Anda di halaman 1dari 24

KEAMANAN DALAM

BIOTEKNOLOGI
KELOMPOK 6 :
 Intan Shafira (1701011252)
 Melva Lusiana Aruan (1701011256)
 Weny Yulya Ulfa (1701011269)
 Zulpadli Nasution (1701011271)

 Dosen : apt. Melia Sari., S.Farm.,


M.Si.
TOPIK PEMBAHASAN

1) Pendahuluan
2) Penyebab kerusakan produk bioteknologi
3) Problem patogenesis organisme
4) Problem dari berbagai produk bioteknologi
yang memiliki keaktifan biologi
5) Regulasi keamanan produk bioteknologi
PENDAHULUAN

Sampai tahun 1990, istilah “bioteknologi”


telah digunakan untuk menjelaskan
pemanfaatan makhluk hidup dan hasil
produknya dalam produksi dan pemproses,
termasuk didalamnya pemanfaatan enzim
dalam proses seperti tepung hidrolisa, teknologi
fermentasi, produksi protein sel tunggal dan
perkembangan produk makanan tradisional
seperti keju, bir, miso dan sebagainya.
MASALAH DALAM KEAMANAN PRODUK
BIOTEKNOLOGI
 Beberapa makanan baru (contoh: beberapa lemak penganti atau
sel protein tunggal) bukan disintesa dari material yang
mempunyai sejarah aman untuk dikonsumsi;

 Masalah keamanan dihubungkan dengan varietas baru yang


dikembangkan dengan penanaman tradisional (contoh: kentang
yang ditingkatkan kadar solaninnya, labu yang ditingkatkan kadar
cucurbacitinnya dan seledri yang ditingkatkan kadar psoralinnya;

 Sebuah produk baru dapat masuk ke dalam pasar global secara


cepat, hal ini menyulitkan dalam mengendalikan dan
memperbaiki efek yang tidak diinginkan yang terdeteksi setelah
dipasarkan.
BAHAYA-BAHAYA POTENSIAL DARI
MAKANAN
 Sifat beracun
 Kandungan gizi yang tidak memadai
 Dapat menimbulkan alergi
 Perpindahan gen
 Bersifat pathogen
PENYEBAB KERUSAKAN PRODUK
BIOTEKNOLOGI
 Kerusakan mikrobiologis (kerusakan ini disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri, kapang, dan khamir).
 Kerusakan biologis (kerusakan ini disebabkan oleh
kerusakan fisiologis, serangga, maupun binatang pengerat)
 Kerusakan fisik (kerusakan ini disebabkan oleh perlakuan
fisik seperti pemanasan, pendinginan dan tekanan udara)
 Kerusakan mekanis (kerusakan yang disebabkan karena
bahan mengalami benturan mekanis yang terjadi selama
pemanenan, transportasi ataupun penyimpanan)
 Kerusakan kimiawi (kerusakan yang terjadi karena adanya
reaksi kimia dalam makanan)
Problem patogenesis organisme
&
Problem dari berbagai produk bioteknologi yang
memiliki keaktifan biologi
PATOGENESIS ORGANISME
1. Bakteri
 Bakteri perusak pangan sering tumbuh dan menyebabkan
kerusakan pada bahan pangan yang mempunyai kandungan
protein tinggi seperti ikan, susu, daging, telur dan sayuran.
 Gejala penyakit yang disebabkan oleh patogen timbul karena
bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pangan dan
berkembang biak di saluran cerna. Patogen semacam ini
misalnya tergolong bakteri E.coli, Salmonella dan Shigella.
 Bakteri patogenik juga dapat menyebabkan gejala lain yaitu
keracunan pangan yang disebabkan oleh bakteri penyebab
keracunan contohnya Staphylococcus aureus, Clostridium
perfringens, dan Bacillus cereus yang memproduksi racun yang
menyerang saluran cerna (enterotoksin) dan Clostridium
botulinum yang memproduksi racun yang menyerang syaraf
(neurotoksin)
2. Kapang
Kapang yang merugikan jika tumbuh pada pangan dapat
memproduksi racun yang berbahaya yang disebut toksin
(racun) kapang atau mikotoksin. Spesies kapang yang
memproduksi mikotoksin terutama adalah jenis Aspergillus,
Penicillium dan Fusarium.
3. Virus
Virus merupakan organisme dengan ukuran kecil. Virus
sering mencemari pangan tertentu seperti susu, pangan
hasil lautn dan sayur-sayuran serta air. Salah satu virus
yang sering mencemari pangan yaitu virus hepatitis A, serta
virus polio yang sering mencemari susu sapi mentah.
SAYURAN, BUAH-BUAHAN DAN
PRODUKNYA
Kerusakan sayuran dan buah-buahan
sering terjadi akibat benturan fisik,
kehilangan air sehingga layu, serangan
serangga, dan serangan mikroba. Sayur-
sayuran yang mudah rusak misalnya adalah
kubis, tomat, wortel, dan lain-lain.
Tanda-tanda kerusakan mikrobiologi pada
sayuran dan buah-buahan antara lain :
 Busuk air pada sayuran, disebabkan oleh
pertumbuhan beberapa bakteri, ditandai
dengan tekstur yang lunak (berair)
 Perubahan warna, disebabkan oleh kapang
yang membentuk spora
 Bau alkohol, rasa asam, disebabkan oleh
pertumbuhan kamir atau bakteri asam laktat,
misalnya pada sari buah
DAGING DAN PRODUK DAGING

