gender di ajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anak-
anaknya. Sejak anak-anak berusia sangat muda, orang tua memperlakukan
anak wanita dan pria secara berbeda, meskipun kadang-kadang tanpa mereka
sadari.
E. PERBEDAAN SEKS DAN GENDER
Saudara mahasiswa, untuk membantu memperjelas pemahaman anda
tentang perbedaan seks dan gender, berikut kita lihat perbedaan diantara
keduanya pada tabel di bawah ini:
Jenis Kelamin Contoh Gender Contoh
Tidak dapat di ubah Alat kelamin Dapat di ubah Peran dalam kegiatan
sehari-
hari
Tidak dapat di Jakun pada laki- Dapat di Suami bisa menggantikan
pertukarkan laki dan payudara pertukarkan peran istri dalam
pada perempuan mengasuh anak ataupun
memasak di
saat istri berhalangan
Berlaku sepanjang Status sebagai laki- laki Tergantung Pada Zaman penjajahan
masa dan perempuan tidak kepada Belanda kaum perempuan tidak
pernah berubah sampai kebudayaan mendapatkan hak pendidikan.
kita mati Tetapi setelah kita merdeka,
perempuan memiliki kebebasan
mengikuti
pendidikan
Berlaku dimanapun Di rumah, di kampus Tergantung pada Pembatasan kesempatan di
berada ataupun di mana budaya setempat bidang pekerjaan terhadap
seorang laki-laki tetap perempuan dikarenakan
laki-laki dan budaya setempat, contohnya
perempuan tetap perempuan lebih diutamakan
perempuan untuk menjadi perawat, guru
TK dan mengasuh anak
Merupakan kodrat Ciri utama laki-laki Bukan merupakan Sifat atau mentalitas antara
Tuhan berbeda dengan kodrat Tuhan lelaki dengan perempuan
perempuan bisa
saja sama

Ciptaan Tuhan Perempuan bisa haid, Buatan Manusia Laki-laki dan perempuan
hamil, melahirkan berhak menjadi calon
dan menyusui ketua RT, RW, kepala desa
sedangkan bahkan presiden.
laki-laki tidak bias
KESIMPULAN

Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi dan


tanggung jawab antara perempuan dan atau laki–laki yang merupakan hasil
konstruksi social budaya dan dapat berubah dan atau diubah sesuai dengan
perkembangan zaman. . Gender merujuk kepada perilaku-perilaku yang
membatasi individu-individu sebagai laki-laki atau perempuan dalam
konteks sosial budaya tertentu.
Terdapat perbedaan distribusi morbiditas dan mortalitas antara laki-laki dan
perempuan. Salah satu faktor sosial yang menyumbang pada perbedaan
mortalitas laki-laki dan perempuan adalah perbedaan sosialisasi peran.

Anda mungkin juga menyukai