Daging mudah sekali mengalami


kerusakan mikrobiologi karena kandungan
gizi dan airnya yang tinggi, serta banyak
mengandung vitamin dan mineral. Kerusakan
mikrobiologi pada daging terutama
disebabkan oleh pertumbuhan bakteri
pembusukan.
Tanda-tanda kerusakan mikrobiologi pada sayuran
dan buah-buahan antara lain :
 Pembentukan lendir
 Perubahan warna
 Perubahan bau menjadi busuk karena
pemecahan protein dan terbentuknya senyawa-
senyawa berbau busuk seperti amonia, H2S,
dan senyawa lainnya
 Ketengikan yang disebabkan pemecahan atau
oksidasi lemak daging
IKAN DAN PRODUK IKAN
Kerusakan pada ikan dan produk-produk ikan terutama disebabkan oleh
pertumbuhan bakteri pembusuk .
Tanda-tanda kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri
pada ikan yang belum diolah adalah :
 Pembentukan lendir pada permukaan ikan
 Bau busuk karena terbentuknya amonia, H2S dan senyawa-senyawa
berbau busuk lainnya.
 Perubahan warna, yaitu warna kulit dan daging ikan menjadi kusam
atau pucat
 Perubahan tekstur, yaitu daging ikan akan berkurang kekenyalannya
 Ketengikan
 Pada salah satu jenis ikan (ikan asin) yang mengandung garam tinggi
kerusakan dapat disebabkan oleh bakteri yang tahan garam yang
disebut bakteri halofilik
SUSU DAN PRODUK SUSU

Susu merupakan salah bahan pangan yang sangat


mudah rusak, karena merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan bakteri
Tanda-tanda kerusakan mikrobiologi pada susu :
 Perubahan rasa menjadi asam oleh bakteri asam
laktat dan e.coli
 Penggumpalan susu
 pembentukan gas
 Ketengikan
 Bau busuk
TELUR DAN PRODUK TELUR

Telur meskipun masih utuh dapat


mengalami kerusakan, baik kerusakan fisik
maupun kerusakan yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroba. Mikroba tersebut
berasal dari air, udara maupun kotoran ayam
dapat masuk ke dalam telur melalui pori-pori
yang terdapat pada kulit telur. Telur yang telah
retak lebih mudah rusak dibandingkan telur
yang masih utuh.
Tanda-tanda kerusakan yang sering terjadi
pada telur adalah sebagai berikut :
 Perubahan fisik
 Timbulnya bau busuk
 Timbulnya bintik-bintik berwarna
PRODUK KALENGAN

Kerusakan makanan kaleng dapat


dibedakan atas kerusakan fisik, kimia dan
mikrobiologi. Kerusakan yang sering terjadi
yaitu kembung karena adanya gas,
terbentuknya warna, dan pengaratan.
Kerusakan mikrobiologi pada kaleng dibedakan atas
dua kelompok
 Tidak terbentuk gas sehingga tidak merusak
kaleng (kerusakan yang terjadi pada makanan itu
langsung)
 Pembentukan gas sehingga kaleng menjadi
kembung (kerusakan makanan yang disebabkan
oleh bakteri yang tumbuh pada kaleng).
Penampakan kaleng yang kembung dibedakan
atas jenis :
 Flipper
 Kembung sebelah atau springer
 Kembung lunak
 Kembung keras
KEAMANAN PANGAN HASIL
MODIFIKASI GENETIK
Tidak ada bahan pangan yang secara pasti
aman untuk keseluruhan konsumen dalam
kondisi apapun. Banyak makanan yang
mengandung racun alami dan beberapa
mengakibatkan bahaya apabila tidak diproses
secara tepat. (mis. Cassara atau kacang merah)
atau dapat dikonsumsi untuk semua tingkat usia
(mis. Garam, atau minyak hewan yang
dikonsumsi secara berlebihan).
 
REGULASI KEAMANAN PRODUK
BIOTEKNOLOGI
Untuk memenuhi kebutuhan akan keadaan bebas
dari resiko kesehatan yang disebabkan oleh
kerusakan, penyalahgunaan, pemalsuan dan
kontaminasi, baik oleh mikroba atau senyawa kimia,
maka keamanan produk bioteknologi merupakan
faktor terpenting baik terlebih jika produk tersebut
akan digunakan baik di dalam negeri maupun untuk
tujuan ekspor.
Kurangnya informasi pemahaman terkait keamanan
suatu produk dan regulasi yang mengaturnya dapat
menyebabkan banyak terjadinya dampak negatif.
 Perkembangan Regulasi dan Kemanan Produk Bioteknologi
Pesatnya perkembangan inovasi bioteknologi diiringi dengan munculnya
isu pro dan kontra produk berbasis tertadap produk-produk hasil
rekayasa genetika.Berbagai isu global telah menjadikan produk ini aman
bagi sebagian orang. namun dianggap berhahaya bagi sebagian orang
untuk itu, muncul Cortagena Protocol On Biosafety To The Convention
On Biological Diversity (Protokol Cartagena mengenai Keamanan Hayati
atas Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati) yang mengatur tentang
segala hal terkait GMO (genetically modified organisme).

 Regulasi Produk Rekayasa Genetika di Berbagai Negara


Terdapat 3 lembaga yang bertanggung jawab dalam regulasi
bioteknologi yaitu US Department of Agriculture (USDA), Environmental
Protection Agency (EPA) dan Food and Drug Administration (FDA). US
DA bertugas memastikan bahwa suatu organisme aman untuk
dibudidayakan, EPA memastikan bahwa produk tertentu aman bagi
lingkungan, dan FDA menentukan apakah produk tersebut arman untuk
dikonsumsi.
 Pelabelan Produk Pangan Rekayasa Genetika
Sesuai dengan PP No. 69 yang dikeluarkan tahun 1999,
pelaksanaan pelabelan produk pangan hasil rekayasa genetika
di Indonesia dilaksanakan dengan persyaratan sebagai berikut :
1) Semua hahan yang terdapat pada makanan yang merupakan
bahan pangan hasil rekayasa genetika wajib dicantumkan sebagai
Pangan Produk Rekayasa Genetika.
2) Jika hanya terdapat salah satu bahan pangan hasil rekayasa
genetika maka keterangan mengenai pangan produk rekayasa
genetika cukup dicantumkan dalam komposisi bahan yang
digunakan.

 Contoh : Label makanan mengandung GMO


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai